Karma, apa sih itu karma? Katanya karma itu dipahami sebagai balasan dari perbuatan di masa sekarang. Kalau menurut ajaran Buddha, karma itu adalah hukum sebab akibat, apa yang Anda lakukan saat ini akan memberikan efek atau memberikan akibat.
Seringkali karma dipahami sebagai hal yang negatif, ketika melakukan sesuatu hal tidak menyenangkan, maka akan ada balasannya. Hal itu tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak 100% benar.
Seperti makna dasarnya, karma adalah hasil dari perbuatan. Ketika Anda berbuat jahat, maka akan ada akibat yang harus Anda terima dari perbuatan jahat Anda, memang biasanya tidak menyenangkan. Namun, saat Anda berbuat baik, ada pula hal-hal yang akan Anda terima, akibat perbuatan baik Anda.
Untuk lebih memahami karma a, inilah 10 cerita yang dilansir yogichen.org berdasarkan kejadian dan legenda di negri China, cerita yang akan membuat Anda percaya bahwa karma itu ada.
(vem/bee)
What's On Fimela
powered by
Surga di bawah telapak kaki ibu
Kisah ini kabarnya adalah kisan nyata, di mana seorang anak di sebuah desa yang tidak berbakti memperlakukan ibunya seperti pembantu. Ia dan istrinya selalu bermalas-malasan setiap hari, dan ibunyalah yang mengerjakan semua pekerjaan rumahnya.
Bahkan, ia gemar bangun siang dan membuat ibunya bekerja lebih keras.
Suatu hari, ketika sedang bekerja di dapur, anaknya juga menyuruh ibunya merawat bayinya karena ia dan istrinya akan pergi berjalan-jalan. Karena tubuh yang sudah renta, sang ibu sudah tidak lagi cekatan. Alhasil, ketika sedang mendidihkan air di sebuah kuali besar, tak sengaja si bayi jatuh ke dalam kuali yang isinya air mendidih itu dan meninggal.
Karena takut dihukum oleh anaknya, iapun melarikan diri ke sebuah kuil. Bersembunyi di bawah meja di mana di atasnya ada patung dewa Chow Tung. Ia kemudian berdoa dalam ketakutan untuk tetap menyelamatkan hidup anaknya.
Anak yang kesetanan dan marah itu membawa pisau besar dengan niatan membunuh ibunya. Tetapi, sebelum ia berhasil membunuh sang ibu, dewa Chow Tung kemudian melompat keluar dan berdiri melawan anak tersebut di depan gerbang.
Alhasil, setiap orang di desa tersebut lebih berbakti kepada orang tuanya masing-masing karena takut akan kualat.
Kisah anak yang tidak berbakti
Peristiwa bersejarah ini kabarnya terjadi pada 23 Mei, tahun pertama dari Dinasti Ching (1662). Alkisah ada seorang anak tidak berbakti bernama Ou yang memiliki temperamen kejam dan kerap memarahi ibunya.
Suatu hari ketika ia kembali dari bisnisnya, ia marah besar kepada sang ibu karena terlambat menyiapkan makanan. Ia berteriak dan mencaci maki ibunya dengan kalimat yang sadis. Saat itu juga, Tuhan marah dan akhirnya membakar si anak dengan sambaran petir sampai mati.
Ratusan orang desa terkejut melihat kejadian tersebut dan saling mengingatkan agar tidak memaki-maki orang tua dan berbakti pada orang tua.
Makan buah perkataan sendiri
Adalah Pak Lun Fan, seorang pebisnis di distrik An Ping yang ayahnya sudah meninggal sejak ia masih bayi. Ia dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat sulit.
Suatu hari, ia mendambakan hidup yang baik dan akhirnya memutuskan pergi ke San Fu bersama istri dan anak-anaknya. Ia meninggalkan ibunya sendirian di An Ping.
Karena ia adalah orang yang ulet, bisnisnya sukses dan ia kemudian menjadi orang yang kaya raya. Salah seorang teman yang sudah mengenalnya sejak kecil kemudian mengingatkannya agar mengajak sang ibu ke rumahnya dan membahagiakannya di masa tua. Ia menolak. Katanya, ibunya lebih pantas hidup di peternakan kecil, toh selama ini ia masih bisa hidup dari usahanya itu.
