Jika menyebut kata makeup, yang terbayang pasti wanita. Sejak dulu, wanita dan makeup adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Wanita pakai makeup itu wajar, mulai dari bedak, lipstik dan sebagainya. Rasanya justru aneh jika wanita pergi keluar rumah tanpa makeup. Hal sebaliknya terjadi pada pria, mereka sering anti dan tidak mau dekat-dekat dengan makeup. Bagaimana jadinya jika hal ini di balik?
Dilansir dari situs The Gloss, Brenna Paxton, seorang mahasiswi University of Kansas melakukan proyek bernama MADE UP. Proyek ini bertujuan untuk melakukan tantangan konstruksi sosial. Mereka yang terlibat dalam tantangan ini harus melakukan tukar penampilan dengan pasangannya. Mereka akan dipotret dalam keadaan normal (wanita yang memakai makeup) dan foto setelah mereka tukar peran (pria yang memakai makeup).
Pasangan yang terlibat diminta untuk saling bekerja sama. Sang wanita akan memakaikan makeup sehari-harinya pada pria. Tidak hanya foto hasil akhir yang diambil, tetapi juga keseruan interaksi saat pria didandani pasangannya. Mereka saling bercerita bagaimana konsep ideal gender berpengaruh pada hubungan mereka.
Apa definisi cantik? Aspek apa yang memengaruhi feminitas dan maskulinitas? Pertanyaan-pertanyaan tersebut jadi obrolan ringan. Misalnya saja obrolan salah satu relawan wanita:
"Jika saya pergi di malam hari atau pergi makan malam dengan pacar saya kemudian saya tidak memakai makeup, saya merasa sangat aneh,"
Kenapa?
"Karena saya merasa orang lain akan menuduh yang tidak-tidak. Karena mereka melihat sesuatu yang tidak 'benar' atau tidak tepat,"
Pengakuan itu memperlihatkan bagaimana feminitas membuat beberapa wanita tertekan, terutama masalah makeup.
Bagaimana dengan Anda? Apakah keharusan memakai makeup (yang entah siapa yang memulainya) membuat Anda tertekan?
(vem/yel)