Waktunya Ibu Rumah Tangga Untuk Kembali Ke Dunia Kerja

Fimela diperbarui 08 Mar 2014, 09:00 WIB

Mengurus rumah memang tugas utama dari seorang ibu rumah tangga. Namun bukan berarti cuma itu aja yang bisa dilakukannya. Banyak sekali ibu rumah tangga yang juga menekuni karirnya. Bahkan beberapa di antaranya berani untuk maju ke dunia politik dan menjadi pemimpin.

Riset terbaru yang dilakukan oleh Regus, sebuah penyedia tempat kerja yang fleksibel, mengkonfirmasi bahwa pola pikir terus berubah dengan cepat. Ditemukan sebanyak 68% perusahaan di Asia Tenggara melaporkan bahwa perusahaan yang menolak untuk tetap memperkerjakan karyawan wanita setelah mereka cuti melahirkan adalah salah.

Banyak yang menganggap bahwa wanita setelah lama meninggalkan pekerjaan, memorinya akan berkurang bahkan usang. Padahal ibu rumah tangga memiliki banyak keahlian yang yang berharga untuk perusahaan. Beberapa strategi untuk menarik lebih banyak ibu kembali ke lingkungan kerja, di antaranya jam kerja yang fleksibel, lokasi kerja yang dekat dengan rumah, dan pilihan menggunakan  video conference untuk menggantikan perjalanan kerja.

 

 

Sedangkan angka persentase menarik lainnya menunjukkan bahwa:

  • 61% responden di Asia Tenggara mengatakan bahwa semakin banyak wanita yang menginginkan untuk dapat bekerja jarak jauh jika mereka kembali ke dunia kerja.
  • Mungkin karena meningkatnya tekanan keuangan , 32% dari responden menyampaikan mereka melihat banyak wanita mengambil cuti melahirkan yang lebih pendek (dibawah 3 bulan).
  • 36% mengatakan: bekerja dekat dengan rumah adalah insentif kunci yang dapat ditawarkan.
  • 44% melaporkan pilihan untuk melakukan video conference ketimbang melakukan perjalanan kerja akan sangat membantu ibu yang kembali bekerja.
 

Beberapa negara mengalami kerugian perekonomian hingga sebesar 27% per capita GDP karena banyaknya wanita yang meninggalkan karir mereka seperti yang dijelaskan oleh Charles Rossi, Country Manager Regus Indonesia. Sedangkan perusahaan yang memiliki banyak karyawan perempuan justru lebih menguntungkan dari pada yang lainnya. Sehingga, perusahaan juga harus tahu bagaimana cara untuk mengadaptasi cara bekerja untuk para ibu-ibu tersebut.

Kondisi dan kinerja ibu yang sudah melahirkan akan berbeda dari sebelumnya. Mereka akan kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan profesional dan personal. Jadi, tidak heran jika banyak mereka lebih menginginkan jam kerja fleksibel, lebih dekat dengan rumah, serta kemudahan yang lainnya. Dengan adanya dorongan perubahan tersebut, para ibu rumah tangga tentu tertarik untuk masuk dunia kerja serta meneruskan karirnya lagi.

 

(vem/riz)