Kisah Sedekah Wanita Kaya Pada 3 Orang Miskin

Fimela diperbarui 23 Jul 2014, 20:30 WIB

Bersedekah itu bisa menjadi penolak bala. Sudah banyak kisah keajaiban sedekah yang membawa seseorang pada kebaikan dan keselamatan, bukan pada kemiskinan. 

Pernah tidak Anda memilih untuk tidak memberi uang sedekah pada pengemis karena menganggap bahwa banyak pengemis itu berpura-pura miskin? Ironis memang tapi hal ini cukup banyak di lingkungan masyarakat kita saat ini. Seperti kisah yang satu ini.

Ada seorang wanita kaya yang sedang menikmati pemandangan di taman. Tak berapa lama, seorang anak yang lusuh duduk di sebelahnya. Ia tidak bicara dan tidak pula melihatnya. Hanya saja bocah itu memegangi perutnya, sepertinya ia kelaparan. Wanita itu meliriknya dengan risih, setelah beberapa lama ia meninggalkannya. 

Sambil berjalan ia membatin, "Anak jaman sekarang sudah diajari mengemis dan mengiba-iba. Aku tidak akan membiarkan sedekahku dimakan orang yang tak seharusnya."

Wanita itu lalu duduk di dekat air mancur. Ia merasa tenang dengan suara gemericik air. Namun ternyata ada seorang wanita tua lusuh yang duduk di atas triplek ber-roda seadanya. Suara rodanya cukup nyaring dan menarik perhatian wanita kaya itu. 

Si wanita lusuh ini kakinya diperban dan berdarah-darah, tampaknya terluka dan lumpuh. Melihatnya, wanita ini pun tak tega. "Sudah tua dan terluka masih mencari uang. Betapa malangnya.." lalu wanita ini mengeluarkan selembar uang dan memberikannya pada wanita lusuh itu. "Ini, Bu. Buat makan dan berobat," ujarnya. Wanita tua itu mengangguk tanda terima kasih dan pergi. 

Melihat ibu tua itu pergi dan ia baru saja membantunya, hati wanita ini menjadi damai. Tak berapa lama ia melihat ada anjing yang lepas dari pemiliknya dan lari sambil menyalak menuju wanita tua itu. Hendak memperingatkan pengemis tua tersebut, sang wanita dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. 

"GUK..GUK...!!" suara anjing itu menyalak keras. Dan ternyata, pengemis tua tadi lari terbirit-birit dengan membawa papan tripleknya. "Lho, ternyata dia tidak lumpuh?" wanita ini terkejut dan merasa dibodohi. 

Ia pun berjalan dengan sedikit kesal keluar taman. "Dasar pengemis jaman sekarang juga sukanya menipu!" gumamnya karena jengkel. Di depan gang taman, wanita tersebut bertemu dengan seorang pria tua yang kesulitan menyeberang. Ia tampak bersih dan bertopang pada sebuah tongkat. 

"Tolong saya, Nak. Susah menyeberang," ujarnya. Wanita ini oun menjadi luluh dan iba, teringat akan ayahnya yang juga sudah tua. Maka ia membantu orang tersebut menyeberang. Saat sudah sampai tengah jalan, kakek itu berkata, "Sudah, Nak. Jalan sebelah sini sepi. Saya bisa sendiri."

Wanita itu pun mengiyakan sambil berpesan agar kakek itu hati-hati. Tetapi, kekagetan kedua terjadi. Saat sampai kembali di sisi jalan, wanita itu melihat ada truk berkecepatan tinggi hampir menyambar sang kakek. "Awas, Keeek.."

Truk itu sudah membunyikan klakson. Tapi di luar dugaan, kakek ini malah terkejut dengan klakson super nyaring itu. Tongkat, sandal dan tas yang ia bawa berhamburan sementara ia melarikan diri. Lagi-lagi, wanita ini kena tipu. 

***

Ketidakberuntungan yang bertubi-tubi membuat wanita ini sebal pada dirinya sendiri. Ia pun mendengus dan memasang wajah murung di taman. Ia ingin minta dijemput saja oleh sopirnya. Tapi saat mencari dompet dan HP nya, wanita ini tak bisa menemukannya. 

"Di mana dompet dan HPku?" wanita ini mulai panik. Ia merogoh seluruh is tas, tapi tak menemukannya di mana-mana. Ia pun memasang wajah bingung dan kembali memeriksa tasnya. 

Tiba-tiba, sebuah tangan kecil menepuk-nepuk bahunya. Saat wanita itu menoleh, kedua tangan kecil itu memberinya ponsel dan dompet yang ia cari. Wanita itu melongo, ia adalah anak yang duduk bersamanya tadi di bangku yang lain. Wajahnya masih lusuh tapi sudah lebih tersenyum. 

"Hati-hati, Bu. Di sini banyak copet. Bapak yang menyeberang tadi diam-diam mengambil dompet ibu saat ibu tidak sadar," ujarnya polos. Wanita itu menerima dompetnya dengan masih melongo tapi tak bisa berkata apa-apa. Ia mulai berkaca-kaca dan memeluk anak itu. "Maaf ya, Nak.." ujarnya. Tak lama ia membelikan anak itu makan dan minuman. 

Rupanya anak kecil itu bukan pengemis. Ia memang menjadi pemulung dan belum makan sejak pagi. Ia duduk di sana karena lelah dan ingin beristirahat. Tapi, wanita ini malah berprasangka buruk padanya. 

Ladies, kalau kita ingin bersedekah pada orang lain, lakukanlah dengan tulus dan ikhlas. Tak perlu curiga siapa yang kita bantu. Tak perlu memperhitungkan untuk apa uang itu nantinya, biarlah menjadi urusan antara orang tersebut dengan Tuhan.

Hati kecil kita pasti tahu saat kita memang ingin tulus membantu mereka yang membutuhkan. Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua. 

(vem/gil)
What's On Fimela