5 Misteri Pembunuhan Sadis Suster Perawat

Fimela diperbarui 20 Sep 2013, 12:30 WIB

Anda tentunya pernah mendengar kasus malpraktek yang menyebabkan kematian. Tetapi bukan itu saja hal menakutkan yang bisa terjadi di rumah sakit.

Tercatat dan dilansir oleh ListVerse, bahwa sekian banyak kasus kematian pasien di rumah sakit ternyata bukan karena penyakit mereka. Kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan oleh suster perawat membuat orang jadi ngeri dan lebih berhati-hati dalam memilih rumah sakit.

Bukan direkayasa, dan bukan hanya terjadi di film-film saja, namun ini adalah hal yang nyata dan pernah terjadi di dunia. Ketika perawatan kesehatan dipercayakan demi kesembuhan, suster perawat ini malah tega melakukan hal yang di luar nalar dan logika.

Apa yang menyebabkan mereka melakukannya?

Baca beberapa kisah yang kami kumpulkan berikut ini. Dan bagaimana Anda harus lebih berhati-hati dalam memilih dan mempercayakan perawatan kesehatan Anda pada rumah sakit yang terpercaya.

(vem/bee)
What's On Fimela
2 dari 6 halaman

Lainz Angel of The Death

Disebut Lainz Angel of The Death karena keempat suster ini bekerja di sebuah rumah sakit bernama Lainz di Vienna, Austria. Empat suster ini adalah Irene, Leidolf, Maria Gruber dan Stefanija Wagner, sang pemimpin.

Tak ada yang tahu pasti alasan awal yang membuat mereka melakukan hal keji itu. Tetapi dilaporkan bahwa mereka mulai membunuh pasien pada tahun 1983.

Dari pengakuan saat diinterogasi, mereka bilang mereka membunuh pasien karena diminta dan merasa kasihan. Mengakhiri penderitaan pasien atas penyakitnya, itulah yang dilakukannya. Namun peristiwa ini ternyata tidak berhenti begitu saja. Bahkan pasien yang tidak disukai oleh mereka juga menjadi sasarannya.

Diakui bahwa mereka telah membunuh sekitar 48 pasien. Tetapi polisi yakin bahwa setidaknya ada lebih dari 200 orang yang pernah dibunuh oleh mereka.

Jika saja para petugas di rumah sakit tidak menutup-nutupi dan mau diajak bekerja sama, mungkin jumlah pasti pasien yang dibunuh bisa didapatkan secara akurat. Sayangnya, justru tidak.

Keempatnya kemudian berhasil ditangkap dan dipenjarakan. Namun, pada tahun 2008 dibebaskan bersyarat atas kelakuan baik mereka. Inilah sebabnya Austria sempat mencekam suasananya. Mereka diyakini telah mengganti identitas dan memulai hidup baru, pun demikian bayang-bayang masa lalu mereka membuat banyak orang masih ngeri dan takut kejadian yang sama terulang lagi.

3 dari 6 halaman

Kristen Gilbert

Courtesy Listverse.com

Kristen Gilbert adalah seorang suster perawat yang bekerja di rumah sakit veteran di Northampton, Massachusetts. Ia dilaporkan dengan sadis membunuh empat pasien yang dirawatnya. Kesemuanya adalah pasien veteran perang, dari berbagai usia.

Korban pertama dilaporkan bernama Henry Huddon, pria berusia 35 tahun ini meninggal karena serangan jantung. Penyebabnya diketahui setelah dilakukan otopsi, yaitu akibat suntikan epinephrine. Obat tersebut berfungsi mengurangi detak jantung, tak heran apabila kemudian ia menderita serangan jantung.

Setelah kematian Henry, korban Kristen bertambah. Korban kedua adalah Kenneth Cutting, berusia 41 tahun. Penyebab kematiannya sama, sehingga dikatakan oleh polisi bahwa suntikan epinephrine adalah senjata yang dipakai Kristen Gilbert untuk membunuh.

