7 Kisah Nyata Kekuatan Cinta Yang Menggetarkan

Fimela diperbarui 12 Des 2013, 13:38 WIB

Kekuatan cinta itu ada dan membuktikan bahwa kesempurnaan itu bukanlah yang diinginkan oleh cinta. Melainkan karena cintalah semua terlihat sempurna. Cinta juga mampu menguatkan ketika pasangan melemah satu sama lain.

Sepanjang 2013, Vemale mengisahkan banyak kisah nyata cinta yang menggetarkan. Membuktikan bahwa kekuatan cinta bisa membuat seseorang bertahan dari rasa sakitnya menghadapi kanker. Bagaimana seseorang menjadi lemah tanpa pasangannya dan bagaimana seorang wanita bisa menerima pria yang ia cintai, bukan cuma pria yang ia butuhkan

Inilah beberapa kisah nyata yang bisa membuat Anda menyeka air mata dan meyakini adanya kekuatan cinta. Semoga bisa menginspirasi romansa percintaan Anda.

 

(vem/gil)
What's On Fimela
2 dari 8 halaman

Aku Ingin Menikah Sebelum Kanker Membunuhku

(c) Facebook/ Fans of jen Bulik Lang

Banyak wanita yang ingin menikah. Namun lebih dari sebuah pernikahan, banyak juga yang memiliki pernikahan impian. Dan Jen Bulik adalah salah satunya.

Jen Bulik tadinya hanya wanita biasa yang ceria dan punya banyak mimpi. Namun kehidupan ini sejenak menyergapnya dalam rasa pesimis tatkala bulan Januari lalu, ia dideteksi memiliki penyakit kanker paru-paru stadium IV.

Dokter mengatakan bahwa kesempatan hidupnya mungkin tak lama-lagi. Gadis itu hanya memiliki waktu sekitar 4-6 bulan untuk hidup.

Tadinya, semua nampak tak mungkin. Tadinya, langit serasa hanya sejengkal saja dari kepalanya. Namun Jen Bulik adalah wanita beruntung. Ia memiliki seorang kekasih yang luar biasa mencintainya. Bahkan, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan menikah seperti apa yang ia impikan. Pria itu adalah Jeff Lang.

Berita kanker stadium 4 yang ia alami juga mengejutkan hati Jeff. Setelah lama berpacaran, waktu seolah menampar keduanya dengan kenyataan pahit. Namun Jen sendiri segera bangkit dan merasa bahwa dengan makin sedikitnya waktu, justru ada banyak hal yang harus bisa ia lakukan.

Jen pun mengatakan keinginannya, bahwa dia ingin menikah, secepatnya..

Sukarelawan Mengabulkan Impianku

Setelah kisahnya diketahui oleh banyak orang, tak disangka Jen didatangi oleh beberapa orang asing. Mereka mengatakan bahwa Jen Bulik bisa mendapatkan pernikahan impiannya. Salah satu di antara mereka bernama Erica Ota.

Sejak kecil, Jen Bulik ingin pernikahannya berupa upacara kecil dengan suasana outdoor, dihiasi bunga-bunga dalam pot kecil sambil makan barbeque. Semua konsep itu pernah ia buat di Pinterest. Erica Ota adalah seorang wedding planner dan ia pernah mengintip konsep impian Jen itu.

"Aku melihat Pinterest Jen dan melihat pernikahan impian yang mungkin tak bisa dia dapatkan. Namun aku putuskan aku akan melakukan apapun agar pernikahan itu terwujud," ujar Erica Ota.

Pekerja sosial itu membuat rencana pernikahan dengan waktu singkat dan berhasil meyakinkan beberapa vendor untuk memberikan donasi bagi pernikahan Jen. Sekitar Rp 500 juta dana terkumpul untuk mewujudkan pernikahan indah itu. Yang membuat rencana pernikahan ini lebih mengesankan adalah, semua orang yang mengenal Jen dan Jeff, turut mendukung dan membantu agar perhelatan itu bisa terjadi.

