Aduh, celana sudah tidak muat, baju juga sudah mulai kekecilan. Pertanda untuk segera diet nih. Malah, resleting sekarang jadi susah untuk ditutup karena badan mulai melar. Oh no!
Diet, diet, diet. Ini pasti yang ada di pikiran Anda ketika hal di atas mendadak terjadi. Panik gak karuan karena bahkan celana makan-banyak friendly yang biasanya bisa menampung seluruh tumpukan makanan Anda kini sudah tak bersahabat kembali. Tapi, katanya saat kita merasa happy, susah sekali untuk diet, yang ada malah tambah gemuk.
Beberapa orang mungkin akan berpendapat, "siapa peduli? Aku mencintai diriku sendiri apa adanya, jadi tidak perlu susah payah diet hanya untuk menyenangkan orang lain." Memang sih, mencintai diri sendiri tidak dinilai dari apakah Anda langsing atau gemuk. Tapi, Anda harus tahu bahwa ketika badan mulai gemuk ini juga akan diikuti oleh penyakit yang bisa membahayakan Anda. Gemuk tapi sehat itu baru oke.
Ada sebuah penelitian yang mengatakan apa faktor yang membuat orang lebih mudah gemuk. Ternyata hasilnya mengejutkan. Perasaan happy atau bahagia membuat wanita bisa lebih cepat tumbuh gemuk dibandingkan yang tidak. Ketika merasa bahagia, wanita akan memberikan excuse pada diri sendiri bahkan untuk pertambahan berat badannya.
Sebuah percobaan yang dilakukan oleh seorang psikolog di Maastricht University di Belanda menyimpulkan bahwa lebih banyak jumlah murid yang mengambil keripik dan cokelat ketika film yang ditonton membawa perasaan bahagia. Kemudian, dari pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sudah tentu hasilnya adalah murid-murid tersebut lebih banyak makan ketika ada adegan bahagia daripada yang sedih.
Ini memang benar. Anda tentu juga pernah mengalami kejadian di mana nafsu makan Anda hilang begitu saja ketika tubuh Anda didominasi dengan energi negatif. Patah hati, mendengar kabar buruk, pekerjaan tidak sesuai target misalnya, bisa menjadi kejadian-kejadian yang membuat Anda malas untuk makan. Sebaliknya, ketika kita merasa bahagia, Anda dengan mudah memasukkan makanan ke dalam mulut, kapan pun waktunya, tengah malam sekalipun.
"Ketika kita merasa rileks dan bahagia, kita tidak memperhitungkan kalori. Kita makan karena ini adalah sumber dari kebahagiaan. " ujar Dr Christy Fergusson, seorang psikolog makanan.
"Pikirkan saja perayaan seperti ulang tahun atau pernikahan, ini pasti melibatkan kegiatan makan bukan? Menikmati makanan tanpa harus memperhitungkan kalori atau menjudge diri Anda sendiri memang bagian yang menyenangkan dari menikmati hidup." tambah Linda Papadopoulos, psikolog.
Dengan fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar manusia memang akan makan lebih banyak ketika mereka merasa bahagia dan rileks. Ini terjadi karena dengan merasa bahagia, mereka tidak akan mendengarkan suara kecil yang muncul dan memaksa mereka untuk membatasi apa yang mereka makan. Ini mungkin memang akan menjadi kebiasaan yang baik karena termasuk dalam proses menikmati hidup. Tapi, yang harus diingat adalah Anda harus tetap mengatur apa yang Anda makan dan tidak begitu saja mengacuhkan diet.
(vem/dyn)