Setiap negara memiliki fokus sedikit berbeda dalam strategi seputar nutrisi dan makanan. Ada beberapa negara yang sebagian penduduknya memiliki kesulitan dalam mengakses sumber makanan, seperti Puerto Rico. Ada juga negara yang setiap 1 dari 3 anak mudanya mengalami obesitasi, karena tingginya konsumsi makanan siap saji. Indonesia memiliki sedikit perbedaan dalam hal ini.
Persoalannya lebih pada pola konsumsi, terutama karena makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia adalah nasi. Jadi, ketergantungan masyarakat kita pada beras sangat tinggi. Padahal situasi pangan kita terutama terkait produksi beras, ketersediaannya ini sangat mengandalkan beras impor, sementara sumber makanan non-beras masih dapat diberdayakan untuk menggantikan beras.
Tentu saja, masalah ada bukan untuk diratapi, terbukti sebagian dari dari “revolusi makanan” atau “perjuangan pangan” dimulai oleh kaum muda di mancanegara. Kalau kamu muda, berani, berjiwa merdeka dan peduli, beranilah ambil aksi! Yuk, kita coba aplikasikan dalam mengubah pola makan terinspirasi dari aksi kaum muda dalam “perjuangan pangan” di berbagai belahan bumi berikut ini!
Maya Salsedo - Youth Food Bill
Maya sejak usia belasan telah menjadi aktivis yang memperjuangkan kaum muda imigran bagi organisasi nirlaba Earth Island Institut. Ia adalah generasi yang lahir dari imigran Puerto Rico yang bertahun-tahun hidup di Hawaii dan bekerja sebagai buruh perkebunan tebu. Keluarganya hampir selalu memiliki kesulitan mengakses makanan sehat bahkan terkadang sulit memperoleh makanan.
Maya berinisiatif mendeklarasikan Youth Food Bill of Rights di tahun 2011. Deklarasi tersebut intinya menyebarkan visi untuk sebuah sistem pangan yang memadai bagi konsumen, produsen dan kelestarian bumi yang memberikan warga lokal kekuatan yang lebih agar dapat mengakses dan memenuhi kebutuhan pangan terhadap makanan yang mereka konsumsi. Maya menyemangati para remaja seusianya untuk mendapatkan hak pangan yang memadai dengan mempopulerkan istilah Youth Food Bill ke seluruh Amerika.
Maya berjasa dalam memungkinkan kaum muda berdialog dengan pemerintah dan lembaga berwenang menegakkan keadilan pangan bagi generasi muda. Maya pun dianugrahi penghargaan Brower Youth Award pada tahun 2012.
Jamie Oliver - The Food Revolution
Chef dan penulis puluhan buku masak asal Inggris ini dikenal dengan The Food Revolution, telah dilaksanakan Inggris dan Amerika. Yang mendorongnya melakukan revolusi kantin sekolah adalah jumlah obesitas yang melanda anak-anak dan remaja di dunia kini mencapai angka 1,5 milyar.
Dalam melaksanakan programnya ini, ia melakukan studi, advokasi, workshop dan diskusi seputar makanan yang lebih sehat bagi anak dan remaja. Tentu saja, Jamie dapat tekanan dari berbagai pihak karena ia menentang konsumsi berlebihan makanan junk food di kalangan muda. Namun upayanya membuahkan hasil! Ia berhasil merombak paradigma anak-anak dan remaja dalam hal makan, secara perlahan tetapi menyeluruh di Inggris dan Amerika.
Untuk mendukung advokasinya dalam hal makan, ia bahkan membuat program televisi yang mendokumentasi program ini secara khusus yang sempat ditayangkan di saluran televisi kabel berjudul sama, The Food Revolution.
Kristin Gross Richmond & Kirsten Saenz Tobey - Real Food For All
Duo ibu muda ini berinisiatif mengembangkan program Revolution Foods di Amerika Serikat. Kristin yang bertindak sebagai pendiri dan Chief Executive Officer, juga merupakan anggota lembaga di Gedung Putih untuk mengatasi masalah dalam komunitas (Community Solutions). Kirsten yang juga rekan pendiri program tersebut adalah Chief Impact Officer dan aktif dalam sebuah institusi kuliner Amerika yang berkecimpung di bidang ini cukup lama.
Keprihatinan terhadap kualitas makanan dan pola konsumsi kaum muda menggerakan mereka untuk terjun ke sekolah-sekolah di Amerika untuk memberdayakan anak dan remaja mengolah sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Judul kampanye mereka adalah "Real Food for All". Program ini berorientasi pada pendidikan gizi, penanaman kebiasaan yang sehat serta pemilihan bahan makanan yang alami untuk tumbuh-kembang anak dan remaja yang sehat dan kuat. Untuk itu, Kristin dan Kirsten bermitra dengan sekolah-sekolah dan kampus di seantero Amerika Serikat serta pemerintah.
Rachel Ray
Chef kenamaan Amerika yang juga dikenal karena program televisi kuliner serta buku-bukunya melakukan advokasi gizi dan makanan melalui organisasi nirlaba, Yum-o!®. Ia telah aktif berbicara tentang edukasi nutrisi dan makanan dalam keluarga. Organisasi yang didirikannya sejak tahun 2006 ini berusaha mengatasi masalah konsep makan yang keliru di sebagian keluarga Amerika. Selain itu, Rachel Ray juga peduli pada masalah kelaparan melanda sebagian keluarga di Amerika Serikat dan semakin jadi masalah yang nyata.
Rachel bermitra dengan lembaga pendidikan kuliner, restoran dan memberikan kesempatan beasiswa kepada remaja tidak mampu untuk mendalami ilmu kuliner dengan wawasan gizi sehat.