"Sungguh mengesankan melihat banyaknya hujan cinta dan dukungan untuk pasangan ini. Aku bahkan menangis di depan komputerku sendiri di minggu pertama menjalankan rencana ini," ujar Ota.

Waktu, Berhentilah Sejenak di Hari Pernikahanku

Kabar kanker yang bagaikan petir menyambar, otomatis selalu membuat Jen Bulik terbayang-bayang akan ketakutan, sakit dan kematian. Namun hari itu, seolah semua rasa sakit dan takut, sirna sudah. Jen resmi menjadi pengantin dan menjadi istri Jeff Lang. Waktu seolah membeku, berganti menjadi kegembiraan dan kehangatan yang seolah tak akan pernah habis untuk Jen.

Wanita itu tak habis-habisnya tersenyum dan memeluk suami serta sahabat dan keluarganya. Hari itu, meski ia tak memiliki rambut lagi, Jen Bulik tampil cantik dan penuh cinta dalam balutan gaun kehijauan.

Pesta pernikahannya dipenuhi bunga dan tawa. Ia benar-benar mendapatkan pernikahan seperti yang pernah diimpikannya, meski semua orang, termasuk Jen, tahu bahwa kebahagiaan ini tak selamanya. Bahkan, tak lama lagi.. 

Kini Tiba Waktuku Untuk 'Pulang'

Jen Bulik memang tidak sendiri. Banyak saudara, suami, bahkan pendukungnya di Facebook, selalu setia menemani dan mensupportnya. Tapi rasa sakit yang ia rasakan, tak pernah benar-benar kita rasakan.

Awal September, Jen mulai masuk ke rumah sakit untuk perawatan intensif. Namun ia tidak kelihatan sakit. Jen ditemani suami dan orang-orang yang mencintainya. Fan Page Jen mulai meminta semua orang mendoakannya pada tanggal 9 Oktober. Karena Jen beberapa hari tak makan dan tak lagi bisa menyapa pendukungnya lewat social media.

Meski begitu, wanita cantik ini tak pernah kehilangan senyumnya. Bahkan sehari sebelum ia pergi, ia masih sempat menikmati sebatang permen lolipop dengan perasaan senang. Seolah ia masih punya banyak waktu dan menikmati hidupnya.

Namun, pada tanggal 10 Oktober lalu, tepat pukul 8 pagi hari, Jen sudah tidak lagi bersama orang-orang yang mencintainya. Ia pergi untuk selama-lamanya. Tapi Jeff Lang menuliskan, "Istriku tercinta, sahabat dan teman hidupku melanjutkan hidup di dalam hatiku, dan hati kalian. Ia terus bicara padaku, tapi ia meninggalkan tubuhnya pukul 8 pagi ini."

Itulah momen terakhir Jen Bulik Lang. Ia sebentar saja hidup di dunia, namun perjalanan hidup dan kisah cintanya yang sekejap itu, akan selalu menginspirasi dan dikenang oleh orang banyak.

3 dari 8 halaman

Pacarku Mini, Tapi Berhati Besar

Tumbuh dengan tak sempurna tak berarti bahwa kita tak akan beruntung dalam hal cinta. Begitupula tumbuh dengan sempurna, tak berarti kita harus menggandeng yang sempurna pula.

Hidup ini saling mengisi, seperti pasangan muda dan romantis yang terkenal di Vietnam ini. Mengapa mereka begitu terkenal? Ya salah satunya adalah karena mereka artis di negeri itu. Namun yang lebih unik lagi adalah kisah cinta mereka.

Le Thanh Hao adalah gadis cantik tinggi semampai yang berprofesi sebagai seorang model. Gadis berusia 20 tahun ini punya paras menawan dan tubuh indah yang diinginkan banyak wanita. Namun itu tak membuatnya terlalu sombong untuk menolak perasaan seorang pemuda bernama Kaydy Tran, pria yang hanya setinggi pinggangnya.

