Ladies, jika mungkin Anda seorang ibu, apa saja yang sudah Anda ketahui tentang dunia bayi? Bayi selain selalu membuat hati gemas ketika bertingkah lucu, biasanya Anda sering dikejutkan dengan keterampilan baru yang ditunjukkan bayi di setiap fase perkembangannya. Bagi orang tua yang baru saja memiliki bayi baru, biasanya sering takjub dan bahagia ketika buah hatinya tumbuh dengan ceria dan cerdas.
Ternyata ada beberapa fakta yang menyebutkan bahwa bayi lebih pintar daripada orang yang lebih dewasa darinya. Keadaan ini sangat jarang sekali disadari oleh keluarga atau orang-orang di sekitarnya. Mungkin jika sebagai orang tua Anda bisa mengetahui kehebatan si kecil sejak dini, maka Anda bisa mengarahkan buah hati untuk bisa lebih berkembang di kemudian hari. Simak yuk apa saja yang belum pernah Anda ketahui tentang kecerdasan bayi seperti dilansir dari listverse.com.
Bayi bisa memahami pikiran orang
Agnes Kovacs dari Hongaria Academy of Sciences di Budapest melakukan percobaan dengan 56 anak sebagai responden yang rata-rata berusia 7 bulan. Anak-anak diberikan sajian film kartun dengan objek karakter Smurf dan objek satunya adalah bola. Smurf mengamati bola yang bergulir di atas meja, ketika Smurf mulai bergerak untuk mengejar bola, tiba-tiba bola menghilang, namun bayi paham jika bola menghilang tetapi karakter Smurf tidak.
Kemudian Smurf menemukan bolanya kembali, tampak reaksi bayi terkejut. Mereka kemudian tetap menatap layar meskipun mereka tahu bola kini menghilang kembali. Ini menunjukkan bahwa bayi tidak percaya akan tipuan bola yang dia saksikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para ilmuwan percaya bahwa aksi bayi misalnya menangis tengah malam atau rewel adalah hal yang benar-benar disadarinya, bukan semata-mata karena dia masih bayi.
Bayi bisa merasakan jika orang tuanya marah
Ketika Anda sedang memiliki permasalahan dengan pasangan kemudian terlibat dalam diskusi atau perdebatan yang panas, sebaiknya Anda memilih tempat di luar rumah atau ketika Anda sedang tidak bersama bayi Anda. Karena bayi yang sedang lelap tertidur pun bisa merasakan jika orang tuanya sedang marah, hal ini ternyata bisa merusak perkembangan psikologis mereka sejak dini. Pada tahun 2013 lalu, peneliti dari Universitas of Oregon memilih sekelompok ibu-ibu untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa sering mereka bertengkar dengan suami atau orang lain.
Setelah itu, ibu menidurkan bayi mereka dan diamati dengan MRI. Bayi-bayi ini tidur siang sambil memakai headphone. Kemudian para peneliti memainkan rekaman suara senang, netral, dan kemudian tiba pada nada tinggi. Ilmuwan mengamati bagaimana aktivitas otak bayi. Ternyata pada bagian otak yang berhubungan dengan stres dan regulasi emosi menunjukkan peningkatan aktivitas. Para ilmuwan menyarankan agar orang tua sebisa mungkin untuk menghindarkan anak-anak mengetahui pertengkaran mereka, karena bisa menimbulkan stres atau kecemasan sejak dini.
Bayi bisa memahami musik sebelum mereka lahir
Mungkin Anda sudah sangat akrab dengan melihat ibu-ibu yang sedang hamil meletakkan headphone di perut mereka. Menurut penelitian dari University of Helsinki, musik dapat membantu perkembangan bayi terutama kemampuan berbicara. Yang lebih menarik lagi ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa bayi bisa mengingat lagu-lagu yang mereka dengar di dalam rahim. Pada tahun 2013 para ilmuwan Helsinki memilih 12 orang ibu hamil dan memainkan "Twinkle, Twinkle Little Star" untuk janin mereka selama 5 kali dalam seminggu.
