Singapura telah sukses menggelar perhelatan besar untuk pemuda, Global Youth Summit 2014 – Actions For Earth, yang mengumpulkan 450 remaja usia 11 – 21 tahun dari 13 negara, pada 15 – 18 Januari 2014 di Science Centre Singapura. Acara ini menjadi youth-led global platform atau wadah anak muda dunia berdiskusi, dengan arahan dari aktivis lingkungan, pendidik, pengusaha dan peneliti.
Peserta berasal dari Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Oman, Filipina, Thailand, Vietnam dan Singapura. Mereka dilatih memprakarsai dan merencanakan solusi inovatif berkelanjutan untuk mengurangi sampah dan melindungi lingkungan alam dari kerusakan.
Pertemuan empat hari diisi dengan beragam workshop dengan menghadirkan pembicara antara lain Hugh Mason, yaitu pengusaha, mentor dan investor Singapura, serta CEO JFDI.Asia; Carolina Dawson asal Singapura, Director at Hemispheres Foundation, lembaga non profit penyelenggara acara ini; dan Dr. Mitsuko Watanabe asal Jepang yang berdomisili di Singapura, yang menjabat Vice-director Environment Department of Miyagi Prefecture pada 2003.
Satu-satunya pembicara asal Indonesia adalah Vivid F. Argarini, yang memberi materi bertema Project Management pada hari ketiga. Vivid, yang seorang Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, memberi arahan ke peserta untuk dapat merencanakan dan melaksanakan project secara efektif.
Frieda Loh, dari Hemispheres Foundation, melalui email kepada Vivid menyatakan, “We felt that Ms. Vivid’s talk was one of the best and truly engage,” yang kurang lebih mengatakan bahwa presentasi Bu Vivid adalah salah satu yang sangat menginspirasi.
Di Indonesia, Vivid memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun memimpin Aneka Yess!, majalah remaja sekaligus youth center, yang telah berdiri sejak 1990. Majalah Aneka Yess! memiliki ratusan kegiatan rutin per tahun untuk memberi wadah pemuda melakukan kegiatan positif.
“Di Global Youth Summit saya mengarahkan pemuda untuk plan, organizing, actuating, controlling project mereka. Proposal project juga sebaiknya sederhana dan tajam. Saya ajak mereka berlatih mempresentasikan project dengan confident so you can convince people. Kemudian saya ingatkan juga untuk memanfaatkan social media dan mass media untuk mempromosikan project. Soal me-manage tim, juga bagian yang penting. Dan tidak hanya memberi masukan ke mereka, namun saya juga mendapat banyak pelajaran dari mereka,” papar Vivid.
Indah, murid MAN Mojosari, salah satu delegasi Indonesia berkomentar, “Presentasi Kak Vivid bagus. Memberi masukan kepada kami bahwa saat akan membuat project, kami harus merencanakannya dengan sangat rapi. Dan luar biasa, praktisi media dari Indonesia bisa menjadi pembicara di forum internasional. Membanggakan,” kata Indah.
Selain workshop, peserta juga mengunjungi organisasi lingkungan terkemuka di Singapura seperti Marina Barrage, NEWater plant, dan Semakau Landfill and Incineration plant. Di hari terakhir, semua tim peserta mempresentasikan project, untuk memperebutkan hadiah uang tunai untuk mewujudkan project mereka.
Indonesia menjadi negara yang mengirim peserta terbanyak pada pertemuan ini. Pada presentasi project di hari terakhir, tim dari MAN Mojosari berhasil meraih Juara 2 kategori Senior, dan tim dari Sekolah HighScope Jakarta meraih Juara 2 kategori Junior. Juara 1 kategori Senior diraih tim dari Vietnam, dan Juara 1 kategori Junior diraih tim dari Singapura.
(vem/rsk)