Sepasang muda-mudi ini saling jatuh cinta meski memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Umumnya, wanita memang ingin terlihat sama tinggi atau lebih rendah dari pacarnya. Tapi itu hanya syarat, kalau cinta sudah bicara, kadang berat badan, ukuran, bentuk wajah itu adalah nomor sekian.

Sekali lagi, kepribadianlah yang memenangkan hati seorang wanita. Bukan sekedar penampilan. Bahkan ketika mereka berdua sedang berpose bersama, pasangan ini tetap kelihatan cute dan romantis.

Keduanya sering berbagi foto romantis mereka di social media dan pose mereka membuat banyak orang iri. Ada yang mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan yang menemukan cinta sejati dan ada pula yang menyatakan kontra.  Namun apapun yang terjadi, keduanya tetap saling mesra satu sama lain.

Ladies, hati itu tak ada batasnya. Kadang kita sendirilah yang membangun pagar itu. Mungkin saja, pasangan yang Anda butuhkan tidak selalu seperti kriteria yang Anda dambakan.

4 dari 8 halaman

Sandal Cinta Korea Dari Seorang Janda

Banyak orang yang berpikir bahwa kisah paling romantis adalah sejarah Romeo dan Juliet. Namun tahun 1998 lalu, para arkeolog di Korea Selatan menemukan sebuah makam yang berisi mumi. Diyakini mumi ini bernama Eung Tae Lee yang hidup di abad ke 16.

Pria ini sepertinya meninggal pada usia 30 tahun. Ia adalah bagian dari klan Goseong Yi. Dan yang membuat kematiannya begitu dramatis adalah kondisinya ketika ditemukan. Ia mendekap sebuah surat dengan isi yang menyentuh. Surat itu ditulis oleh jandanya yang sedang hamil.

Surat penuh kesedihan itu dialamatkan pada ayah dari anaknya yang belum lahir. Di sisi kepala mumi itu, arkeolog juga menemukan sebuah sandal yang terbuat dari anyaman rami dan rambut istrinya sendiri. Inilah isi surat yang hingga kini menjadi salah satu momen cinta paling bersejarah di dunia.

[startpuisi]Untuk: Ayah Won

Juni 1, 1586

Kau selalu bilang, "Sayang, mari hidup bersama hingga rambut kita menua dan meninggal di hari yang sama." Bagaimana bisa kau mati duluan tanpa aku? Siapa yang harus aku dan anak kita dengarkan, bagaimana kami akan hidup? Bagaimana kau bisa mendahuluiku?

Bagaimana kau memberikan hatimu padaku dan bagaimana aku memberikan hatiku padamu? Setiap kali kita berbaring bersama, kau selalu bilang, "Sayang, apakah orang lain saling membahagiakan dan mencintai satu sama lain seperti yang kita lakukan? Apakah mereka sama seperti kita?" Bagaimana bisa kau meninggalkan itu semua dan meninggalkan aku lebih dulu?

Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku hanya ingin bersamamu. Kumohon, bawalah aku ke tempat kau berada. Aku tak bisa melupakan perasaanku padamu di dunia ini dan pedihku tak ada batasnya. Ke mana aku harus memberikan hatiku sekarang dan bagaimana aku bisa hidup bersama anak kita sementara kami kehilanganmu?

Tolong baca surat ini dan datanglah ke mimpiku. Karena aku ingin mendengarmu dengan jelas dalam mimpiku, aku menulis surat ini dan memasukkannya. Bacalah dengan jelas dan bicaralah padaku.

Saat aku melahirkan anak ini, siapa yang harus dia panggil ayah? Adakah orang yang bisa memahami perasaanku. Tak ada tragedi sepedih ini di bawah langit.

