Astrid Ervita : Papa Penyemangat Terbesar Karirku

Fimela diperbarui 27 Nov 2013, 16:00 WIB

Di usia nya yang masih muda, Astrid Ervita tidak pernah menyangka, bisnis aksesories yang digelutinya baru seumur jagung ini, sudah mampu mengharumkan namanya. Bisnis kalung yang diberi nama Macota Ethnic ini, sudah mendapatkan beberapa pelanggan tetap dari selebrities, bahkan untuk fashion show- fashion show ternama di Jakarta menggunakan kalung – kalung buatannya.

Semenjak duduk di bangku kuliah, Astrid memang menyukai memakai kalung. Sayangnya, kalung yang dijual di pasaran lebih banyak terbuat dari tembaga dan besi, yang karena tidak cocok di kulit Astrid menyebabkan iritasi serta gatal-gatal. Hingga akhirnya Astrid memutuskan untuk membuat sendiri kalungnya, yang selain aman digunakan, bahan – bahannya pun ramah lingkungan, seperti dari kulit, kayu, kerang, tulang sapi, hingga bahan kabel daur ulang.

"Aku dari dulu suka dengan gaya etnik dan handmade, apalagi etnik identik dengan Indonesia banget," ungkap Astrid

Ketika awal membuat kalung, koleksi nya menggambarkan 33 provinsi di Indonesia. Walaupun temanya yang digunakan etnik, tapi tidak monoton, sehingga kalung yang dibuat Astrid lebih colourful, seperti bohemian etnik, girly etnik, dan etnik dengan berbagai inovasi lainnya."Selain  untuk digunakan sendiri, kalung yang aku buat bisa dijual, sehingga aku terus berpikir untuk membuat sesuatu yang berbeda, sehingga walaupun tema ny etnik tapi dengan sentuhan inovasi – inovasi yang akan disukai pasar, apalagi untuk kaum wanita yang memakainya," papar gadis lulusan UNDIP.

Keinginan untuk terjun ke bisnis kalung ini terus membulatkan tekadnya, ditambah lagi dengan kondisi keluarga, di mana papa Astrid, yang pada saat itu mengambil pensiun dini, dan ibu yang hanya sebagai ibu rumah tangga, maka tentunya Astrid membutuhkan penghasilan sampingan. Dengan menggunakan modal kurang dari 500 ribu rupiah dari uang tabungannya, Astrid membuat 30 buah kalung untuk dijual. "Di awal aku masih membuat sendiri, dengan modal seadanya yang berasal dari tabungan aku, karena sebenarnya bahan – bahan untuk membuat kalung yang aku buat itu murah asal kreatif,"kata Astrid.

Pertama kali memasarkan kalung, Astrid menggunakan jejaring sosial. Seiring banyaknya pesanan yang datang, sedangkan Astrid yang pada saat itu masih bekerja di salah satu perusahaan swasta, tentunya tidak bisa menghandle sendiri. Hingga akhirnya, Astrid memutuskan untuk membuat team, yang masih keluarga, untuk menghandle bisnis kalungnya ini. Astrid ingin membesarkan Macota Ethnic dari segi design, dan untuk pengelolaan diserahkan pada keluarga.

Selain dengan penjualan online, Astrid juga mengikuti beberapa bazaar. Sayangnya, hambatan datang, bisnisnya ini tidak berjalan mulus, Astrid salah membidik bazaar yang daya belinya tidak sesuai dengan segmen kalung buatannya. "Papa adalah orang yang terus memotivasi untuk berbisnis, misalkan, ketika ikutan bazaar dan nggak ada yang laku, tapi walaupun down, itu merupakan tantangan tersendiri, pembelajaran untuk ke depannya dalam melihat mangsa pasar, “ ungkap gadis kelahiran Jakarta 11 Juli.

Dengan team yang solid, dan design yang kreatif, baru 7 bulan berjalan. Macota Etnich selain produksi untuk pesanan, dalam seminggu bisa stok 2 kali dalam jumlah 200 an kalung yang berbeda. Range harga Macota Ethnic saat ini, mulai dari 60 ribu hingga 200 ribu rupiah. Keuntungan yang mampu diraih Astrid pun dari 50 % hingga 100 % per item nya. Astrid saat ini belum berniat untuk membuka showroom, dan ingin focus di penjualan online. Karena menurutnya online lebih mudah, bisa diakses kapan saja dan di mana saja, dan juga mangsa pasar yang lebih potensial ada di online.

Macota ethnic yang dulunya bernama ethnic roots gallery, target ke depannya ingin membidik pasar import, apalagi dengan sudah adanya pesanan yang masuk. Dalam menanggapi pembajakan model, Astrid selalu menyertakan brand di setiap foto yang dijualnya di online. Tapi Astrid juga tidak begitu khawatir akan pembajakan , karena menurutnya, Macota Ethnic mempunyai ciri khas dari ide dan bahan, dan ide itu masih banyak yang bisa dieksplor dari alam.

" Untuk pembajakan, terkadang jadi seneng juga ketika tahu bahwa bisnis ini, bisa mengubah dan menginspirasi banyak orang, aku percaya bahwa rezeki tidak akan tertukar,” papar gadis yang sangat menyukai masakan Padang ini

(vem/ims/dyn)