Esther Mbabazi, Pilot Komersil Wanita Pertama di Rwanda: Kalian Tak Bisa Hidup dalam Rasa Takut

Fimela diperbarui 18 Jun 2014, 16:20 WIB

"Kalian tak bisa hidup dalam rasa takut terhadap apapun. Jika sesuatu memang sudah ditakdirkan akan terjadi, kalian tak akan bisa mencegahnya." Namanya adalah Esther Rwanda. Ia adalah pilot komersil wanita pertama di Rwanda dan baru saja menjalankan tugas pertamanya menerbangkan pesawat Rwandair dari ibu kota Rwanda ke Juba di South Sudan. Tak banyak wanita yang memilih karir sebagai pilot, terlebih di negara Rwanda. Apa yang membuat Esther bertekad untuk menjadi seorang pilot?

Sudah Bercita-Cita Menjadi Pilot Sejak Usia 4 Tahun
Dilansir dari edition.cnn.com, Esther kecil yang saat itu masih berusia 4 tahun memang sudah memiliki cita-cita untuk menjadi pilot. "Saat itu saya belum pernah masuk ke dalam kokpit pesawat tapi saya sering melihat pesawat terbang di langit dan saya membayangkan bahwa benda terbang itu pasti diterbangkan oleh seseorang," jelasnya.

Esther sudah terbiasa hidup berpindah-pindah karena profesi ayahnya sebagai pastor. Dan ketika sang ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat di Kongo, Esther yang saat itu berusia 10 tahun masih tetap memegang teguh cita-citanya sebagai pilot.

"Sejak hari pertama, ayah selalu menjadi pendukung terbesarku," kenang Esther. "(tetapi) kecelakaan adalah kecelakaan. Seperti yang saya katakan, jika seseorang tertabrak mobil, bukan berarti kalian berhenti untuk menyetir."


Esther pun semakin meneguhkan impiannya untuk menjadi pilot. Setelah menyelesaikan sekolahnya, ia langsung mengemasi barang dan bergabung di sekolah pilot di Uganda. Saat itu hanya merasa bahwa itulah keputusan yang tak bisa lagi diganggu gugat. Jika ia tak berhasil, ia hanya perlu mengemasi semua barangnya dan kembali pulang.



Ingin Menginspirasi Lebih Banyak Wanita
Kini Esther telah menjadi sosok yang sangat menginspirasi. Bekerja di bidang atau industri yang didominasi oleh laki-laki membuat Esther jadi lebih mudah dikenal dan diperhatikan. Ada sebuah insiden yang masih diingat jelas oleh Esther.

Saat itu ada seorang penumpang yang menolak untuk naik pesawat yang akan diterbangkan oleh Esther. Mungkin karena sang penumpang merasa nyawanya terancam jika naik pesawat yang diterbangkan oleh seorang pilot wanita, jadi ia memutuskan untuk tak naik pesawat. Esther tak membiarkan kritikan atau omongan buruk menguasai dirinya. Ia hanya ingin menjadi panutan dan inspirasi untuk orang lain.

Wanita yang saat ini berusia 26 tahun ini berharap prestasi dan pencapaiannya bisa menginspirasi para wanita yang merasa dirinya tak bisa mendapatkan pekerjaan impiannya. Galeri foto di bawah ini bisa memperlihatkan betapa Esther sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai pilot.

"Zaman telah berubah," tutur Esther. "Wanita sudah bisa bekerja di luar rumah, teknologi telah berubah, dan semua orang memiliki otak untuk bisa melakukan sesuatu. Jadi semuanya bukan sekadar tentang seberapa kuat otot bisep atau seberapa banyak energi yang kalian miilki."


Ladies, bermimpilah yang besar dan perjuangkan mimpi kalian. Sebagai seorang wanita, kita memiliki hak untuk memperjuangkan impian dan cita-cita besar kita.

(vem/nda)