Kini kau ada di dunia lain, dan tidak sepertiku yang ada di palung kesedihan terdalam. Rasa sakit dan sedih yang aku tuliskan ini tak ada habisnya. Tolong baca surat ini dan datanglah ke mimpiku, tunjukkan dirimu dengan jelas. Aku percaya aku bisa melihatmu di mimpiku. Ada banyak hal yang ingin aku katakan tapi aku sudahi sampai di sini.[endpuisi]

Surat ini menunjukkan betapa istri Eung Tae Lee sangat kehilangan suaminya. Ditinggalkan orang yang sangat dicintai memang menjadi duka yang tak cukup diungkapkan dengan kata-kata dan air mata bagi mereka yang masih hidup di dunia. Begitu putus asanya, istri Eung Tae Lee hampir melompat dari jurang agar bisa bertemu dengan belahan jiwanya. Namun ia tak melakukannya karena sedang hamil.

Di masa duka itu, ia memotong rambutnya, menjalinnya menjadi sepasang sandal untuk suaminya. Sandal itu dikuburkan bersama dengan jenasah suaminya. Itulah benda terakhir penuh cinta dan air mata  yang dibuat oleh sang istri untuk suaminya. Konon kisah nyata ini menggeser kepedihan fiksi Shakespeare, Romeo dan Juliet. 

Ladies, satu lagi sebuah kisah cinta sejati yang benar-benar menjadi sejarah di dunia. Cinta sejati itu ada. Pedih ataupun manis, semuanya menjadi bagian hidup yang penting bagi para pencinta. Salut untuk para pasangan yang saling mencintai hingga maut memisahkan. 

5 dari 8 halaman

Wanita Memanggul Kekasihnya Yang Tak Punya Kaki Dan Tangan

(C) Tim Dodd, lovequotesplus.com

Tidak mudah menjadi istri atau kekasih dari seorang pria yang bekerja di bidang militer. Setiap saat resiko bisa merenggut nyawa mereka. Namun hal itu tak akan merenggut cinta dari orang yang mereka kasihi.

Taylor Morris, adalah salah seorang petugas militer yang dikirim ke Afghanistan pada awal tahun 2012 lalu. Namun sebuah ledakan membuat Taylor kehilangan dua kaki dan tangannya.

Sejak itu, banyak hal yang berubah dalam hidup Taylor. Ia tak lagi seperkasa dahulu, ia juga tak lagi memiliki kaki dan tangan. Tapi, ada hal yang tak berubah yang membuat Taylor mampu bertahan. Yaitu cinta sejati dari kekasihnya, Danielle Kelly.

Wanita ini sudah sangat lama mendampinginya, bahkan hingga ia tak lagi bisa menggenggam tangan Taylor karena sang kekasih tak lagi memiliki sepasang telapak tangan dan kaki. Sejak dirawat di rumah sakit karena luka yang sangat parah, Danielle adalah nama pertama yang disebutnya.

Tidak mudah bagi seorang wanita seperti Danielle mengetahui bahwa kekasihnya kini tak seperti dahulu lagi. Namun wanita ini memang memiliki cinta sejati pada Taylor. Saat mereka pulang ke kampung halaman, Danielle bahkan rela memanggul Taylor di punggungnya untuk turun dari pesawat.

Dalam sebuah blognya, Danielle mengatakan, "Dia (Taylor) adalah orang yang paling setia dan penuh cinta yang pernah aku tahu, oleh karena itu aku meminta pada orang-orang agar selalu ada untuknya."

Kawan Taylor yang bernama Tim Dodd, mengabadikan banyak sekali foto manis tentang kebersamaan pasangan yang satu ini. Di mana keduanya saling berpelukan sambil menonton film bersama meski tak saling menggenggam tangan, saat Danielle membantu Thomas terapi di masa sulit pria itu, dan bagaimana Taylor mencoba memeluk Danielle meski ia tak bisa.

Danielle rela menjadi kaki dan tangan bagi Taylor dengan sepenuh hati. Benar-benar sebuah romantisme cinta yang mereka nikmati berdua secara sederhana meski dalam kondisi yang penuh keterbatasan.

Kini Thomas sudah menggunakan kaki dan tangan palsu. Dalam sebuah momen pernikahan sahabatnya, Thomas tak ingin diam saja. Ia mengajak Danielle untuk berdansa. Ia juga menyampaikan sebuah pidato sambil menitikkan air mata, "Kalau aku memiliki tangan, aku akan memetik bintang dan memberikannya pada Danielle. Semua ini sungguh sulit, namun dia selalu ada untukku setiap saat."

