Kisah Pegawai Hidup Di Perbatasan Negeri

Fimela diperbarui 17 Jun 2013, 17:14 WIB

Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan kepulauan. Ada yang berada dekat dengan pusat keramaian, ada yang jaraknya jauh bahkan harus menempuh perjalanan laut berjam-jam. Karena luasnya, kemajuan di Indonesia masih belum bisa merata. Banyak daerah di Indonesia yang masih tertinggal dan tidak memiliki fasilitas layak. Bagaimanapun, seorang abdi negara haruslah bersedia ditempatkan dimana saja termasuk di pelosok atau perbatasan Indonesia.

Apa yang terbesit di benak Anda bila mendengar pegawai dinas pajak? korupsi? hidup berkecukupan karena memiliki gaji besar? Kasus Gayus Tambunan dan beberapa pegawai pajak lain yang tersandung kasus korupsi memang cukup mencoreng nama baik dinas pajak. Namun tidak semua pegawai dinas ini hidup enak dan bertugas di kota besar. Petugas Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Ranai misalnya. Mereka harus hidup di pulau terpencil yang jauh dari kemewahan dan keramaian.

Ranai terletak di kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Secara geografis, Ranai terletak di laut lepas pantai dan berbatasan dengan lautan negara lain. Ranai terletak jauh dari pusat pemerintahan ataupun pusat kegiatan bisnis dan industri. Untuk menuju Ranai pun, harus menggunakan kapal dan membutuhkan waktu serta biayanya lumayan mahal. Kondisi yang jauh dan terkadang sulit ditempuh ini tidak meredupkan tanggung jawab pekerjaan mengemban tugas negara. Kepala KP2KP Ranai Budi Utomo dan kedua anak buahnya Grace Febriyanto Ginting dan Slamet Pasaribu harus tinggal di pulau ini demi memberikan penyuluhan dan pelayanan pajak di daerah yang kaya akan sumber daya Minyak dan Gas Migas itu.

Di Ranai tidak terdapat sarana hiburan apapun. Budi dan bawahannya pun terbiasa ketika pulang bekerja langsung kembali ke rumah dinas dan beristirahat. Hiburan yang mereka dapatkan biasanya berupa memancing atau naik gunung. Ranai memiliki tempat memancing yang bagus dan mereka terkadang melepas penat di sana. "Nggak ada hiburan di sini, yah paling-paling mancing, kalau enggak naik gunung, itu juga banyak pacetnya (lintah)," ujar Budi dikutip dari merdeka.

Sudah menjadi salah satu resiko menjadi pegawai negeri bila ditugaskan kemana pun. Budi mengatakan bahwa dirinya dan bawahannya menikmati saja dan mensyukuri tinggal di Ranai. Walau untuk mencari makan juga susah karena tidak banyak warung makan. "Tukang sate itu di sini cuma satu, jadi kadang kalau kita lagi dinas keluar, ya yang paling dicari itu sate," sambung Budi lagi. Budi yang asal Yogyakarta ini sudah dua tahun ditugaskan di Ranai dan jauh dari keluarganya.

Bila Anda berpikir bahwa menjadi pegawai negeri berarti bekerja dengan mudah maka mungkin pendapat Anda salah. Menjadi pegawai negerti tidak kalah beratnya seperti bekerja di perusahaan swasta. Mari hargai pengabdian mereka dan bantu awasi pekerjaan mereka agar tidak ada dana yang diselewengkan atau dikorupsi.

BACA JUGA

Kisah Nova Anak Petani Sukses Jadi Dokter Gigi

Darla Burns Menulis Buku di Tengah Keterbatasan nya

Bahagia Itu Apa? (5 Kisah Inspirasi Mengharukan)

Keterbatasan Fisik Tidak Menghalangi Irma Menjadi Pengusaha

Supir Truk Jujur, Kembalikan Uang Temuan Rp 100 Juta

(vem/Sya)
What's On Fimela