Surat Menyentuh Seorang Anak Pada Sang Ayah Yang Sudah Meninggal

Fimela diperbarui 01 Agu 2014, 20:50 WIB

Hari raya Idul Fitri merupakan saat yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga, terutama kedua orangtua. Bagi sebagian orang, momen ini juga dipergunakan untuk mengingat dan mendoakan kembali sanak keluarga yang telah terlebih dahulu meninggalkan kita.

Seperti yang dilakukan seorang anak di kota Skaka, Saudi Arabia. Dilansir Emirates247.com, anak yang tidak disebutkan namanya ini mengunjungi makam ayahnya saat hari raya Idul Fitri kemarin. Dia membacakan ayat suci al-Qur'an dan berdoa seperti yang biasa dilakukan oleh muslim lainnya.

Tidak hanya itu, dia juga meninggalkan sepucuk surat untuk sang ayah, meskipun dia tahu ayahnya tidak akan pernah membaca surat itu. Sang anak kemudian meninggalkan surat itu di atas makam ayahnya. Surat yang menyentuh ini kemudian menarik perhatian sebuah surat kabar Arab bernama Ajel yang kemudian memuatnya.

"Ayahnda... Saya tahu ayah tidak akan membaca surat ini, tetapi saya ingin menyampaikan perasaan saya kepadamu... Hari ini adalah hari pertama Idul Fitri dan saya ingin memberitahu ayah apa saja yang telah saya lakukan... Seperti yang ayah telah ajarkan pada saya, saya melakukan sholat Eid bersama orang-orang lain di masjid, kemudian kembali ke rumah, mencium kepala ibu dan mengucapkan selamat Idul Fitri kepadanya..."

"Saya kemudian mandi, mengenakan pakaian baru yang dibelikan oleh paman, kemudian sarapan, memakai parfum dan pergi ke rumah kakek-nenek untuk mencium mereka dan mengucapkan selamat Idul Fitri pada mereka... Saya lalu kembali ke rumah dan menghabiskan beberapa waktu dengan saudara-saudara..."

"Saya pergi keluar dan menyambut orang-orang dengan ucapan selamat Idul Fitri... Semua orang sangat baik kepada saya dan beberapa dari mereka memberi saya uang atau mainan untuk Idul Fitri... Saya senang dengan mainan-mainan ini dan memainkannya sebelum kembali ke rumah karena cuaca panas di luar..."

"Ketika saya datang, saya mendengar adik perempuan saya yang masih berusia tujuh bulan menangis... Saya bergegas ke dalam dan menemukan ibu saya mencoba untuk menenangkannya... Ayahku, saya tahu betapa ayah sangat mencintai adik dan bagaimana sedihnya ayah ketika adik menangis... Saya bertanya pada ibu dan dia mengatakan kepada saya bahwa adik tidak bisa tidur karena cuaca sangat panas setelah listrik padam..."

"Oh ayahndaku, itu adalah hari yang sangat indah sampai listrik mati dan merusak saat-saat bahagia dari setiap orang di lingkungan kami... Jujur ayah, saya tidak tahu para pejabat listrik di negara ini akan memberi kita hadiah Lebaran yang buruk kali ini... Tetapi saya jamin ayah, saya akan selalu berdoa kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya atas segala sesuatu."

Surat yang jujur dan menyentuh ini memang takkan dibaca oleh sang ayah yang sudah meninggal. Tetapi, ketulusan dan kebaikan hati sanga anak yang telah diajarkan oleh almarhum ayahnya semoga menjadi penolong sang ayah untuk mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

(vem/cha)