Taylor dan Danielle adalah salah satu kisah cinta sejati yang ada di dunia. Yang mampu membuktikan bahwa sederhananya kebersamaan dan kesetiaan cinta itu ada.

6 dari 8 halaman

Aku Menikahimu Dengan Segenap Kurang Dan Lebihmu

(c) youtube.com

Sebuah momen pernikahan jadi begitu mengharukan ketika dua insan memadu janji sehidup semati disaksikan oleh semua orang yang mengasihi mereka. Pernikahan manis ini terjadi di Filipina dan begitu menyentuh hati.

Selama ini, orang mungkin menganggap bahwa pasangan ideal adalah pasangan yang sama-sama cantik dan tampan. Namun lain halnya dengan kisah cinta Elo dan Mara. Anda bisa menyaksikan betapa cinta tak akan pilih-pilih, namun cinta akan berlabuh bila ia sudah menemukan tujuannya.

Ini adalah sebuah pengalaman nyata Elo dan Mara dari Filipina. Momen kebahagiaan mereka yang mengharukan bisa disaksikan lewat video wedding mereka yang diabadikan oleh Jason Magbanua. Video ini merekam indah dan harunya pernikahan kedua insan tersebut.

Elo adalah seorang pria bertubuh pendek dan kecil, berbeda dengan banyak pria tampan yang tinggi tegap di luar sana. Sementara Mara adalah wanita yang cantik dengan tubuh semampai. Saat menyatukan jalinan cinta mereka di altar, Elo mengungkapkan isi hatinya kepada Mara.

(c) Jason Magbanua

"Kau tahu? Aku pernah punya banyak sekali pertanyaan untuk Tuhan. Kenapa? Kenapa aku? Aku tak pernah mendapatkan jawaban apapun," ungkapnya dengan suara bergetar.

"Tapi kini kau berdiri di hadapanku. Aku menyadari bahwa kau adalah jawaban atas segala pertanyaanku. Atas segala doa-doaku... dan semuanya," ujar Elo.

Kemudian Mara pun mengungkapkan cintanya pada Elo. "Aku akan menjadi segala yang kau butuhkan hari ini dan setiap hari. Aku berjanji akan menjadi apapun yang kau butuhkan." kata wanita itu sambil terisak penuh haru.

Selama ini Elo mungkin merasa bahwa dirinya berbeda dalam tubuh yang tak sempurna. Namun kini Elo sadar bahwa, Mara, wanita yang dinikahinya adalah orang yang setulus hati mencintainya sekalipun ia dalam kondisi fisik yang tak sempurna. Seperti yang dikatakan oleh pendeta yang memimpin pernikahan tersebut.

"Ini adalah tentang cinta. Kita tak bicara tentang kecantikan yang sempurna. Tidak juga tentang melimpahnya harta. Ini semua tentang cinta."

Begitulah bagaimana cinta menyentuh manusia. Kadang cinta membuat sebuah kenyataan yang terlihat aneh di mata kita. Namun bila kita melihat dengan mata batin kita, maka kita sedang melihat kenyataan yang indah tentang kekuatan cinta yang tak memandang kelebihan dan kekurangan.

Sebuah kalimat yang tulus dan menyentuh diungkapkan Mara pada Elo. "Aku percaya Tuhan telah menciptakanku dengan istimewa untukmu. Tanganku dan kakiku, akan menjadi perpanjangan dari tangan dan kakimu."

Inilah kekuatan cinta yang begitu menyentuh. Bagaimana dua anak manusia saling melengkapi dan mencintai dengan tulus. Semoga Anda semua turut merasakan indahnya ketulusan cinta seperti Elo dan Mara. 

7 dari 8 halaman

Suami Yang Setia Menemani Istrinya Menghadapi Kanker

(c) Facebook.com/My Wife's Fight With Breast Cancer

Ini adalah kisah nyata dari Angelo Merendino, seorang fotografer yang menulis dan mendokumentasikan sendiri kisah cintanya bersama sang belahan hati. Dan bagaimana ia menemani sang istri di masa-masa tersulitnya menghadapi penyakit kanker payudara. Mari kita simak curahan hatinya berikut ini.

