Tak ada orang yang ingin menyatu dengan penyakit, namun ketika vonis itu dijatuhkan, mungkin rasanya bagai kematian sudah di depan mata. Percayakah Anda bahwa semua itu bisa sirna karena cinta?
Mungkin cinta bukanlah obat yang mujarab untuk menyembuhkan, namun cinta mampu menguatkan. Dan cinta hadir dalam kehidupan Rodney Conradi tatkala kanker langka bernama Ewing's Sarcoma menghinggapi dirinya. Tahun 2010, ia bertemu sesama penderita kanker, Lynse Rainford yang tengah sama-sama berjuang melawan leukemia.
Saat itu Rodney berusia 19 tahun dan Lynse 20 tahun. Keduanya merasa cocok dan mencoba untuk saling mengenal, sampai akhirnya mulai berkencan di 2011. Saat itu, Lynse sudah berhasil melalui kemoterapi yang dijalaninya. Rodney pun mengajaknya untuk tinggal bersama dan menghadapi hari-hari yang sehat dan normal kembali seperti sedia kala.
Menurut Lynse, selama berkencan, dirinya dan Rodney seringkali dilanda kesedihan. Terutama saat salah satu di antara mereka sedang sakit keras, atau bahkan ketika keduanya sama-sama tak berdaya. Itulah yang bagi mereka tidak normal.
Namun, sejak kanker menyapa mereka berdua, memang tak akan ada janji bahwa kehidupan akan selamanya baik-baik saja. Rodney kembali mengidap kanker yang sama. Lebih parah dari sebelumnya. Ia pun dirawat di Yakima Valley Hospital.
Waktuku Tidak Banyak
Rodney tahu bahwa ia tak punya banyak waktu, sementara ia punya banyak cinta bagi Lynse. Ia tak ingin membuang waktu. Pada saat Valentine 2012, ia melamar Lynse.
"Saat itu, ia sangat sakit dan apa yang ia lakukan membuatku merasa sangat istimewa. Meski ia sakit, ia selalu ingin melakukannya dengan benar," cerita Lynse.
Hanya dua hari setelah Rodney mengatakan keinginannya melamar Lynse, akhirnya kedua insan ini melangsungkan pernikahan. Meski pelaminan mereka adalah sebuah rumah sakit, namun semua orang merayakan momen bahagia itu dengan penuh haru.
Rodney berjalan menuju pelaminan dan menunggu Lynse di sana dengan jarum infus yang masih menemaninya. Namun ia kuat, karena ia punya tekat bahwa ia akan menikahi Lynse sebelum ia meninggal. Itulah yang dikatakan oleh Kirk Conrady, ayahnya. "Dia adalah cinta dalam hidupku, dia pasangan jiwaku," kata Rodney.
Dan malam itu, setelah Rodney menyanggupi janjinya untuk menikahi Lynse, penyakit Rodney kambuh dan ia terbaring kembali karena kali ini serangannya lebih hebat dari biasanya. Keluarga serta istri yang mencintainya, mencoba menguatkannya untuk bisa sembuh.
Karena Cinta Rodney Bisa Bertahan
Selama berminggu-minggu, Rodney tak bisa bangun. Kadang ia membuka mata, dan menemukan istrinya bersama keluarga yang menemaninya. Tak ada yang membuatnya lebih bahagia daripada itu. Setiap kali ia bangun, Rodney mengatakan bahwa ia bahagia bisa menikahi wanita yang dicintainya.
Hanya satu bulan waktu yang tersisa sejak ia menikah. Tanggal 11 Maret 2012, Rodney meninggal dunia di usia 21 tahun. Dikelilingi oleh saudara dan istrinya yang tercinta.
Meski tak banyak waktu yang mereka miliki, namun pada akhirnya Lynse tak menyesali apapun. Justru ia sangat bahagia meski harus kehilangan suaminya lebih cepat. "Itu sudah jadi keinginan mereka dan tidak ada yang bisa menghentikannya, sekalipun itu sangat menyakitkan," kata Emily Conradi, adik Rodney.
"Ini adalah pernikahan terbaik yang pernah aku miliki. Seperti keajaiban," ujar Lynse.
Ladies, memang tak ada cinta yang sempurna, namun tak ada salahnya bila Anda ingin memperjuangkannya. Karena cinta, mampu menguatkan. Semoga Rodney meninggal dalam ketenangan.
- Kupikir Aku Tak Akan Pernah Merasakan Cinta Karena 'Cupu'
- Sederhana Tapi Manis: Pria Berlutut Demi Istrinya di Kursi Roda
- Komik Lucu Istri Menyambut Suaminya Yang Pulang Dari Opname
- Demi Cinta, Suami Rela Gemuk Agar Seperti Istrinya
- Kisah Nyata Makam Suami Istri Yang Bergandengan Tangan
- Cinta Sejati: Wanita Setia, Tetap Nikahi Kekasihnya Yang Lumpuh