Kondisi lingkungan yang semakin buruk membuat banyak penyakit-penyakit baru bermunculan dan membahayakan kesehatan. Penyakit yang dulu hanya menjangkit binatang kini menjalar virusnya ke manusia. Indonesia sudah pernah dihebohkan dengan flu babi, SARS dan flu burung. Sudah lama virus-virus ini dicoba untuk dibasmi oleh pemerintah namun ternyata virus berbahaya ini masih ada di lingkungan. Virus berbahaya ini masih berpotensi untuk menyerang manusia bahkan mengakibatkan kematian karena belum ada obatnya.
Seorang balita bernama Respati Bagas Prasetyo yang 2,6 tahun meninggal dunia diduga akibat terjangkit virus H5N1 atau flu burung. Balita lucu ini bertempat tinggal di Perumahan BTN Masnaga, Jakamulya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Bagas meninggal pada hari rabu (19/6) setelah sebelumnya mendapat perawatan di rumah sakit di Bekasi dan dirujuk ke RS Persahabatan, Jakarta. Orang tua bagas syok dan sedih tak terkira mendapati putra kecilnya terkena virus flu burung dan akhirnya meninggal dunia.
Bagas diketahui terkena virus flu burung ketika mengalami demam dan sesak nafas. Orang tua Bagas pun membawa Bagas ke RS Hermina, Galaxi, Bekasi Selatan pada hari sabtu (15/7). Bagas dirawat dan didiagnosa terkena suatu virus. Pada hari selasa malam, tim dokter RS Hermina memberi tahu bahwa Bagas positif terkena flu burung. Ayah dan Ibu Bagas, Respati Seno Putro dan Emmy Diah Susanti kaget dan tidak menyangka putranya terkena flu burung karena mereka tinggal di lingkungan yang bersih dan tidak dekat dengan peternakan unggas apapun.
Selasa (18/9) siang tim Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Litbang Kementrian Kesehatan mengambil sampel darah dan cairan putih yang hampir menutup seluruh paru-paru Bagas. Hasilnya positif bagas terkena flu burung. Tak ingin kondisi anaknya semakin parah, Respati dan Emmy merujuk Bagas untuk dirawat di RS Persahabatan Jakarta. Namun sepertinya takdir Tuhan berkata lain, Bagas meninggal dunia tidak lama setelah dirujuk karena kondisinya sudah sangat kritis.
Respati dan Emmy tidak dapat menahan kesedihannya. Bagas adalah anak yang penurut dan tidak pernah rewel. Bahkan saat sakitpun Bagas tidak banyak menangis dan tidak terlihat sedih sedikitpun. Kini Bagas telah tiada dan menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Kesehatan untuk kembali menggalakkan pembasmian virus-virus berbahaya sebelum kembali memakan korban.
(vem/Sya)