*****

Sejak pertama kali melihat jennifer, aku tahu. Aku tahu dialah satu-satunya. Aku tahu seperti bagaimana ayahku bersenandung pada adiknya saat musim dingin 1951, setelah ia bertemu dengan ibuku untuk pertama kalinya, "Aku menemukannya."

Sebulan kemudian Jen mendapatkan pekerjaan di Manhattan dan meninggalkan Clevelanc. Aku pergi ke sana, untuk menemui saudaraku, tapi juga untuk bertemu dengan Jen. Setiap kali berjumpa, hatiku akan meronta pada otakku, "Bilang dong!" Tapi.. aku tak punya keberanian untuk mengatakan pada Jen bahwa aku tak bisa hidup tanpanya. Hingga suatu hari hatiku membuncah, dan layaknya anak sekolahan, aku mengatakan pada Jen, "Aku menyukaimu." Dan seiring membuncahnya hatiku, mata cantik Jen terbuka dan berkata, "Aku juga."

6 bulan berlalu, aku mengemasi barang-barangku dan terbang ke New York. Dengan sebuah cincin pertunangan yang memanas di dalam dompetku. Malam itu, di restoran Italia favorit kami, aku berlutut dan melamar Jen. Kurang dari setahun kemudian kami menikah di Central park, dihadiri para keluarga dan sahabat. Kami melakukan dansa pertama sebagai suami istri, ditemani senandung ayah dan akordionnya, 'I'm in the mood for love'.

Lima bulan kemudian, Jen didiagnosa menderita kanker payudara, Aku ingat betul bagaimana situasi saat itu.. Suara Jen, dan perasaan mati rasa yang meliputiku. Perasaan itu tak pernah pergi. Aku juga tak akan pernah lupa bagaimana kami saling menatap mata satu sama lain dan saling menggenggam tangan, "Kita bersama-sama, kita akan baik-baik saja."

Di setiap cobaan, kami jadi semakin dekat. Kata-kata sudah tak lagi penting. Suatu malam Jen dibawa ke rumah sakit. Rasa sakitnya sudah tak tertahankan. Ia meremas lenganku, dengan kedua matanya yang berair. "Kau harus melihat kedua mataku, hanya dengan begini aku bisa mengatasi rasa sakit ini." Kami saling mencintai di setiap bagian jiwa kami.

Jen mengajari aku tentang cinta, mendengarkan, memberikan dan percaya satu sama lain, serta diriku sendiri. Aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya.

Di antara seluruh perjuangan, kami beruntung memiliki grup motivasi yang kuat, namun kami masih berusaha membuat orang lain memahami hari demi hari dan semua kesulitan yang kami hadapi. Jen mengalami rasa sakit yang kronis karena efek samping perawatan yang hampir 4 tahun. Di usia 39 tahun, Jen mulai menggunakan walker dan sering merasa lelah karena sering jatuh, mengalami lebam dan lecet.

Itu adalah penggalan cerita yang dituliskan oleh Angelo saat ia dan istrinya mulai menjalin cinta hingga mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mungkin kisah mereka tak akan bertahan lama. Namun Angelo dan Jen merasa cukup kuat menghadapinya selama mereka saling bersama. 

Angelo merekam setiap momen di mana ia dan istrinya menempuh kenyataan pahit bahwa Jen mengidap kanker payudara. Lewat ekspresi Jen, kita bisa melihat adanya rasa takut dan sedih yang ia pendam. Dan lewat hitam putihnya foto ini, kita bisa merasakan betapa mendungnya perasaan Angelo yang berusaha kuat serta bertahan untuk istrinya. 

Angelo menceritakan bahwa selama masa pengobatan istrinya, itu tak mudah secara psikis. Istrinya menghadapi setiap perawatan dengan air muka yang sedih, ia juga harus kehilangan rambutnya, belum lagi rasa sakit yang ia alami.

