Nonita Respati, Mempercantik Batik Dengan Teknik Tie Dye Atau Jumputan

Fimela diperbarui 28 Agu 2014, 19:50 WIB

Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai produk ciri khas dan sudah mendunia, harusnya Anda merasa bangga dan melestarikannya. Ciri khas ini tidak lain adalah Indonesia terkenal dengan batik yang beraneka ragam.

Seperti wanita cantik berambut panjang bernama Nonita Respati. Ia merupakan founder dari Purana Batik, sebuah butik pakaian batik. Nonita sejak kecil hidup bersama batik karena orang tuanya memiliki pabrik batik di Solo. Ini juga yang menjadikan Nonita hingga sekarang membentuk kecintaannya terhadap batik yang kemudian ia tuangkan dalam koleksi desainnya.

"Orang tua dulu punya pabrik batik, tapi tutup karena banjir besar di Solo. Aku ingat betul bau batik saat produksinya kaya apa, menempel di hidupku. Selain itu, ibu juga kolektor batik, dan saya sebagai fashion editor selama enam tahun di majalah.

Itulah skill yang saya miliki yang pada akhirnya memutuskan membuat batik,” ujar Nonita Respati saat ditemui pada acara Taiwan Excellenge di XXI Lounge Plaza Senayan Jakarta Rabu 27 Agustus 2014 lalu.

Menurutnya, perkembangan batik Indonesia sekarang ini sedang berkembang pesat. Tak hanya orang Indonesia saja yang mempunyai batik, di negara-negara lain pun mempunyai batik. Tetapi yang membuat berbeda adalah batik Indonesia memiliki filosofi dan makna dari setiap asal daerahnya.

"Perkembangan batik menjadi gaya hidup manusia sekarang ini ya karena designer. Mereka membuat batik menjadi modern, look batik tidak berat, jadi bisa dipakai kapan saja dan siapa saja sehingga sangat pesat ya perkembangannya,” ujarnya.

Sedangkan Purana merupakan busana yang menggunakan kain-kain tradisional yang pengerjaannya melibatkan tangan atau hand made, namun penampilannya modern. Misalnya batik jumputan, dan tie dye tang jadi motifnya.

Nonita merancang sendiri dan kebanyakan bentuk geometris dengan warna-warna cerah. Itulah yang membedakan rancangan dirinya dengan orang lain.

"Warna tie due macam-macam, mengikut tren dan harus sensitif terhadap tren warna yang sedang in. Aku buat rancangan dengan ciri khasnya relax dan untuk orang yang sangat mobile sehingga nyaman dipakai,” jelas Nonita.

Harga batiknya pun bervariasi sesuai dengan proses dan teknik pengerjaannya. Harga batik cap mencapai Rp 800.000 dan rata-rata harganya mencapai Rp 1.500.000 hingga Rp 2.200.000. Namun untuk batik sutra dan tulis berbeda lagi harganya.

Berikut ini tips dari Nonita dalam merancang batik, agar pas dan cocok untuk Anda. "Boleh memilih corak yang tradisional tapi mengikuti tren. Menyesuaikan juga warna batik dengan warna kulit pemakai biar membuat si pemakai percaya diri.”

Bagaimana Ladies, jadi tertarik dengan batik jumputan rancangan Nonita Respati yang cantik dan bagus bukan?

(vem/yun/feb)
What's On Fimela