Sebagai perempuan, wajar jika Anda berbagi banyak hal dengan sahabat. Mulai dari masalah jalan macet hingga masalah cinta, semua terasa lebih nyaman jika dibagi bersama. Tapi benarkah rasa nyaman itu benar-benar memberi dampak positif, atau justru kenyamanan semu yang pada akhirnya membuat depresi?
Curhat memberi rasa nyaman tapi semu
Sejak dulu, wanita lebih sering curhat kepada sahabat mereka. Curhat tidak sekedar meminta bantuan atau butuh didengarkan, curhat sudah menjadi bagian dari metode alami agar sebuah persahabatan lebih kokoh. Adanya rasa percaya pada sahabat untuk mau mendengarkan curhat (yang kadang berisi informasi rahasia) membuat Anda merasa nyaman.
Efek lega dan nyaman setelah ada orang yang mau mendengarkan masalah, baik dengan pemecahan atau sekedar didengarkan saja memang menyenangkan. Tapi hal ini kadang jadi bumerang, banyak wanita yang suka curhat terus menerus tanpa memperkuat diri bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Karena faktanya, wanita curhat hanya untuk didengarkan. Kalaupun ada saran dari sahabat, saran itu seringkali tidak dipakai. Pada akhirnya, Anda kembali galau.
Masalah Anda jadi lebih besar
Apakah Anda curhat tentang rasa kangen ke mantan? Mungkin awalnya hanya Anda dan sahabat yang tahu, tapi pada akhirnya semua orang di sekitar Anda tahu. Padahal Anda sudah mengatakan "Jangan bilang siapa-siapa," saat curhat. Tapi nyatanya, tetap saja informasi itu bocor ke mana-mana. Jika hal ini sampai didengar si dia, masalah yang seharusnya tidak ada menjadi ada. Masalah yang awalnya kecil menjadi membara.
Atau bisa jadi Anda curhat untuk meminta saran masalah tertentu. Dari si A, B dan C memberikan saran berbeda yang justru membuat Anda semakin bingung dan semakin tertekan. Perbedaan sudut pandang dari masing-masing orang sering menimbulkan kepanikan yang membuat Anda semakin melihat masalah sebagai hal yang lebih besar.
Apakah Anda suka curhat masalah cinta ke sahabat, ladies?
(vem/yel)