Tragis, Gadis Ini Tewas Setelah Menyebut Idolanya Lebih Baik Dari Sang Ayah

Fimela diperbarui 25 Mar 2014, 14:20 WIB

Ladies, kita tak pernah bisa memilih dengan orang tua yang mana kita akan lahir dan tinggal. Namun hal tersebut tak sebaiknya menyebabkan kita jadi terpecah dalam keluarga sendiri.

Sebuah kejadian tragis dialami oleh seorang ayah bernama Zhou Kai dan anak perempuannya. Nyawa sang putri melayang di tangannya akibat serentetan perdebatan yang sengit. Seperti dilansir dari Asiantown, kehidupan keduanya tak terlalu harmonis. Zhou Kai bekerja dengan penghasilan pas-pasan, sedangkan ia memiliki anak perempuan yang masih dalam masa puber dan istrinya mengalami cacat mental.

Sejak kecil, putrinya tidak begitu menyukai sang ibu. Seperti sebuah cerita dalam film, anak gadis Zhou Kai pernah berkata, "Kenapa aku tidak memiliki ibu yang cantik? Aku takut nanti tidak akan punya pacar karena punya ibu seperti itu," ujarnya.

Zhou Kai mencoba mengendalikan perasaannya. Bagaimanapun itu adalah putrinya dan memang hal ini tidak mudah. Perekonomian yang pas-pasan serta istrinya yang memiliki keterbatasan. Zhou Kai berusaha menjadi ayah dan suami yang baik dengan mencukupi kebutuhan mereka.

Anakku Lebih Sayang Idolanya

Dalam satu tahun terakhir, putri Zhou Kai sering menghabiskan waktunya untuk internet. Sepulang sekolah langsung menghadap komputer dan lupa makan demi melihat idolanya. Ia menghabiskan banyak uang untuk membeli tas, baju dan merchandise lainnya.

Zhou Kai mengetahui dari ibunya bahwa sang putri terobsesi dengan salah satu boyband papan atas Korea. Ia ikut fanclub dan fan meeting. Untuk biaya internet dan hobinya ini, ia sudah menghabiskan banyak uang. Perangainya pun berubah jadi lebih dingin dan acuh pada sang ayah.

Suatu ketika Zhou Kai meminta putrinya untuk mematikan komputer sebelum jam 4 pagi, namun yang diterimanya adalah bentakan dari sang anak. Yang paling buruk adalah ketika putrinya meminta uang untuk membeli tiket konser boyband tersebut yang mahal harganya. Bahkan ia meminta uang lebih untuk membeli satu tiket lagi dan sebuah kado untuk sang idola.

"Kita ini bukan orang kaya, kita tak punya uang banyak," jawab sang ayah. Putrinya pun membalas, "Lalu? Kenapa ayah tidak pergi dan mencari uang?" Kejadian ini pun segera diatasi sang nenek dengan memberi cucunya uang 2700 yuan atau sekitar Rp 4,3 juta.

Anakku Mati di Tanganku

Zhou Kai mengalami perlakuan yang kurang sopan dari anaknya secara bertubi-tubi. Namun ia mencoba sabar dan menguasai dirinya. Hingga hari yang naas itu tiba. Sang anak tak mau sekolah hanya karena tak bisa menemukan rautan pensilnya.

Merasa anaknya melunjak, Zhou Kai menegurnya, "Kau duduk di depan komputer terus-terusan, yang kau tahu hanya menghabiskan uang saja."

Putrinya pun menjawab, "Kalau cuma uang, aku bisa mengembalikannya nanti." Mendengar jawaban yang dingin itu, Zhou Kai mencoba memelankan suaranya dan berkata, "Kamu tak perlu mengembalikan uang itu padaku. Sekeren apapun idolamu, mereka tak mencintaimu seperti orangtua sendiri. Kau tahu, hal ini mempengaruhi pendidikanmu?" kata sang ayah.

Namun putrinya kembali membentaknya, "Aku mencintai mereka ribuan kali lebih dari aku mencintaimu! Idolaku jauh lebih baik darimu!"

Tersayat-sayat mendengar apa yang dikatakan putrinya, Zhou Kai pergi ke dapur dan mengambil pisau, awalnya ia hanya ingin membuat putrinya gentar. Namun sang putri makin menjadi, "Idolaku jauh lebih baik daripada orang tua sepertimu!"

Lalu Zhou Kai kehilangan kesabarannya dan pisau di tangannya menghabisi nyawa putrinya saat itu juga. Ia melihat anak gadisnya lunglai dan merasa tertekan dengan hal itu. Maka Zhou Kai pun melakukan bunuh diri. Keduanya berusaha diselamatkan oleh tim medis dan polisi yang segera datang. Namun sayang putrinya tak bisa diselamatkan lagi.

Saat Dia Bilang Idolanya Lebih Baik, Itu Menghancurkan Hatiku -Zhou Kai

Zhou Kai menghadapi hakim di pengadilan pasca perawatan di rumah sakit. Ia menceritakan semua keluh kesahnya selama menghadapi putri semata wayangnya. Ia sangat menyayangi putrinya dan berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga, namun hatinya hancur tatkala anaknya mengucapkan demikian.

"Saat aku mendengar dia bilang bahwa idolanya lebih baik daripada orang tua sepertiku, aku tak bisa menahannya lagi. Hal itu sangat menghancurkan hatiku," ujarnya. Zhou Kai mengaku telah berusaha keras memahami putrinya, gadis itu tetap keras kepala dengan impian tentang Koreanya.

Begitulah sebuah masalah yang kelihatannya sederhana bisa menghancurkan hubungan antara ayah dengan putrinya. Nasi telah menjadi bubur dan Zhou Kai mungkin harus menanggung buah perbuatan serta penyesalannya. Semoga hal ini tak terulang kembali. Anak di usia remaja memang sedang kritis-kritisnya dan adalah tugas orang tua untuk bersikap tegas dan sabar dalam mendidik sang anak. Namun hal ini menjadi pembelajaran bagi remaja dan orang tua tentang pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anaknya. 

(vem/gil)
What's On Fimela