Kisah Ingrid Mattson, Mualaf Yang Kini Aktif di Ormas Islam

Fimela diperbarui 08 Jul 2013, 13:33 WIB

Ada banyak alasan seseorang untuk berpindah agama. Pada dasarnya, keyakinan seseorang adalah hak paling dasar dan setiap orang bebas untuk memilihnya. Agama adalah pegangan hidup seseorang, dan bagi beberapa orang butuh waktu untuk menemukan agama yang bisa dijadikan panduan dan tambatan. Ingrid Mattson adalah salah satunya. Dirinya menemukan bahwa dalam agama Islam lah dirinya merasa berada di jalan yang dia inginkan selama ini.

Ingrid Mattson dilahirkan Kitchener, Waterloo, Ontario, Kanada pada 1964. Mattson lahir dari keluarga penganut Katolik Roma yang sangat taat. Waktu kecil dia tumbuh sebagai anak yang rajin melakukan misa harian. Ingrid menjalani hari-harinya dengan religius dan tidak pernah lupa untuk membaca kitab suci. Namun ketika berusia 16 tahun, Ingrid mendadak berhenti melakukan ibadah ke gereja dan keluar dari agamanya. Ingrid menjadi Atheis dan memilih fokus untuk menimba ilmu di Universitas Waterloo dan memilih jurusan seni dan filsafat.

Selama belajar di Waterloo inilah kisah perkenalan Ingrid dengan Islam dimulai. Ketika itu, Ingrid dan rekan-rekan sesama pelajar di jurusan seni dan filsafat pergi ke Museum Louvre di Paris. Ingrid berkenalan dengan beberapa mahasiswa muslim dari Senegal. Ingrid kagum dengan cara mereka menjaga diri dengan berpakaian tertutup serta bagaimana mereka menghindari perdebatan atau konfrontasi walaupun agama mereka dijelek-jelekkan.

Ingrid pun tertarik untuk mempelajari Al-Quran dan pada tahun 1986, Ingrid mengucapkan syahadat dan masuk ke dalam agama Islam. Tidak hanya itu, Ingrid pun menggunakan pakaian sesuai aturan Islam yaitu tertutup dan menggunakan jilbab. Ingrid mengaku nyaman dan merasa terlindungi. Selain itu, bagi Ingrid semua aturan dalam Islam jelas dan tidak memberatkan.

Tidak lama setelah memeluk Islam, Ingrid menjadi relawan di Pakistan dan bertemu dengan seorang laki-laki yang kini menjadi suaminya. Ingrid menikah dengan Aamer Atek dan tinggal di Amerika Serikat. Di Amerika, Ingrid mengenal organisasi Islam bernama Islamic Society of North America (ISNA). ISNA kemudian memilih Ingrid sebagai ketua karena Ingrid aktif dalam organisasi ini. Tidak hanya aktif, Ingrid juga berusaha untuk mengubah citra Islam yang kerap buruk di pandangan publik Amerika, terlebih sejak kejadian WTC pada tahun 2001.

Bagi Ingrid, Islam sudah menjadi pelabuhan dirinya mencari jati diri. Dalam Islam, Ingrid merasa tenang dan berada di jalan yang dia yakini. Ingrid mengatakan bahwa Islam adalah agama yang cinta kedamaian dan walau kerap diindentikkan dengan terorisme. Kisah Ingrid ini menyentuh hati banyak orang yang kerap memilih untuk tidak beragama karena ragu akan keberadaan Tuhan yang sesungguhnya.

BACA JUGA

Cerita Olla Ramlan Dan Wulan Guritno Jelang Ramadan

Inilah 8 Masjid Paling Indah di Rusia

Menjaga Agar Kulit Tidak Kering Selama Puasa

Puasa Sebentar Lagi, Persiapkan Diri Anda, Cantik!

ABC Dapur Peduli Akan Kembali Berbagi Kebaikan Ramadhan 2013

You Get What You Give : Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tidak Boleh Tahu


(vem/sya)