Kisah Sedih Topan Haiyan, 'Ibu Pergilah, Selamatkan Dirimu'

Fimela diperbarui 13 Nov 2013, 11:15 WIB

Topan Haiyan beberapa waktu lalu menghantam negara Filipina. Begitu dahsyatnya badai topan yang mengerikan itu. Dilansir dari Merdeka.com, topan Haiyan merupakan salah satu badai paling besar dan tercepat yang pernah tercatat. Kecepatan angin mencapai tinggi 314 kilometer (195 mil) per jam di atas permukaan laut.

Di tengah momen menegangkan Topan Haiyan, ada sebuah kisah duka yang tak akan pernah dilupakan oleh seorang guru sekolah menengah bernama Bernadette Tenegra. Wanita berusia 44 tahun itu kehilangan putrinya dalam bencana yang menghantam Vietnam dan Filipina tersebut.

Dalam kondisi angin yang dengan ganasnya menghantam, Bernadette dan putrinya memang ketakutan. Namun Bernadette berusaha membawa dan melindungi putri bungsunya. Saat itu putrinya sudah penuh luka akibat terkena serpihan kayu dari pohon dan bangunan.

Namun Anda tak akan menduga apa yang dikatakan gadis itu, "Ma, pergilah tinggalkan aku. Selamatkan dirimu." Sang ibu berkeras membawa dan menyelamatkan putrinya. Sebagai seorang ibu, nalurinya untuk melindungi sang anak lebih besar daripada rasa takutnya pada badai tersebut. 

"Aku memeluknya dan memintanya untuk terus bertahan. Aku berkata akan membawanya pergi dari situ, namun ia akhirnya menyerah," Cerita Bernadette Tenegra dengan hati yang pilu. Sang putri seolah sudah mengetahui bahwa ia tak akan hidup lebih lama dan meminta ibunya untuk menyelamatkan diri saja. 

Badai itu menggulingkan rumah, menyapu apapun yang ada di hadapannya. Termasuk suami Tenegra dan anak-anaknya. Namun mereka masih bisa berusaha mencari perlindungan. Hanya putri bungsunya yang terjebak dalam pusaran kuat air dan angin yang menjadi satu.

Sebagai seorang ibu, Bernadette berusaha membuat anaknya bertahan. Ia terus berteriak memanggil namanya, namun sang putri kelihatan terlalu lemah untuk terus hidup. "Akhirnya aku meninggalkannya," kata Bernadette sambil berurai air mata. Tak terbayangkan betapa sedihnya hati seorang ibu ketika kehilangan putri yang ia cintai.

Badai ini memang menjadi salah satu badai terkuat di dunia dan sudah 'menyapa' beberapa negara. Ada yang menyebut badai topan Haiyan sebagai badai Yolanda. Dan sedihnya, Tenegra bukan satu-satunya wanita yang kehilangan sanak keluarganya akibat badai ganas ini. Banyak orang yang nampak berusaha mengenali jenazah yang bergelimpangan untuk mencari kerabat mereka yang hilang.

Tim Vemale turut berbela sungkawa atas korban luka dan meninggal dari topan Haiyan ini. Semoga pertolongan dan segala yang terbaik, bisa menyertai para korban topan Haiyan yang ditinggalkan oleh keluarganya.

(vem/gil)
What's On Fimela