Namanya Heri Iswanti, seorang wanita kelahiran Solo, 24 Februari 1952 yang hingga saat ini masih punya kondisi kesehatan yang fit dan segar. Nenek usia 61 tahun ini sudah punya banyak cucu, namun masih aktif menjadi anggota perlindungan masyarakat (Linmas) di kelurahan Sondakan, Laweyan Solo.
Heri Iswanti sudah menjadi anggota Linmas sejak 1989, dan menjadi salah satu pelopor Linmas wanita di kota Solo. Pun demikian, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan istimewa hanya karena ia seorang wanita. Sama seperti anggota Linmas lainnya, ia juga menjalani pelatihan yang sama.
"Saya itu dulu suka memimpin pleton. Anggota saya dulu 33 Linmas wanita, tapi sekarang dipecah. Tak ada perbedaan dengan pria, kalau pria dihukum, kita yang wanita juga harus dihukum. Jangan dibeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan," ungkap Heri, seperti dilansir Merdeka.com.
Menjadi anggota Linmas adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi wanita yang pernah mendapatkan penghargaan 'Kunthi Award' dan Linmas wanita terbaik di Solo ini. Tak jarang, ia harus menghadapi tantangan yang beraneka ragam, yang sering membuat khawatir keluarganya.
"Kita sering dipisuh-pisuhi (dikata-katain kotor) sama warga. Apalagi kalau ada tidak KDRT, orang-orang mabuk dan lain-lain. Sering kita dibentak sama preman, diancam mau dibunuh, disepelekan. Tapi semua itu kita hadapi dengan senyum dan sabar. Kita sudah terbiasa menghadapi hal seperti itu. Kalau sudah angel-angelan (susah diatur), ya kita laporkan ke polisi," paparnya.
Untungnya, keluarga dan sahabat-sahabatnya tetap memberi dukungan sehingga Heri tetap bersemangat. Menghadapi preman saat berpatroli di kampung juga bukan hal yang aneh lagi. Sekalipun tidak dibekali keahlian khusus bela diri, ia memberanikan diri bersama 14 anggota Linmas wanita lainnya untuk tetap berkarya.
Menjadi anggota Linmas, tidak membuat ibu dari enam anak ini kemudian melupakan tugas sebagai ibu rumah tangga dan istri. Bersama suami yang bekerja sebagai sopir, nenek Heri berhasil menyekolahkan 6 anaknya hingga perguruan tinggi.
"Anak saya setengah lusin. Yang sarjana ada 3, yang lainnya lulusan SMA. Mereka sudah pada mentas (berkeluarga), ada 3 yang sudah menikah. Meski gaji saya sedikit, tapi cukup untuk anak-anak saya," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, sebagian besar rekan-rekan Linmas wanita banyak yang mundur karena berbagai alasan. Entah karena malu, karena kesejahteraan yang kurang, atau alasan lain.
Namun Nenek Heri tidak pernah berhenti berusaha. "Saya tetap akan menjadi Linmas sampai tua nanti. Hingga tenaga saya tak dibutuhkan lagi," tandasnya.
Selamat hari ibu, Nenek Heri. Jasamu terhadap keluarga dan masyarakat sungguh mulia dan patut diacungi seribu jempol. Yuk berikan jempol LIKE-mu pada Nenek Heri yang super keren ini.
(vem/bee)