Kemarin siang, saat semua orang masih capek setelah merayakan pergantian tahun, dunia Twitter Indonesia heboh dengan sebuah brosur milik Sedekah Harian yang tersebar cepat. Dalam brosur berjudul #titipDOABaitullah tersebut, setiap orang bisa menitipkan doa yang dibacakan di Tanah Suci. Dengan syarat melakukan pembayaran sedekah minimal Rp 100.000.
Dalam brosur milik akun Twitter @SedekahHarian tersebut, ada gambar Ahmad Gozali (dengan ID Twitter @ahmadgozali) yang disebut sebagai Financial Planner dan Dewan Pembina Komunitas @SedekahHarian. Beliau lah yang akan umroh dan membacakan doa bagi mereka yang sudah bersedekah ke nomor BCA yang disebutkan dalam brosur.
Hal ini jelas membuat para pengguna Twitter memberi banyak kritik, ada yang memberi kritik halus, terang-terangan atau mengkritik dalam candaan.
Istilah titip doa memang ada di sebagian masyarakat Indonesia. Biasanya mereka menitipkan doa pada saudara atau teman yang sedang berada di Tanah Suci ketika naik haji atau umroh. Namun tentu saja, tidak ada tarif atau harga yang diberikan. Biasanya titip doa ini dilakukan atas dasar keikhlasan.
Ketika ada yang titip doa dengan tarif tertentu, jelas saja ini jadi pertanyaan besar, kenapa menitipkan doa harus diberi tarif? Sedekah yang seharusnya berdasarkan keikhlasan hati justru diberi patokan harga minimal.
Dengan banyaknya kritik dan pertanyaan seputar titip doa bertarif, pemilik akun Twitter @ahmadgozali memberi klarifikasi dan meminta maaf tadi malam. Mendoakan para donatur atau mereka yang bersedekah adalah keharusan, sedangkan angka nominal sedekah tertentu dalam brosur adalah kesalahan dalam membuat ketentuan dalam brosur.
Sampai pagi ini, masih ada beberapa orang yang membicarakan titip doa bertarif ini. Pro dan kontra dalam wilayah agama memang sering terjadi, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bukankah sesungguhnya doa adalah keikhlasan hati yang berserah pada-Nya, bukan tentang seberapa besar uang yang Anda keluarkan.
(vem/yel)