Korban ketika berusia 66 tahun, bernama Stanley Jagodowski, seorang veteran dari perang Korea. Dan yang terakhir adalah Edward Skwira, veteran dari perang dunia II yang usianya 66 tahun.

Setelah empat korban gugur, Kristen dituntut hukuman mati. Sayangnya ia berhasil lolos, dan akhirnya dijatuhi hukuman 15 tahun penjara saja.

4 dari 6 halaman

Charles Cullen

Courtesy Listverse.com

Charles Cullen bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di New Jersey dan Pennsylvania. Dia dituduh bersalah karena telah membunuh 29 pasien, angka yang jauh dari sebenarnya.

Cullen telah mengakui membunuh setidaknya 40 orang pasien dengan alasan kasihan dan ingin mengakhiri penderitaan mereka. Sepanjang 16 tahun ia bekerja, ia bahkan pernah dipecat tak hanya sampai 5 menit, dan dipaksa mengundurkan diri dua kali.

Cullen memilih metode injeksi, dan mengakhiri hidup pasien dengan obat Digoxin yang membuatnya selalu lolos dari pemeriksaan. Aksi pembunuhan itu dilancarkan Cullen karena kebetulan ia bekerja shift malam, sehingga dengan mudah ia menyuntikkan obat pada pasien, nyaris tanpa ketahuan.

Aksinya dicurigai karena kurang dalam setahun ia membunuh 13 orang pasien, yang akhirnya menyeret ia ke pengadilan. Rata-rata pasien yang dipilih usianya sudah tua, tetapi ia juga pernah membunuh Michael Strenko, yang usianya baru menginjak 21 tahun.

Charles Cullen bebas dari ancaman hukuman mati karena ia mau bekerja sama dengan baik menceritakan kejahatan yang telah ia lakukan. Ia dihukum seumur hidup atas kejahatannya tersebut.

5 dari 6 halaman

Richard Angelo

Courtesy Listverse.com

Pada tahun 1980, Richard Angelo bekerja sebagai perawat di rumah sakit Good Samaritan, New York. Ia dicurigai telah menyuntikkan obat tertentu pada pasien yang menyebabkan pasiennya meregang nyawa.

Sebenarnya ia pernah dianggap sebagai pahlawan ketika menjadi sukarelawan di sebuah stasiun pemadam kebakaran. Tetapi ia adalah sosok yang pemalu, kurang percaya diri, dan seringkali merasa sangat rendah diri, sehingga ia memutuskan membunuh pasien yang dirawatnya.

Diakui bahwa ia telah membunuh setidaknya 25 dari 37 pasien. Richard menggunakan obat yang menyerang pernafasan, sehingga tidak banyak korban yang selamat darinya.

Ia dihukum 61 tahu penjara karena kasus pembunuhan yang dilakukannya.

6 dari 6 halaman

Joseph Dewey Akin

Courtesy Listverse.com

Joseph Dewey Akin bekerja di sebuah rumah sakit, di North Fulton Regional Hospital di Atlanta pada tahun 1990. Ia kemudian dipindahkan ke Cooper Green Hospital, Alabama.

Selama bekerja di Alabama ternyata Akin telah melakukan pembunuhan terhadap pasiennya. Para rekan kerjanya menyadari bahwa banyak situasi darurat yang meningkat sejak kehadirannya.

Tingkah Akin ini tercium ketika Robert J Price meninggal di usia 32 tahun. Ia menyuntikkan obat Lidocaine, sejenis obat yang digunakan untuk menurunkan detak jantung pasien. Jumlah obat tersebut diperkirakan overdosis sehingga menyebabkan kematian.

Akin mengaku hanya ingin mengurangi penderitaan pasien saja, tetapi ternyata sudah ada 16 korban lain yang meninggal dengan cara yang sama.