Aku tahu, tidak semua wanita gemuk bisa merasa benar-benar percaya diri dan bahagia. Jauh di balik pipi tembem dan keceriaan kami, sesekali ada keinginan yang terpendam. "Andai aku langsing.."
Sejak kecil, tubuhku gemuk. Aku gemuk bukan hanya karena gaya hidup, namun juga keluargaku yang semuanya berpostur tinggi besar. Kami juga keluarga yang suka makan.
Saat masih kecil, aku dan keluargaku senang makan bersama, tak kenal apa itu diet dan makan sehat. Tapi ketika aku menginjak usia puber, hal ini mulai menjadi masalah. Sejak SMA, aku selalu gagal berhubungan dengan pria yang aku sukai. Apalagi kalau bukan karena tubuhku yang gemuk?
Hingga kini selepas aku dari bangku kuliah, aku sering memendam rasa iri pada teman-temanku yang ramping dan lebih populer. Di luar aku mungkin nampak biasa saja sambil ketawa-ketiwi. Namun kalau aku dan teman-teman wanitaku sudah berkumpul, aku tak pernah punya cerita cinta untuk dibagikan bersama.
Aku hanya akan menjadi sosok yang mendengarkan dan menimpali. Aahh.. sedihnya. Aku juga ingin seperti mereka yang punya banyak cerita tentang lika-liku percintaan, atau punya pacar romantis, atau.. atau...
Banyak sekali atau dan andai yang kumiliki dalam hidupku. Aku masih berpikir, langsing akan mempermudah caraku bertemu dengan jodoh. Maka aku diam-diam melakukan diet. Aku ingin menolong rasa percaya diriku dan menolong jalan cintaku.
Bulan pertama, aku berhasil turun 1,5 kg. 20 kg more to go. Minggu-minggu yang berat kulalui. Menolak ajakan makan, menolak masakan mama, membatasi makan ini dan itu. Aku.. terobsesi dengan berat badan yang kutargetkan.
Tidak hanya berat badan yang turun. Sentimen positif keluarga dan sahabatku juga menurun. Mama kecewa aku sering tidak mau makan. Aku minta maaf. Mama mengerti, tapi dia seperti masih ada ganjalan dalam hati. Sahabatku sering jengkel dengan aku yang super pemilih pada makanan. "Nggak usah main dengan Ema lagi. Nggak asik deh. Semua makan, dia aja yang nggak join," kata sahabat-sahabatku.
Aku sedih. Kenapa orang-orang tak mendukungku untuk jadi langsing? Namun, aku tetap menjalani diet hingga bulan ketiga. Hubunganku dengan para sahabat jadi on-off. Ya ampun, kukira hanya hubungan antar pacar saja yang bisa on-off.
Kamu Berubah, Ema..
Suatu malam, ketika aku berhasil menurunkan berat badan sebanyak 7 kilo (akhirnyaa..), aku memutuskan masuk ke kamar mama. Ya, mama selalu bisa menerimaku, apapun kesalahanku dan kondisiku.
Mama mendengarkan keluhanku, serta penjelasanku tentang apa yang sudah kulakukan selama beberapa bulan ini. Bahwa aku ingin menjadi sosok yang baru, yang lebih langsing, sehingga akan dicintai oleh pria idamanku nanti. Mama mengangguk mengerti dan melengkungkan senyum sabarnya, membelai rambutku seperti yang selalu ia lakukan sejak kecil.
"Ema, mama senang kamu sudah bisa melihat dan menata hidupmu sendiri. Namun, Ema lupa akan satu hal," kata mama.
"Apa itu, Ma?"
"Cinta itu karena seseorang menerima kamu, bukan sekedar bentuk tubuhmu, elok parasmu, harta bendamu," ujar mama. "Mama setuju Ema diet. Tapi, demi kesehatan. Coba lihat, teman-temanmu tidak lagi mau main denganmu. Mereka bukan benci, tapi mereka kehilangan Ema yang ceria, makan dengan senang, tidak terlalu membatasi diri dan ini itu."
Aku tertegun, mama memegang tanganku. "Kamu boleh berubah, Ema. Demi hal yang baik, dengan cara yang baik. Pasti semua orang bisa mengerti," saran mama.
Aku mengangguk, tersenyum dan memeluk mama. Memang mama selalu bisa mengerti aku. Aku tidur dengan lebih tenang malam itu.
Jadilah Ema Yang Bahagia
Sejak hari itu, aku mengatur pola pikirku tentang diet, tubuh langsing, dan cinta. Aku mengerti bahwa langsing bukan segalanya dalam cinta. Ingin kurus agar dicintai adalah pikiran bodoh yang membuatku harus menampar diri sendiri.
Aku kembali jadi Ema yang dulu. Aku suka makan, tapi aku menata makananku. Sahabatku bisa mengerti niatku untuk diet dan menjaga kesehatan, kami bahkan olahraga bersama setiap akhir pekan. Sambil lihat 'pemandangan' di tempat kami jogging. Lumayan banyak cowok bening dan kami saling flirting.
Bukan menjadi kurus untuk bisa dicintai. Namun mampu mencintai dan nyaman dengan diri sendiri, akan membuat orang lain nyaman dan turut mencintai kita. Love is not about size, dan aku percaya itu.
(vem/gil)