Tak hanya itu, masalah teknis seperti klaim asuransi dan dokter yang berbenturan juga menjadi masalah lain yang harus mereka hadapi. padahal menanggung rasa sakit ini saja tidak mudah. 

Lewat fotonya, Angelo ingin memperlihatkan seperti apa kanker sebenarnya, bagaimana istrinya menghadapi itu semua, bagaimana cinta mereka mencoba mengatasi itu semua. Foto ini adalah mereka. 

Ia berpesan pada calon pasien yang juga mengidap kanker. Bahwa sebenarnya kanker tak bisa dijelaskan secara medis saja. Ada kondisi emosional yang ingin ia sampaikan melalui foto-foto istrinya. Itulah mengapa foto-foto ini mengandung unsur psikologis dan sentimen positif yang luar biasa. 

Kini Jen telah tiada, namun bagi Angelo, ini adalah kisah yang tak akan pernah ia lupakan. Jen mengajarinya banyak hal, terutama tentang cinta. Jen menjadikannya seorang suami yang sempurna, yang menemani Jen sejak mereka saling menyatakan cinta hingga Jen harus mengakhiri hidupnya di dunia. 

Dalam sebuah fotonya, Angelo mengatakan bahwa ia dan istrinya dihadapkan pada kanker yang bagaikan sebuah perang. Perang yang tak pernah mereka pilih, namun akan senantiasa mereka hadapi, karena semua akan baik-baik saja selama mereka bersama-sama. 

“Love every morsel of the people in your life.” – Jennifer Merendino

8 dari 8 halaman

Putri Herlina, Bidadari Tanpa Sayap

(c) Saptuari Sugiharto/ http://saptuari.blogspot.com/

Nyaris dua jam lebih kami memikirkan judul apa yang tepat untuk tulisan ini. Kisah Putri Herlina begitu menyadarkan kami apa arti kata sempurna itu.

Berawal dari perbincangan hangat team usai membaca blog mas Saptuari Sugiharto akhirnya kami meminta ijin lewat seorang team yang mengenal beliau untuk mengutip kisah mengharukan dan inspiratif ini.

Sekilas tentang Saptuari Sugiharto

Saptuari adalah Founder & Owner Kedai Digital Corp, Jogist Kaos Gila, Bakso Granatz Pedazz, Warung Mas Kingkong, SedekahShop. Beliau juga inisiator Gerakan Sosial #SedekahRombongan - @SRbergerak, di mana Anda bisa menyalurkan bantuan yang memang langsung diberikan pada yang membutuhkan.

Di dalam blognya, Saptuari bercerita jelas bagaimana ia bersyukur bertemu dengan Putri Herlina, yang memberikan inspirasi dan motivasi tak hanya bagi dia dan istrinya, tetapi juga bagi pembaca blog serta banyak pembaca lain di Indonesia.

 

Pertemuan dengan pemilik 'tangan bidadari'

Pertemuan pertama Saptuari berawal Juni 2011 silam, di mana ia mendadak ingin main ke Panti Asuhan Sayap Ibu, Yogyakarta untuk sekedar menyapa dan melihat-lihat kondisi di sana. Di panti asuhan tersebut, bayi-bayi terlantar yang dibuang oleh orang tuanya ditampung, diberi kasih sayang dan dibesarkan 'bersama' oleh para pengasuh yayasan serta tangan-tangan 'Malaikat' yang kerap menyisihkan sedikit rejekinya untuk mereka.

Diperkenalkan dengan gadis manis berambut panjang dan berkulit putih yang punya senyum mengembang, Saptuari kemudian dibuat takjub terpesona. Gadis tersebut akrab dipanggil Lina, sudah lulus SMA, bisa komputer, bisa pakai jilbab sendiri, dan sekarang aktif membantu mengelola yayasan. Kedengarannya biasa saja bukan? Tetapi Anda harus 'melihat' juga apa yang membuat Saptuari takjub.

