Keren dan Inspiratif! Wanita Jepang Ini Penakluk Puncak Everest yang Pertama

Fimela diperbarui 03 Mar 2014, 11:30 WIB

Tidak semua orang bisa menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest. Gunung yang juga disebut sebagai Sagarmatha ("Kepala Langit" dalam bahasa Sansekerta ini) memiliki ketinggian kurang lebih 8.850 meter. Sudah ada ribuan orang yang berhasil menaklukkan puncak tertinggi di dunia ini. Namun, apakah Anda tahu siapa wanita pertama yang berhasil mendaki dan menaklukkan Puncak Everest?

Sekitar 39 tahun lalu, seorang wanita berkebangsaan Jepang menjadi wanita pertama yang berhasil dan selamat menaklukkan Puncak Everest. Dengan mengambil jalur normal yaitu punggungan tenggara, Junko Tabei berhasil melakukan pendakian hingga puncak pada tanggal 16 Mei 1975. Seperti yang dilansir oleh JapanTimes.co.jp, prestasi Junko Tabei ini merupakan simbol perjuangan wanita Jepang untuk mendapatkan kesetaraan dan kebebasan memilih. Pada sekitar tahun 70-an di Jepang, isu kesetaraan gender menjadi isu yang masih diperbincangkan. Saat itu yang boleh bekerja di luar rumah hanyalah laki-laki sedangkan perempuan harus tinggal di rumah.

"Meskipun wanita sudah bekerja di luar rumah, mereka masih berkewajiban untuk menyajikan teh," ungkap Tabei. Tabei mengaku ia terinspirasi oleh Sir Edmund Hillary yang menjadi orang pertama yang menaklukkan Puncak Everest bersama dengan Sherpa Tenzing pada tahun 1953. Menjadi wanita pertama yang menaklukkan Puncak Everest tak lantas membuat Tabei berbangga diri. Ia memiliki kepedulian yang besar terhadap isu-isu lingkungan. Salah satu hal yang dilakukan sebagai bukti kepeduliannya terhadap masalah lingkungan adalah dengan meneliti masalah sampah di Gunung Everest ketika menempuh studi di Universitas Kyushu.

Wanita yang juga menjadi wanita pertama penakluk tujuh puncak tertinggi di dunia pada tahun 1992 ini mengaku ia sangat menikmati petualangan mendakinya ke gunung-gunung yang unik. Kini, dengan dua anak yang sudah tumbuh dewasa, Tabei mengaku dirinya tak akan pernah berhenti mendaki."Tak pernah sedikit pun terbesit di pikiranku untuk berhenti mendaki--dan selamanya tak akan pernah--meskipun aku sudah melihat banyak orang meninggal di gunung dengan mata kepalaku sendiri," ungkapnya.

(vem/nda)