Pengakuan kontroversial ini tentu akan membuat sekian banyak orang protes. Menuduh tidak ber-Tuhan, tidak sayang keluarga, bukan wanita baik-baik, atau entahlah apalagi yang akan ditujukan. Tetapi, pengakuan cukup berani ini aku tulis agar banyak wanita menyadari kesalahannya, memperbaiki hubungan dengan suami mereka sejak dini, dan tahu apa itu komitmen pernikahan yang sebenarnya.
***
Namaku, tidak perlu orang tahu. Aku menikah sudah 10 tahun yang lalu dan dikaruniai dua anak, usia 8 dan 6 tahun. Aku dan suamiku sama-sama bekerja, dan sibuk setiap saat. Pun demikian, aku dan suami selalu berusaha pulang ke rumah dan memastikan anak-anak kami hidup normal seperti anak-anak pada umumnya. Kami juga sangat memperhatikan semua keperluan mereka, dan berusaha menjadi orang tua yang sangat baik.
Aku dan suami bertemu saat masih duduk di bangku kuliah. Jatuh cinta, dan sama-sama tahu bahwa satu sama lain adalah sosok populer yang punya banyak fans. Ia pria yang tampan, dan aku juga dikerumuni banyak pria yang bertaruh mendapatkan cintaku. Namun akhirnya aku memilihnya, dengan segala konsekuensi yang aku tahu.
Kamipun berpacaran, dan setelah beberapa bulan berpacaran, muncullah kecemburuanku yang sering tak tertahankan. Aku tahu dia tampan, aku tahu banyak yang menyukainya, dan aku begitu egois karena aku ingin ia hanya menjadi milikku saja. Akhirnya kami jadi sering bertengkar, dan aku membatasi banyak hal di dalam hidupnya.
Ia bilang ia mencintaiku, dan hal itu dibuktikannya dengan melamarku setelah kami lulus dari bangku kuliah. Kami menikah, dan bahagia dengan pernikahan kami.
***
Selang setahun pernikahan kami, semuanya yang tadinya manis kembali diganggu dengan kecemburuan-kecemburuanku. Aku kerap curiga kalau-kalau ia punya affair dengan wanita lain. Aku membatasi ruang geraknya, aku sering marah-marah tidak jelas, dan kami selalu bertengkar hebat setiap malam hingga nyaris terucap kata perpisahan.
Ia sendiri memang sering pulang larut malam, bahkan dini hari. Semakin menguatkan alasan untuk bertengkar dengannya. Pertengkaran kemudian mereda ketika aku hamil. Dan sepanjang kehamilanku, ia berubah menjadi suami yang sangat peduli dan mencintaiku. Ia tak pernah lagi pulang terlambat, bahkan selalu membantuku menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang tak pernah bisa kulakukan.
Mimpi buruk itu datang lagi
Setelah kelahiran anak pertamaku, dalam beberapa bulan suamiku berubah sikap lagi. Ia mulai terlambat pulang, bahkan kali ini sampai tidak pulang.
Kesabaranku nyaris habis, aku tahu di belakangku ia berselingkuh. Namun aku memilih berdiam dan berpikir apa yang harus kulakukan agar anakku tidak sampai kehilangan ayahnya. Akupun diam.
Setelah anakku cukup dewasa dan bisa kutitipkan pada mertua, aku kembali bekerja. Pekerjaanku sangat menyenangkan, membuatku sering travelling ke banyak tempat, bertemu orang-orang baru, dan pria yang masih muda.
Dari sanalah awalnya aku mulai tertarik pada pria-pria yang menjadi klien atau rekan kerjaku. Diam-diam aku menjalin hubungan gelap demi membalas rasa sakit di hatiku. Aku tak butuh lagi jawaban atau pengakuan dari suami bahwa ia telah berselingkuh di belakangku. Aku tak butuh lagi bertengkar dengannya, karena justru sejak berselingkuh kuakui hubungan rumah tanggaku baik-baik saja.
Kami selalu pulang ke rumah, bercanda hangat di rumah, mengurus anak, dan aku hamil anak keduaku.
Pria-pria lain yang mengisi hidupku
Hingga anak keduaku lahir, setelah kembali bekerja dan keluar dari rumah aku tetap menjalani affairku. Bahkan seringkali aku mengatur untuk bisa keluar kota selama beberapa hari dengannya. Aku bahagia. Aku merasa menikmati hubungan-hubungan asmara dengan pria-pria lain di dalam hidupku itu.
Aku selalu jujur membiarkan mereka tahu aku adalah istri dan ibu dari dua anak. Aku tak pernah melepas cincin kawinku, dan tak pernah berbohong atau membual cerita bahwa pernikahanku tidak bahagia. Tidak. Aku hanya menikmati saja menjalin hubungan dengan mereka.
Dan sepertinya suamiku juga melakukan hal yang sama. Aku yakin ia punya affair dengan wanita lain yang mungkin lebih muda dan lebih lincah daripada aku. Pun demikian, yang terpenting adalah ia selalu kembali ke rumah, bertanggung jawab sebagai suami dan ayah dari anak-anakku tanpa kurang apapun.
Dia. Hanya suamikulah yang aku cintai. Namun aku akui, perselingkuhan ini yang menjadikan hubungan rumah tanggaku jauh dari keretakan dan perpisahan.
***
Tidak. Aku tidak ingin ada wanita lain yang merasakan hal sama sepertiku. Aku ingin kalian berpikir baik-baik sebelum kalian menikah. Atas dasar apakah pernikahan kalian dilakukan? Adakah komitmen kuat yang bisa dipegang keduanya hingga hubungan tidak hanya diisi dengan api cemburu dan berakhir dengan perselingkuhan.
Pertimbangkanlah baik-baik saat kalian akan menikah, karena di saat kalian salah memilih pendamping hidup, maka tak akan ada langkah mundur untuk memperbaiki kesalahan kalian. Ya. Bahkan perceraianpun tidak akan berhasil memperbaikinya.
(Seperti dikisahkan oleh seseorang yang tidak ingin disebut namanya. Sebagai sebuah kisah yang menginspirasi agar tidak ada wanita lain yang salah memilih langkah dalam hidup dan kisah asmaranya. Semoga bisa menjadi renungan yang berarti.)
- 4 Presiden Dunia Dan Rumor Perselingkuhannya Dengan Selebritis
- Balas Dendam Pada Mantan Kekasih, Penting Nggak Sih?
- Gila, Seorang Suami Tulis 300 Pesan di Anak Tangga Untuk Minta Maaf Kepada Istri
- Persamaan Sifat Pria Yang Doyan Selingkuh
- Brant dan Ellie – Perselingkuhan Berulang Yang Menyakitkan
(vem/bee)