 

 

Lina dilahirkan tidak sempurna, demikian disebut orang-orang pada umumnya. Sejak kecil ia dibuang oleh orang tua yang entah siapa karena terlahir tanpa kedua tangan yang utuh. Namun, bila Anda melihatnya, Anda seperti tak menemukan kekurangan pada dirinya. Ia ceria, punya tatapan mata yang jernih, dan kepercayaan diri serta rasa syukur pada dirinya. Lina mengaku enggan dikasihani, dan ingin dipandang seperti wanita lain pada umumnya. 

"Aku sekolah di sekolah biasa mas, aku gak mau dikasihani, SMPku di sekolah Muhammadiyah biasa, SMAku juga, aku tidak minta meja khusus... kutulis semua dengan kakiku, bisa kok!" katanya tegas.

 

Bahkan Lina bilang bahwa ia pernah menjadi MC di Ambarukmo Plaza untuk sebuah acara anak-anak penyandang cacat. Baginya yang penting cuek dan bersikap biasa. Ia tidak ingin dikasihani, tidak ingin dibedakan dengan yang lain, mungkin itulah yang membuatnya kuat dan tegar selama ini.

Jodoh untuk Putri Herlina

Pada akhirnya, setiap manusia akan merindukan pendamping di dalam hidupnya. Yang tak hanya sekedar ada, tetapi yang membuat seseorang jadi lebih hidup dan memaknai hidup itu sendiri. Demikian pula seperti wanita lainnya, Putri Herlina rindu bertemu jodoh. Berangan-angan, akankah ia bisa menikah, dan hidup normal dalam kondisinya.

Wahai pemilik 'tangan bidadari', jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan, dan untuk itulah jembatan doa harus selalu dipanjatkan agar lekas berdiri kokoh. Yang akan membuat jodoh semakin dekat denganmu.

"Aku pengen pergi dari panti ini mas, sudah 24 tahun aku di sini.. ingin rasanya untuk segera bisa mandiri. Aku membayangkan punya suami yang normal, walaupun kondisiku seperti ini, tapi ada gak ya yang bener-bener serius sama aku. Apa aku gak tau diri ya mas kalo ngarepin jodohku lelaki yang sempurna.. apa hidupku sampai tua hanya di panti ini ya mas, sendirian tiap hari di meja ini," kata Lina pada Saptuari yang kemudian dijawab dengan singkat dan penuh arti. "Ya banyakan berdoa aja Put, minta Allah langsung. Dia yang punya pabrik jodoh. Dia kan yang bisa mengubah segalanya."

Dan setiap bulan berlalu, Lina kerap bercerita tentang siapa-siapa saja pria yang mendekati dirinya. Ada pria yang ternyata sudah beristri, namun rajin mengunjunginya di panti, ada pula bule asal Kanada. Namun, jembatan jodoh yang sudah jadi itu pada akhirnya menuntun Lina pada jodoh yang sebenarnya...

Reza Somantri, pria ini adalah pria yang istimewa bagi Lina. Bukan karena ia adalah putra salah seorang petinggi Bank Indonesia dengan jabatan terakhir Deputi Gubernur, tetapi karena Reza adalah sosok sederhana yang bisa melihat kesempurnaan Lina yang sebenarnya.

 

Yogyakarta, 13 Oktober 2013

Sepasang insan ini meresmikan ikatan cintanya lewat pernikahan yang digelar secara sah di ruangan Balai Sinta. Dengan diiringi restu ayah bunda Reza, banjir air mata mewarnai momen mengharukan sekaligus membahagiakan ini.

Mulai dari acara sungkeman hingga naik ke pelaminan, setiap hati seolah memanjatkan doa bahagia pada mempelai berdua. Berharap bahwa kelak ada Lina-Lina lain yang punya semangat yang sama. Yang tak lekas menyerah dengan kondisi dan keadaan dirinya.

Terima kasih Putri Herlina, kau dan 'tangan bidadari'-mu telah menyentuh setiap hati, dan mengingatkan kami kembali akan kesempurnaan itu sendiri.