Temannya kemudian meninggalkan Lun Fan dengan berkata dalam hati, semoga karma mengikutimu.
Dan tak berapa lama, istrinya meninggal, bisnisnya hancur, dan ia beserta anak-anaknya hidup miskin kembali. Semua tetangga yang mengetahuinya mengatakan bahwa ia telah memakan buah hasil perbuatannya.
Jangan pernah berbohong pada orang tuamu
Loa Ju, adalah seorang pegawai pemerintahan yang kemudian meninggalkan ibunya yang sudah tua dan buta sendirian di rumah. Ia sendiri bersama istrinya pergi tinggal di rumah dinas yang mewah dan megah. Saat ia pergi meninggalkan ibunya yang bersedih, ia berkata pada ibunya bahwa suatu hari ia akan menjemput ibunya dan membawanya pergi ke rumah dinasnya. Namun, sementara ini ia telah membayar uang kontrakan selama satu tahun, dan akan mengirimkan uang pada ibunya setiap bulannya.
Sebulan telah berlalu, sang ibu tak juga mendapatkan kabar baik dari anaknya. Bahkan, si tuan tanah kemudian menagih uang sewa yang ternyata tak pernah dibayar oleh anaknya.
Ia kemudian berdoa di tengah malam agar Tuhan menyadarkan anaknya. Dan yang terjadi, adalah anak dan istri anaknya malah dirampok di tengah perjalanan saat mereka berwisata. Hartanya dikuras, dan mayatnya dibuang ke sungai.
Anak yang dikutuk jadi keledai
Di sebuah pemerintahan Chin Teh dari Dinasti Ming, hiduplah seorang anak tidak berbakti bernama Chow Ging. Ia sangat bangga atas kemampuannya karena ia adalah orang yang sukses dalam pemerintahan.
Ia selalu menyalahkan ayahnya yang rendah hati dan tidak selalu punya nyali melakukan hal-hal besar. Ia lebih senang hidup sederhana dan berbagi dengan orang lain.
Suatu hari, ayahnya melihat Chow Ging memukuli cucunya yang berbuat kesalahan kecil. Ia kemudian memarahi Chow Ging dan hendak membela cucunya. Chow Ging malah memaki-maki ayahnya dan meminta ayahnya tidak ikut campur cara mendidik anaknya.
Di malam hari, Chow Ging kemudian bermimpi bahwa Tuhan menghukumnya menjadi seekor keledai. Ia kemudian menolak hukuman itu karena merasa tidak berdosa. Lantas Tuhan mengatakan bahwa dosanya telah terlalu banyak pada ayahnya, dan bahwa ia sendiri tidak lebih baik daripada ayahnya.
"Kamu akan menjadi seekor keledai tanpa mata, yang bekerja berat di pabrik dan dicambuk berkali-kali."
Ketika ia terbangun dari mimpinya, ia kemudian menceritakan mimpi itu pada ayahnya. Tak lama kemudian ia meninggal.
Keesokan paginya, seorang tetangga memberi tahu ayahnya bahwa keledainya melahirkan seekor anak keledai dengan nama Chow Ging di dahinya, dan ia buta.
Yang serakah akan kalah
Alkisah ada seorang pengusaha kayu yang sangat kaya raya, ia telah memiliki 5 orang istri di dalam hidupnya. Suatu hari ketika lewat di sebuah desa, ia melihat seorang wanita cantik. Wanita tersebut ternyata adalah seorang janda, yang ditinggal mati suaminya. Ia mengajak wanita tersebut berkenalan dan memintanya menjadi istri keenamnya. Wanita tersebut menolak karena ia tetap ingin sendiri dan berbakti pada almarhum suaminya.
Pengusaha kayu tersebut kemudian mencari jalan keluar dengan memikirkan hal yang licik. Ia meletakkan kayu-kayu potongan ilegal dan melaporkan kepada polisi bahwa janda tersebut telah berbuat kriminal.
Ia datang mengunjungi si janda di dalam penjara dan mengatakan sekali lagi, kalau ia mau menikahinya, maka ia bisa bebas. Si janda bersikeras menolaknya dan memilih tinggal di dalam penjara.