Setelah melahirkan, bayi mereka kembali dibawa untuk dilakukan penelitian ulang. Para ilmuwan ingin mengukur aktivitas otak bayi ketika mereka mendengarkan lagu pengantar tidur. Ternyata hasilnya sangat menakjubkan, aktivitas otak bayi yang mendengarkan lagu yang sama ketika masih dalam rahim, mengenali lagu yang mereka dengarkan kembali setelah lahir. Ini menunjukkan bahwa otak manusia adalah salah satu organ yang sangat luar biasa.
Bayi bisa menunjukkan rasa simpati
Simpati adalah salah satu emosi manusia yang sangat mendasar, atau yang kini lebih sering disebutkan sebagai rasa peduli terhadap orang lain. Menurut penelitian di Kyoto University, rasa simpati ini sudah muncul pada manusia sejak kecil. Pada tahun 2013 penelitian dipimpin oleh Shoji Itakura melakukan percobaan dengan memisahkan 40 bayi dalam dua kelompok. Salah satu kelompok bayi menyaksikan film kartun lucu di mana ada dua buah benda yang melakukan interaksi yaitu saling memukul.
Sedangkan kelompok lainnya menyaksikan film yang sama, namun tidak ada benda yang berinteraksi satu sama lain. Kemudian bayi diberikan beberapa tindakan lagi untuk memastikan kepada siapa bayi-bayi ini lebih berpihak, pada korban atau pada karakter yang jahat. Ternyata setelah serangkaian tindakan dilakukan, kemudian bayi disuruh memilih di antara kedua karakter tersebut, ternyata semua bayi lebih memilih menyukai korban.
Bayi peduli dengan diri mereka sendiri
Kecuali menderita gangguan tertentu, manusia sangat memperhatikan tubuh mereka sendiri, selain itu juga sangat memperhatikan bagaimana tubuh mereka melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Lalu bagaimana dengan bayi, apakah mereka juga menyadari hal yang sama dengan orang yang lebih dewasa? Untuk mengetahui hal tersebut Maria Laura Filippetti dari University of London melakukan penelitian dengan melibatkan 40 bayi yang baru lahir, mulai dari yang usianya baru 12 jam hingga menginjak usia empat hari.
Bayi-bayi ini kemudian diberikan sebuah tontonan televisi di mana wajah bayi dibelai dengan kuas yang lembut. Ternyata secara langsung, bayi yang menyaksikan adegan tersebut tiba-tiba menirukan gerakan membelai pipinya seperti tersihir dengan adegan yang dilihatnya. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan ini maka dapat disimpulkan bahwa bayi juga memiliki sense of feeling kepada tubuh mereka sendiri. Makanya bayi akan menangis ketika merasa tidak nyaman sedikit saja.
Bayi dapat membedakan anjing pemarah dan anjing yang ramah
Sejak zaman dulu entah mengapa sudah ada perang antara bayi dan anjing. Bayi tanpa ampun sering kali menarik ekor anjing atau telinga anjing. Mungkin Anda lupa untuk memperhatikan, mengapa anjing kesayangan anak Anda hanya diam dan masih bersedia menemani si kecil meskipun mendapat perlakuan yang menyakitkan dari si kecil. Hal ini karena ternyata bayi bisa membedakan mana anjing yang pemarah dan mana anjing yang bisa ramah kepadanya.
Dipimpin oleh Ross Florn, para peneliti dari Brigham Young University melakukan percobaan pada 128 bayi mulai usia 6 hingga 24 bulan. Kemudian bayi-bayi tersebut diberikan dua buah foto anjing, salah satu foto menunjukkan anjing dengan mimik yang sangat lucu. Dan foto lainnya adalah anjing yang menunjukkan gigi geraham sangat tajam. Pada saat ini bayi belum menunjukkan reaksi yang signifikan. Kemudian peneliti memutarkan rekaman suara anjing, ketika bayi mendengar suara geraman, bayi kemudian menatap gambar anjing yang pemarah. Setelah dilakukan berulang-ulang, ternyata bayi memberikan respon yang sama. Ini berarti bayi bisa memilih anjing peliharaan yang bisa berteman dengannya.