Yetty, Sukses Bisnis Kerajinan Tangan Hingga Mendarah Daging 35 Tahun

Fimela diperbarui 08 Agu 2014, 16:10 WIB

Mempunyai bakat dan talenta dalam berbisnis, sepertinya hampir semua wanita memilikinya. Namun usaha yang dijalani beberapa wanita ada yang menuai kesuksesan, tapi tidak jarang juga yang mengalami jatuh bangun dalam berbisnis. Hal ini menjadi pelajaran penting sehingga untuk bisa sukses, seseorang harus mempunyai konsep matang dan berbeda untuk membenahi usahanya.

Seperti yang dilakukan oleh Ibu Yetty, seorang wanita cantik dan pintar yang konsisten dalam menjalani usahanya di kerajinan tangan rajut. Walau kini usianya sudah lanjut, tetapi ia tetap semangat mengerjakan hobinya.

Kesukaannya dalam merajut telah berhasil membawanya menjadi wanita sukses yang berhasil dalam bisnisnya.

Dari tahun 1979, Yetty bersama kakaknya memulai membuat handicraft yang kemudian ia jual, hingga pada akhirnya bisa membuka toko khusus kerajinan tangan di Tebet. Sampai sekarang pun masih buka. Di tahun 2014, genap 35 tahun Yetty telah menjalani usaha handicraft.

“Senang karena dari hobi juga. Tapi awalnya bukan dari merajut, tapi menyulam dan tusuk silang. Tapi ada satu hobi saya paling suka yaitu hobi belanja dan saya tertarik dengan benang. Jadi karena hobi belanja, jadi banyak belanja benang, dan membuat suatu kreasi. Akhirnya hobi belanja saya berkurang karena hasil kreasi bisa dipakai sendiri dan bisa menghasilkan,” cerita Yetty kepada tim Vemale di Blok M Plaza Jakarta Kamis 7 Agustus 2014 lalu.

Selama 35 tahun menjalani usaha di bidang handicraft, memang tidak mudah. Ia sempat membuka cabang di Pondok Indah kemudian di Melawai Plaza, namun karena krisis moneter, usaha Yetty pun kena imbas hingga akhirnya ia hanya mempunyai dua cabang saja di Tebet dan Blok M Plaza yang sampai sekarang ini masih bertahan.

“Kalau memang tidak banyak yang membeli bahan-bahan atau benang atau alat untuk merajut maupun menyulam kita juga tidak akan bertahan dan harus tetap mengikuti zaman,” jelasnya.

Selain menjalani bisnis, Yetty pun membuka tempat kursus khusus handicraft di toko miliknya. Harga untuk mengikuti kursus ini pun tidak mahal. Dengan diajari oleh guru yang sudah ahli dalam menyulam atau merajut, cukup membayar Rp 400.000 untuk empat kali pertemuan.

“Kita mengajarkan basic, sesudah basic mau bikin apa terserah mereka. Nilai yang diberikan berdasarkan kerapian dan juga warna, kalau warnanya ga match-kan jelek,” kata Yetty.

Banyak manfaat yang didapat Yetty dalam menjalani usaha dengan hobinya ini. Sambil membuat suatu kreasi, banyak kebahagiaan yang ia rasakan. Selain itu, ia jadi banyak mengenal orang yang sama-sama menyukai kerajinan tangan ini.

“Jangan takut memulai usaha karena setiap orang yang mengetahui keindahan akan menyukai pekerjaan ini. Jadi ini bukan pekerjaan nenek-nenek, aku sekarang sudah nenek-nenek, mata makin gak kelihatan, tapi tetap mengerjakan kreasi,” tutup Yetty dengan memberikan tips untuk Vemale yang ingin memulai mengerjakan handicraft.

Bagaimana dengan Anda Ladies? Apakah tertarik untuk memulai membuat usaha handicraft seperti Ibu Yetty? Tidak ada salahnya dicoba Ladies.

(vem/yun/feb)
What's On Fimela