Dulu Aku Ingin Menceraikannya, Kini Aku Sangat Merindukannya

Fimela diperbarui 12 Jun 2014, 12:00 WIB

Ladies, dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ombak-ombak kecil bisa saja menjadi gelombang besar yang akan menenggelamkan kapal Anda. Ketika suami dan istri bisa selalu berbicara, saling mendengar, dan komitmen yang tak pernah hilang, seberapa besar ombaknya pasti bisa diterjang.

Seorang suami menuliskan kisah yang dialaminya, bagaimana awalnya dia sangat ingin menceraikan istrinya, karena ada wanita lain yang dicintainya. Ketika dia ingin berpisah ketika rumahnya sudah terasa dingin dan Jane memberikan suasana yang lebih hangat, lebih nyaman. Menyenangkan, dia mendapatkan perasaan jatuh cinta yang begitu berapi-api. Simak kisah yang dilansir dari quora.com berikut ini.

(vem/hyn)
What's On Fimela
2 dari 7 halaman

Aku mengatakan ingin bercerai

Foto : copyright shutterstock.com

Ketika aku sampai di rumah, seperti biasa istriku melayani makan malam untukku, kemudian aku menghentikannya dan berkata ada sesuatu yang ingin ku katakan. Kemudian dia duduk dan makan dengan tenang. Entah, dia menyimpan luka yang tersirat dari tatapannya, namun dia sangat tenang dan siap mendengarkanku dengan santai. Tapi tiba-tiba mulutku rasanya kaku, atau karena kikuk dengan sikap yang ditunjukkannya. Aku menenangkan diri dengan menenggelamkan waktu beberapa menit dalam makanan.

Aku harus mengatakan ini, "Aku ingin bercerai." Tetapi sama sekali dia tidak menunjukkan rasa terkejut, malah dia bertanya dengan lembut, "Kenapa?" Tapi aku tidak ingin menjawabnya, kemudian dia marah dan membuang sendoknya, dia berteriak padaku, "Kau bukan laki-laki!" Malam itu kami saling bungkam, tapi aku yakin, air matanya saat itu adalah perasaannya yang ingin tahu ada apa dengan pernikahan kami, aku memang tidak bisa menjelaskannya, bahwa aku sudah tidak mencintainya lagi, dia kehilangan hatiku, rasa cintaku untuk Jane saat ini, selama ini aku bertahan karena kasihan padanya.

3 dari 7 halaman

Aku menulis surat perceraian

Foto : copyright shutterstock.com

Rasa bersalah bergumul di dalam jiwaku, bahkan sedikit menggetarkan jemariku ketika menulis surat perceraian. Istriku mendapatkan rumah, mobil, dan 30 persen dari saham perusahaanku. Ketika dia selesai membacanya, istriku merobek kertas itu hingga serpihan kecil, mungkin demikian juga dengan hatinya, terkoyak tak lagi utuh. Kemudian pecah tangisnya di hadapanku, inilah yang kuinginkan, tangisannya kali ini rasanya seperti pembebasan dari ide yang berminggu-minggu ku rajut. Dan aku akan bersama Jane tanpa ragu lagi.

Esoknya, aku pulang ke rumah dan mendapati istriku sedang menulis sesuatu di meja makan, aku tidak berhenti untuk makan malam, aku langsung tidur setelah seharian bersama dengan Jane. Beberapa saat kemudian aku bangun dan mendapati dia masih di tempatnya menulis. Tak begitu tertarik untuk memperhatikannya, aku kembali tidur. Aku lebih menyukai tenggelam dalam impianku bersama Jane. Perempuan yang begitu hangat, yang merebut hatiku. Sebenarnya aku tidak ingin Jane terlihat sebagai perusak rumah tanggaku, sehingga aku menyalahkan istriku, entah apapun caranya, dia sudah tak menarik lagi.

4 dari 7 halaman

Perjanjian dengan istriku

Foto : copyright shutterstock.com

Pagi berikutnya dia mengatakan bahwa tak ada yang diinginkannya dariku setelah bercerai. Tetapi dia meminta waktu selama satu bulan sebelum bercerai. Dia ingin kami bisa hidup layaknya suami istri seperti biasanya, alasannya sangat sederhana, saat itu anak kami sedang dalam masa ujian sekolah, dia tidak ingin mengganggu masa ujian anak kami karena pernikahan yang sudah tak bisa dipertahankan ini. Aku menerima perjanjian ini.

