Lahir di Kediri, 20 November, 52 tahun silam, Tri Risma Harini, demikian nama indah ini diberikan oleh kedua orangtuanya. Sejak 28 September 2010 lalu, ia menjadi wanita pertama yang terpilih menjadi walikota Surabaya.
Berbekal gelar arsitektur dan pasca sarjana Manajemen Pembangunan Kota ITS, Risma mulai membenahi kota Surabaya Dengan gaya 'blusukan' dan turun ke jalan langsung mengatur kota. Risma tak mau hanya berpangku tangan dan menyuruh anak buahnya saja.
Sejak tahun 1973, seusai lulus pendidikan dasar, Risma memang melanjutkan sekolahnya di Surabaya. Tak heran bila ia tahu benar permasalahan yang sehari-hari terjadi di Surabaya, lengkap dengan kemacetannya. Dalam kisahnya, Risma bahkan sering ditemui warga mengatur jalanan yang macet, menyapu dan membersihkan jalan, demi mewujudkan impian kota Surabaya yang lebih asri dan tertata.
Karier Risma di dunia tata kota juga tidak sebentar. Sejak tahun 1997, ia telah menjabat Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bapekko Surabaya, kemudian ia juga menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya, Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya, Kepala Bagian Bina Bangunan, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya dan berlanjut dengan pengangkatannya sebagai Walikota. Jajaran pengalaman itulah yang menjadi bekal keberanian Risma dan ketegasannya mengubah wajah Surabaya menjadi kota yang rapi.
Persembahan Piala Adipura untuk Surabaya
Di bawah kepemimpinannya, Surabaya meraih tiga kali piala adipura, tahun 2011, 2012 dan 2012. Ia bahkan menjadikan kota Surabaya meraih predikat taman terbaik se-Asia tahun 2013 dengan gelar The 2013 Asian Townscape Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Wajah taman Bungkul benar-benar diubah menjadi lokasi yang sangat nyaman bagi masyarakat, semuanya serba hijau, bersih, dan tak ada lagi para pedagang kaki lima yang dulu kerap ditemui mangkal. Di mana lagi masyarakat bisa menikmati taman nyaman dengan fasilitas WiFi? Di kota metropolitan lainnya saja belum tentu ada.
Tak Selalu Berjalan Mulus
Tak sedikit masyarakat Surabaya yang merasa senang dengan hadirnya Risma sebagai pemimpin mereka, namun tak sedikit pula batu rintangan yang berusaha menjegal usaha Risma.
Beberapa waktu lalu, diwawancarai dalam sebuah program di stasiun televisi swasta, Risma buka-bukaan soal 'kelelahan'-nya. Ia sempat mendapatkan ancaman karena aksinya menata kota Surabaya. Padahal, yang ia lakukan adalah demi kepentingan rakyat banyak, demi kota Surabaya, bukan kepentingan pribadi.
Sosok tegas dan tegar itu kemudian menunjukkan sisi kelembutannya, dan membiarkan air mata jatuh mengalir di pipinya. Semua emosinya dibiarkan luntur dibawa air mata, seperti sosok ibu yang sedang gundah gulana.
Lihat videonya Bu Risma Blak-Blakan Soal Isu Kemunduran Dirinya
"Kalau saya mati, ikhlaskan"
Beberapa waktu lalu muncul di berbagai social media dan pesan broadcast di BBM sebuah kutipan dari Risma yang berbunyi, "Saya sdh pamit pd keluarga utk menutup Gang Dolly hari ini. Kalo saya mati,ikhlaskan."
Pesan berantai tersebut adalah salah satu warna dari rencana penutupan Dolly, sebuah lokalisasi di Surabaya yang kabarnya terbesar se-Asia Tenggara.
Muncullah lagi pro kontra akan penutupan lokalisasi ini, namun Risma menetapkan tekadnya mengubah kota Surabaya tak hanya lewat penampilan taman dan jalan saja. Risma ingin setiap warganya visa mendapatkan penghidupan yang layak, yang tidak akan membuat hati meringis saat diperdengarkan ceritanya.
Risma juga berharap bahwa banyak jiwa-jiwa yang akan tertolong dan memiliki masa depan cerah tanpa harus terjerumus pada praktek usaha 'esek-esek'.
Pesan berantai yang hingga hari ini masih beredar, disertai dengan hashtag #SurabayatutupDolly tersebut berhasil menggemparkan jagad social media. Meraih banyak simpati dari pengguna social media dan merangkul dukungan yang lebih banyak lagi.
Terima kasih Bu Risma, semoga rencana dan impian akan Surabaya yang asri dan makmur tercapai dengan setiap langkahmu.
- Mengharukan, Seorang Tuna Wisma Memutuskan Merawat Bayi Yang Ditemukan di Tempat Sampah
- Nenek 98 Tahun, Berjuang Mendapatkan SIM Agar Bisa Mengantar Tetangganya Belanja
- Kisah Cinderella di Kehidupan Nyata: Awalnya Menjadi Cleaning Service, Kini Menjadi Model Ternama
- Meski Suamiku Meninggal, Terlilit Hutang Dan Harus Membesarkan 7 Anak Bermasalah, Aku Mampu Bertahan
- Kisah Seorang Anak Angkat yang Mendapat Beasiswa Penuh untuk Menjadi Pengacara