Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan adanya berita ospek yang memakan korban jiwa. Adalah Fikri Dolasmantya Surya, seorang mahasiswa Institut Teknologi Nasional (Malang) yang meninggal di kawasan Goa China saat mengikuti kegiatan ospek kampusnya.
Bukankah tindakan ini sangat disayangkan Ladies? Sudah beberapa nyawa melayang sia-sia akibat ospek. Rasanya perjuangan orang tua supaya anaknya mendapat pendidikan yang layak pun lewat begitu saja.
Dilansir dari Merdeka.com, sebenarnya ospek adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengenalkan kehidupan kampus. Nyatanya, di Indonesia, masa orientasi siswa baru juga dilakukan oleh siswa SMP dan SMA. Bahkan, dengan kegiatan yang salah. Sangat disayangkan.
Sedikit melihat ke belakang, ospek pertama kali diadakan oleh Universitas Cambridge, Inggris, pada tahun 1950-an. Tujuannya hampir sama Ladies, untuk mendisiplinkan para murid baru sehingga lebih hormat kepada dosen dn senior mereka.
Di Indonesia pun, ospek sudah dikenal sejak masa kolonial. Sebut saja STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) (1927-1942). Sekolah tersebut pun masih ada sampai sekarang, STOVIA dan GHS berubah nama menjadi FKUI Salemba.
Yang membuat hati perih adalah saat tujuan ospek yang semula hanya untuk mengenalkan kehidupan kampus dan melatih mental berubah menjadi mala petaka. Senior dengan seenaknya melakukan kekerasan pada juniornya. Ospek dijadikan ajang balas dendam. Kalau begini kualitas pendidikan di tanah air perlu dipertanyakan ya Ladies?
(vem/and)