Suatu malam ia berdoa, bahwa Tuhan akan membantunya, karena ia bukanlah orang yang bersalah atas kasus tersebut.
Keesokan harinya ketika si pengusaha kayu berkunjung ke hutan dan memeriksa para pekerjanya, ada seekor harimau tiba-tiba muncul dan membunuh dirinya. Perbuatan jahatnya kemudian dibalas oleh seekor harimau.
Bahwa perzinahan itu adalah dosa besar
Mr Lue adalah seorang pria kaya yang suka melakukan hal-hal seenaknya. Baginya, uang adalah hal yang paling utama dan penting sehingga membutakannya.
Ia pernah meniduri adiknya sendiri, ia juga pernah berzinah dengan pembantunya. Alhasil, suatu hari tiba-tiba seluruh keluarganya mati dan meninggalkan Mr Lue kesepian seorang diri. Ia mendadak sakit dan jatuh miskin, di mana tidak ada orang yang menengok dan merawatnya.
Ketika ia meninggal, tidak satupun orang menguburkan atau membelikannya peti mati. Jasadnya hanya terbaring membusuk di jalanan.
Seorang profesor yang penuh nafsu duniawi
Sue Chou Shin adalah seorang profesor terkenal di sebuah distrik bernama Chin kun. Ia orang yang terkenal pandai dan tersohor. Suatu kali, ia pergi mengunjungi gurunya di sebuah desa. Di mana ia bertemu seorang wanita yang sangat cantik sekali.
Tiba-tiba muncullah pikiran kotor Chou Shin, ia kemudian memperkosa wanita tersebut dan meninggalkannya begitu saja di jalan.
Sekembalinya Chou Shin dari perjalanan, ia kemudian ditemukan memotong lidah dan penisnya. Ia meninggal dalam kondisi mengenaskan, dan ini adalah sebagai hukuman dari Tuhan yang telah memberikan kepercayaan begitu besar namun ia terlalu mengikuti pikiran kotor dan nafsu duniawinya.
Buah kebaikan yang berlimpah hasilnya
Tsai Chi Chung sudah menginjak usia 40 tahun dan masih belum dikaruniai anak. Istrinya kemudian mengijinkannya menikah lagi, bahkan mencarikan seorang istri untuknya.
Di hari pernikahan, ia mendapati si calon pengantin wanita menangis. Kemudian bercerita, "sebenarnya saya sudah menikah, tetapi untuk membayar utang suami saya, akhirnya saya harus menikahi Anda." Tsai Chi Chung tertegun, dan kemudian mengirimkan si calon pengantin itu ke rumahnya. Ia sendiri kemudian pulang ke rumah calon pengantin tersebut.
Tak berapa lama kemudian istri Chi Chung datang mengirimkan kembali si calon pengantin pulang, dan memberikan uang agar suami si calon pengantin bisa melunasi utang-utangnya.
Chi Chung kemudian mendapat kenaikan jabatan, kemudian diberkati dua anak laki-laki yang penurut.
Kisah anak yang berbakti
Dahulu kala hiduplah seorang pemuda yang berbakti pada orang tua bernama Pon Yu. Ibunya meninggal semasa ia masih kecil, sedangkan ayahnya adalah seorang pemarah yang sangat keras padanya. Ia tidak pernah melawan ayahnya, dan bahkan selalu berlutut meminta maaf kalau ayahnya marah.
Ia bekerja keras demi ayah dan adik-adiknya, dan kemudian menjadi kaya. Ia tetap menjadi anak yang berbakti, bahkan ketika kerabatnya meninggal, ialah yang membiayai semua pemakamannya, bukan saudara-saudaranya. Ia kerap berbuat baik dan bersedekah kepada sesama.
Suatu hari, ia berada di dalam sebuah kapal bersama puluhan orang lainnya. Tiba-tiba badai menyerang, kemudian mengombang ambingkan kapal tersebut. Namun, ia berdoa agar ia dan semua orang di sana tetap selamat. Karena ketulusan doanya, kemudian badai tersebut diredakan dan semua orang yang ada di kapal tersebut selamat.
Ia kemudian dikaruniai tiga anak yang berbakti serta berhasil menjadi pejabat tinggi di pemerintahan pusat.