Kisah Miris: Putriku Menjadi Korban Kekerasan Oleh Kekasihnya

Fimela diperbarui 14 Jul 2014, 14:50 WIB

Anak adalah permata hati orang tua dan belahan jiwanya.  Maka tak heran jika orang tua sangat melindungi putra-putrinya. Kebahagiaannya adalah kebahagiaan orang tua, begitu pula sebaliknya. Jika anak disakiti, begitu pula perih yang terasa di hati orang tuanya. Seperti yang dialami oleh seorang ibu bernama Mary Agius ini, dilansir oleh dailymail.co.uk.

Semuanya Berawal Karena Spatula

Mary tak pernah mempercayai apa yang didengarnya. Hari itu ia pergi berbelanja dengan sang putri, Nicola saat telepon Nicola berbunyi dari kekasihnya, Carl. "Nicola menjawab telepon dan terlibat adu mulut dengan Carl," ujar wanita yang berprofesi sebagai sekretaris tersebut. "Aku bisa mendengar ia membentak putriku, menyumpahi dan mengata-ngatainya. Saya sangat takut dan terkejut." Ketika Mary menanyakan apa yang terjadi, Nicola menjawab bahwa sang kekasih kesal padanya karena ia membelikan spatula yang tidak disukai oleh Carl.



Sejak saat itu, Mary menyadari putrinya menjadi korban kekerasan oleh kekasihnya sendiri. Namun, Nicola justru tak menyadari posisinya. Ia berusaha membela Carl dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kemarahan Carl. "Saya merasa dia diperdaya dan saya sangat khawatir," ucap ibu berusia 56 tahun ini.

Carl Adalah Pria Yang Manis, Pada Awalnya ...

Awal mula perkenalan Nicola dan Carl sangatlah manis. Nicola pindah ke London dan memulai karirnya sebagai jurnalis majalah gaya hidup. Ia bertemu Carl yang berusia 28 tahun di tahun 2012. Sikap Carl sangatlah manis dan penuh perhatian pada Nicola, bahkan ia tampil sebagai sosok yang sempurna: pekerjaan mapan, lulusan universitas ternama, religius, tampan dan tidak suka clubbing.

Lambat laun perlakuan Carl mulai tampak janggal di mata Mary dan suaminya. Bulan Agustus 2013, Joe, sang ayah, menemukan Nicola menangis di teras rumah dengan berlinang air mata. Bekas memar dan luka terdapat di tangannya. Ternyata Carl sangat marah pada Nicola dan menggigitnya. "Setelah melakukan kekerasan pada putriku, pria itu selalu kembali dengan sikap manis, penyesalan dan menghujani Nicola dengan kata-kata penuh cinta."

Puncaknya adalah saat Carl tak dapat mengendalikan Nicola yang histeris. Mary dan Joe menghampiri mereka dengan amat khawatir. Ternyata itulah puncak kekerasan yang terjadi, saat Carl memukul Nicola dan menendangnya. Kontan, Mary dan Joe langsung menelepon polisi dan meminta sang putri menjauhi Carl untuk selama-lamanya.

Sekitar 1,2 juta wanita di Inggris mengaku mengalami kekerasan domestik yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Hingga kini masih banyak ibu dan saudara-saudara dari korban yang berusaha yang terbaik untuk menolong korban. Pelaku kekerasan biasanya mengisolasi korban dari dunia luar, sehingga menyulitkan korban untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya. Terkadang para pelaku juga membuat para korban merasa layak dan bersalah, sehingga perilaku kekerasan yang dilakukan dianggap sebagai 'hukuman'.

Jika Anda mendapati orang terdekat Anda sebagai korban kekerasan, jangan ragu untuk membantu mereka dengan cara melaporkan pada polisi atau organisasi-organisasi perlindungan wanita. Kekerasan tak melulu berbentuk fisik, tetapi secara mental melalui perkataan dan pengucilan. Semoga hal ini tidak terjadi di sekitar kita ya, Ladies.

*seluruh nama dalam kisah ini disamarkan*

"The main goal of the future is to stop violence. The world is addicted to it." -Bill Cosby

(vem/wnd)