Aku Terpaksa Mengurung Anakku Selama 40 Tahun Demi Melindunginya

Fimela diperbarui 13 Des 2013, 12:45 WIB

Tak ada ibu yang berharap anaknya tidak sehat. Namun, bila pun itu yang mereka terima, maka dengan segenap jiwa raga, ia akan melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya selama mereka masih hidup.

Seorang ibu yang sudah tua di China, Peng Weimei, dengan terpaksa mengurung anaknya, Peng Weiqing, di dalam tempat seperti kandang besi, selama 40 tahun. Tidak, dia bukan kejam. Karena hanya ini yang bisa ia lakukan demi melindungi anaknya menyakiti diri sendiri.

Sejak kecil, Weiqing sering sekali mengalami penyakit dan demam tinggi. Hal inilah yang membuat kerusakan otak pada dirinya terjadi. Sejak saat itu, Weiqing tak sama seperti anak lainnya. Weiqing seperti anak yang mengidap epilepsi dan bisa menyakiti dirinya sendiri.

Takut anaknya akan berbuat nekat, Weimei pun menempatkan sang anak di dalam tempat yang mirip dengan kandang berjeruji besi. Lewat jeruji itu, Weimei memberinya makan dan merawatnya. Weimei juga tak ingin memperlakukan anaknya seperti itu, namun apa daya kondisi sang anak tak memungkinkan. "Dia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri," ujarnya.

Selain itu, biaya pengobatan yang begitu mahal untuk dicapai, membuat Weimei dan suaminya tak punya pilihan lain. Daripada mengambil resiko, lebih baik anaknya ditempatkan di dalam boks besi itu. "Saat masih muda, dia seringkali terluka oleh pisau dan pecahan kaca. Bahkan saat dia berjalan, dia bisa tiba-tiba jatuh dan mukanya kena duluan, sehingga ia berdarah," cerita Weimei.

Tak terasa, hal ini sudah berlangsung selama 40 tahun, dan itu tidaklah sebentar. Hampir setiap saat, sebagai seorang ibu, Weimei berpikir keras bagaimana nasib anaknya bila ia sudah tiada nanti. Ia tak keberatan mengasuh Weiqing selama ia mampu, meski kondisinya tak sempurna. "Dia harus mengenalku, meski ia mungkin tak tahu artinya 'ibu', Dia tetap anakku yang berusia 48 tahun," ujar Weimei.

Sang suami sudah lama meninggal mendahuluinya dan Weimei sendiri berusia 80 tahun sekarang. Setiap membayangkan maut bisa menjemput dirinya kapanpun, Weimei meneteskan air mata membayangkan nasib anaknya. Ia berharap ada seseorang yang akan merawat Weiqing.

Sungguh sebuah ketulusan cinta ibu yang mulia dan tidak mudah dilakukan oleh semua orang. Semoga dengan tersiarnya kabar ini, ada hati yang terketuk dan bersedia memberikan bantuan pada keduanya.

(vem/gil)
What's On Fimela