Kemudian dia mengajukan permintaan yang bagiku sangat aneh, dia meminta kepadaku untuk mengingat bagaimana aku membawa dia ke kamar pengantin di hari pernikahan kami dulu. Dan dalam satu bulan itu dia ingin setiap hari membawanya dari tempat tidur hingga ke depan rumah kami, kupikir mungkin dia agak sedikit gila. Namun karena dia tidak meminta apapun dari perceraian ini, aku senang, aku mengiyakan permintaannya. Aku kemudian menceritakan ini pada Jane, dia mencemooh permintaan istriku itu, "Apapun trik yang dilakukannya, dia seharusnya bisa menerima perceraian ini"

5 dari 7 halaman

Hari pertama

Kami tidak pernah lagi ada kontak badan sejak aku mengutarakan perceraian beberapa hari lalu, pada hari pertama ini aku merangkulnya, kami sedikit canggung, aku berjalan hingga 10 meter ke depan dengan dia ada di rangkulanku, anak kami melihat ini dan menepuk punggung kami, "Wow, ayah memeluk ibu." Istriku kemudian mengatakan dengan lembut, jangan sampai anak kami mendengar bahwa kami akan bercerai. Setelah sampai di depan, aku mengantarnya untuk naik bus, sedangkan aku pergi ke kantor naik mobil sendirian.

Sedangkan pada hari kedua semuanya terjadi lebih mudah, dia merebah di dadaku, aku mencium bau wangi dari bajunya. Sesaat kemudian aku sadar, bahwa selama ini aku tidak pernah memperhatikan istriku. Dia ternyata sudah tidak muda lagi, ada kerutan halus di wajahnya, rambutnya bahkan sudah beruban. Apa yang selama ini kulakukan padanya! Pada hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa ada desiran intim yang pelan-pelang membuatku ingin memeluknya, wanita yang 10 tahun sudah mengorbankan hidupnya bersamaku. Pada hari kelima dan keenam, aku menyadari keintiman itu tumbuh lagi. Aku menyembunyikan ini dari Jane, dan rasanya semakin hari semakin ringan ketika aku harus menggendongnya, aku berpikir bahwa latihan setiap hari membuat otot lenganku semakin kuat.

6 dari 7 halaman

Aku terkejut

Foto : copyright shutterstock.com

Suatu pagi aku melihat dia begitu risau mencoba beberapa baju di depan kaca. Rasanya tidak ada yang cocok dan ketika dia menghela napas, aku menyadari semua pakaiannya nampak kebesaran, tubuhnya ternyata lebih kurus, inilah kenapa semakin ringan setiap kali aku membopongnya! Aku tahu kini, banyak rasa sakit yang mungkin dia kubur selama pernikahan kami. Aku mengulurkan tangan dan memeluknya, sambil mengusap lembut kepalanya. Entahlah kenapa aku melakukannya. Saat itu anak kami masuk dan mengatakan, "Saatnya untuk menggendong ibu, Ayah" Setiap pagi, momen aku menggendong istriku menjadi bagian yang penting untuk anak kami.

Istriku mendekat pada anak kami dan memeluknya dengan erat. Aku segera memalingkan wajah, takut momen seperti ini akan mengubah pilihanku. Kemudian aku mengajaknya ke depan, sambil memeluknya, dan tangannya menyandar lembut di punggungku, entah mengapa aku merasa saat ini seperti pernikahan kami. Berat badannya kini jauh lebih ringan, tiba-tiba membuatku sedih. Pada hari terakhir, satu bulan itu, aku memeluknya, rasanya hampir aku tidak bisa melangkah. Anak kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluknya, "Aku tidak menyadari, bahwa kita selama ini sangat mesra" Kemudian aku segera pergi ke kantor setelah mengantarnya sampai bus berlalu. Aku segera menemui Jane dan mengatakan padanya, aku tidak ingin bercerai.

7 dari 7 halaman

Aku tidak ingin bercerai lagi

Foto : copyright shutterstock.com

"Apakah kau sakit?" ucap Jane sambil menempelkan tangannya di dahiku. Aku memegang tangannya, "Maaf Jane, aku tidak ingin bercerai, selama ini rumah tanggaku membosankan karena kami tidak pernah menghargai momen-momen kebersamaan kami, bukan karena kami sudah tidak saling mencintai. Aku sadar, sejak aku membawanya ke rumah setelah pesta pernikahan kami, seharusnya aku memeluknya sampai kematian memisahkan kami" Jane kemudian melayangkan tamparan keras padaku, sambil menangis dia membanting pintu dan lenyap dari pandanganku.

Di perjalanan pulang dari kantor, aku memesan buket bunga untuk istriku. Kemudian pelayan toko memberikan kartu ucapan, sambil tersenyum aku menulis, aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian memisahkan kita. Ketika malam aku tiba di rumah, aku berlari naik tangga dan mungkin waktu itu wajahku sangat berseri-seri, aku segera mencari istriku, mungkin dia ada di kamar. Namun setelah itu aku tidak bisa berkata apapun, istriku terbujur kaku di tempat tidur.

Ternyata selama ini istriku berjuang melawan kanker selama berbulan-bulan, sedangkan aku sibuk dengan Jane. Dia tahu bahwa mungkin hidupnya tak akan lama lagi, dia ingin menyelamatkanku dari reaksi negatif anakku ketika mengetahui aku menceraikannya. Kini, setidaknya di mata anak kami, aku adalah seorang suami yang penuh kasih.

Memiliki waktu bersama pasangan seharusnya tidak pernah hilang ketika Anda telah menikah. Hal-hal kecil yang Anda lakukan akan membangun keintiman, inilah pernikahan yang bahagia.