Heboh: Karena Mencuri, Kepala Sekolah Telanjangi 2 Murid di Depan Ratusan Siswa

Fimela diperbarui 27 Mar 2014, 14:00 WIB

Oleh: Winda Carmelita

Ladies, dalam mendidik anak memang setiap orang tua memiliki cara tersendiri. Ada yang memilih menjadi sahabat bagi anak-anaknya, ada pula yang menetapkan gaya otoriter. Namun, gaya mendidik otoriter ternyata memiliki banyak pro dan kontra, seperti yang dilakukan oleh Ruwaidah Idrus ini.

Seperti apa kisah kepala sekolah yang menelanjangi 2 siswa di hadapan ratusan muridnya ini? Dan bagaimana dampak pengasuhan anak dengan cara otoriter? Simak dalam kisah berikut ini.

(vem/wnd)
2 dari 6 halaman

Dihukum Karena Mencuri

Foto: copyright thinkstockphotos.com

Dilansir oleh merdeka.com, saat masih menjabat sebagai kepala sekolah SD Negeri 14 Tibawa, Ruwaidah menghukum dua siswa karena dituduh mencuri di dalam sekolah dan di rumah warga. Apa yang dilakukan oleh kedua murid tersebut, menurut Ruwaidah, sudah diluar batas kewajaran dan perlu ditindak serius.

Geram karena merasa dibodohi, Ruwaidah menghukum kedua siswa tersebut dengan menelanjanginya saat apel sekolah pada hari Sabtu (15/3). Kejadian tersebut dilakukannya di depan ratusan murid. Namun ternyata ada seseorang yang merekam kejadian tersebut. 

3 dari 6 halaman

Video Kejadian Beredar, Warga Heboh

Foto: copyright thinkstockphotos.com

Tindakan Ruwaidah ternyata direkam oleh seseorang. Video tersebut akhirnya beredar luas di sekitar daerah Kabupaten Gorontali dan daerah lainnya. "Waktu saya menghukum mereka, ternyata ada orang yang merekamnya," ujar Ruwaidah. Kontan video tersebut menghebohkan masyarakat.

Namun, Ruwaidah menilai video dan pembicaraan yang beredar di masyarakat sudah terlalu berlebihan. Karena video yang beredar tersebut, kasus ini terangkat ke permukaan hingga melibatkan pihak berwajib.

4 dari 6 halaman

Mendidik Dengan Menghukum?

Foto: copyright thinkstockphotos.com

Menurut Ruwaidah, Rabu (26/3), peristiwa yang terjadi Sabtu (15/3) itu dianggap tindakan biasa dan ia berniat untuk mendidik. Baginya, tindakan tersebut dilakukan untuk mendidik anak-anak agar berbudi pekerti sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dikatakan Ruwaidah, baginya tindakan itu merupakan bentuk pengabdian, mendidik dan membentuk anak-anak bangsa agar berperilaku yang baik, tak hanya cerdas. Dirinya menilai yang dilakukan kedua siswa tersebut di luar batas kewajaran, maka perlu ada penanganan yang serius.

Walaupun Ruwaidah menilai tindakannya adalah hal yang wajar, namun di mata hukum hal ini dianggap melanggar. Kapolres Gorontalo, AKBP Budi Setiawan menegaskan kasus ini tetap akan diproses lanjut terkat dengan pelanggaran Undang-undang Perlindungan Anak, pasal 82 ayat 3. Kini, Ruwaidah telah dicopot jabatannya sebagai kepala sekolah.

5 dari 6 halaman

Pola Pendidikan Otoriter

Dalam mengasuh anak, masing-masing orang tua memiliki ciri khas. Termasuk salah satunya adalah orang tua yang mendidik anak secara otoriter. Lantas, seperti apa sih model pendidikan otoriter itu?

Model pola asuh orang tua yang otoriter lebih menekankan pada pengasuhan yang memiliki standar dimana standar itu harus dipatuhi sang anak. Kepatuhan, rasa hormat dan sopan santun menjadi poin utama yang harus dilakukan anak terhadap orang tua.

Pendidikan model ini umumnya banyak dilakukan dengan menggunakan kekerasan verbal maupun non verbal dalam mendidik anak. Meskipun sang anak akan menurut, tetapi hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis dan sosialnya di masa mendatang.

Lalu, apa sih dampak pendidikan otoriter terhadap anak?

6 dari 6 halaman

"Aku Menurut Karena Aku Takut"

Foto: copyright thinkstockphotos.com

Pola pendidikan otoriter memang akan dengan mudah membuat seorang anak patuh terhadap orang tuanya. Namun, Ladies, walaupun sang anak menurut, sebetulnya sang anak mendengar bukan karena kewibawaan orang tuanya, melainkan karena takut akan pukulan dan kekerasan.

Jika hal ini terus-terusan dilakukan, maka sang anak akan cenderung dendam, tertekan, menarik diri secara sosial dan bahkan tampak kurang percaya diri. Di kemudian hari, anak dengan pola pengasuhan ini akan memiliki resiko berperilaku negatif, misalnya: anti sosial, agresif, impulsif dan mudah marah. Pola pengasuhan yang seperti ini biasanya akan berulang-ulang pada generasi berikutnya secara tidak disadari.

Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang bagaikan kertas polos diberikan kepada kita sebagai orang tua. Sikap dan perilaku anak di masa mendatang, tergantung bagaimana orang tua menuliskan dan membentuk kertas itu. Anda yang memilih sendiri bagaimana mendidik anak Anda. So, be wise, Parents :)