Di saat teman seusianya masih bermain dan mengenyam pendidikan di bangku sekolah, Warni Uwas Acing menjalani kisah hidup yang berbeda. Sejak dirinya masih berusia 11 tahun, Warni harus pergi ke Arab Saudi untuk menjadi pembantu rumah tangga di sana.
Tak ada yang tahu siapa yang membuat gadis kecil ini dapat menjadi seorang TKW di usianya yang masih sangat belia. Yang jelas, data paspornya dipalsukan agar gadis malang ini dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi tenaga kerja di negeri orang.
Tidak hanya itu, hingga 12 tahun bekerja, Warni tidak menerima gaji yang sudah menjadi haknya. Simak kisah lengkapnya, seperti dilansir Merdeka.com berikut ini.
Tidak Cuti dan Tidak Menerima Gaji
Kisahnya berawal di tahun 2001, saat itu Warni yang masih berusia 11 tahun diberangkatkan ke Arab Saudi oleh PT Acindo Jishu Senta. Pada paspornya tertulis tanggal kelahiran palsu, yaitu 12 Juni 1971. Padahal sebenarnya Warni lahir pada tahun 1990.
Sejak itu, gadis bau kencur ini putus hubungan dengan seluruh keluarga dan orangtuanya di Indonesia. Meskipun tak pernah diperlakukan dengan kasar, majikannya tak memperbolehkan Warni untuk cuti. Bahkan gaji yang menjadi haknya tak pernah diberikan padanya.
Pada awalnya Warni digaji 600 Riyal per bulan. Namun setelah 2 tahun, atas kesepakatan bersama gajinya menjadi 500 Riyal. Gaji tersebut tak pernah diterimanya.
Dilaporkan Hilang
Di tahun 2010, orangtua Warni, Uwas Acing membuat pengaduan pada Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) atas hilangnya anak kandungnya. Sejak itu, KBRI Riyadh melacak keberadaan Warni termasuk melalui Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, namun tidak membuahkan hasil.
Akhirnya Ditemukan
Keberadaan Warni baru diketahui saat dirinya dan majikannya, Falah Muhaya Falhan Al Assimi, datang ke KBRI pada 8 April 2014 lalu. Warni dan Majikannya saat itu hendak memperpanjang paspor milik Warni. Kesempatan langka itu langsung dimanfaatkan dengan baik oleh KBRI Riyadh yang sudah lama melacak keberadaan Warni.
"Ya benar, Warni sudah kami lindungi di KBRI dan sedang dalam proses untuk dipulangkan di Indonesia," kata Duta Besar RI untuk Arab Saudi AM Fachir, seperti dikutip dari Antara, Kamis (10/4) malam.
Mendapatkan Haknya Kembali
Warni menceritakan kisahnya pada petugas di KBRI. Dia juga mengatakan perihal gajinya yang belum pernah dia terima dari majikannya yang bermukim di Dammam, kota pelabuhan Teluk Persia/Teluk Arab, Provinsi Sharqiyah. Meskipun begitu, Warni mengaku selama ini diperlakukan dengan baik oleh majikannya tersebut.
Beruntung sang majikan, Falah Muhaya kooperatif saat dimintai keterangan oleh petugas KBRI. Falah bersedia membayar lunas semua gaji Warni selama 13 tahun bekerja padanya.
Pada tanggal 9 April kemarin, Warni mendapatkan gaji yang sudah menjadi haknya bak durian runtuh. Gadis ini mendapatkan 80.400 Riyal atau sekitar Rp 241,2 juta, ditambah biaya tiket pesawat ke Indonesia sebesar 2.000 Riyal.
Bertemu Kembali Dengan Keluarga
Dengan linangan air mata kebahagiaan, gadis ini akhirnya berbicara dengan keluarganya di Indonesia untuk pertama kalinya setelah belasan tahun merantau di negara asing. Warni pun akan segera bertemu kembali dengan keluarga tercintanya itu. Uwas Acing, ayah Warni, menyampaikan ucapan terima kasihnya pada KBRI Riyadh yang telah membantunya untuk bertemu kembali dengan putri kesayangannya yang sudah lama hilang.