Anak Ajaib, Sembuhkan Penyakit Tanpa Alat Apapun

Fimela diperbarui 15 Jun 2013, 10:00 WIB

Sri Dharen (13), pelajar kelas I SMP memiliki kemampuan mendeteksi penyakit dan permasalahan pada organ-organ tubuh manusia tanpa menggunakan alat bantu dan menyembuhkannya.

Kelebihan yang dimiliki Dharen itu ditunjukkannya di kantor Museum Rekor Indonesia (Muri) Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang, Rabu, dengan memeriksa penyakit dan menerapi sejumlah orang yang hadir.

Beberapa karyawan PT Jamu Jago yang terletak satu kompleks dengan Muri pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mendeteksi penyakitnya, di samping satu-dua pasien yang memang memiliki penyakit kronis.

Menurut Kanna Dasan (49) ayah Dharen, kemampuan anaknya itu diketahuinya secara tak sengaja beberapa tahun lalu ketika sedang makan bersama keluarga, tiba-tiba anaknya menyampaikan sesuatu hal.

"Ketika itu, Dharen baru berusia sembilan tahun. Dharen tiba-tiba bilang kalau bisa melihat isi perut saya. 'Bentuk kantong nasi ayah kok tidak sama seperti perut ibu. Agak lonjong'," katanya.

Ketika itu, kata dia, juga dikatakan perutnya juga berisi busa-busa seperti asam. Dharen kemudian meminta izin untuk memegang perut ayahnya, setelah itu Kanna langsung muntah dan terasa lebih baik.

"Kebetulan, saya pernah periksa endoskopi yang hasilnya ternyata sama dengan apa yang dia (Dharen, red.) bilang. Setelah kejadian itu, saya kemudian cerita teman yang menderita batu ginjal," katanya.

Ternyata, kata dia, penyakit baru ginjal kawannya sembuh setelah lima hari diterapi Dharen, kemudian semakin lama semakin banyak pasien dengan berbagai penyakit mendatangi kediamannya untuk berobat.

"Kami tidak meminta biaya pengobatan. Namun, saya batasi waktunya menerima pasien karena Dharen kan juga harus sekolah," kata warga Perumahan Gading Serpong-Kluster Michelia MI 3 Nomor 6, Tangerang itu.

Putra kedua pasangan Kanna Dasan (49) dan Wani Sri (38) itu melayani pasien di kediamannya setiap Senin-Jumat pukul 17.00-19.00 WIB, hari Sabtu mulai pukul 10.00-14.00 WIB, sementara hari Minggu libur.

Pasien remaja kelahiran Semarang, 27 Oktober 2000 itu berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri yang diobatinya secara langsung, maupun dengan media foto atau video yang dikirimkan.

"Kalau pasien tidak bisa datang bisa mengirimkan foto atau video, tetapi waktu pengambilannya tidak boleh lebih dari dua jam. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 7.000 pasien yang datang ke Dharen," katanya.

Demi mendukung kemampuan anaknya itu, baik Kanna dan istrinya selalu menyempatkan membaca buku-buku kedokteran untuk mengetahui sedikit tentang ilmu medis, di samping Dharen yang juga rajin membaca buku.

Sementara itu, Dharen mengakui kemampuannya untuk melihat organ dalam manusia itu dimilikinya secara tiba-tiba sehingga kemudian membandingkan bentuk organ-organ yang dimiliki setiap orang untuk mendeteksi kelainan.

"Saya ditemani ayah saat menerima pasien, tetapi kadang juga sendiri. Kalau di sekolah ya tidak (menerapi, red.), tidak boleh oleh saya ayah. Harus di rumah," kata remaja yang bercita-cita jadi dokter itu.

Pada kesempatan itu, siswa SMP Atisa Dipamkara Karawaci itu dianugerahi rekor Muri sebagai "Terapis Yang Mampu Mendeteksi Penyakit dan Organ Tubuh Tanpa Alat Bantu" dengan nomor rekor 6013/R.MURI/VI/2013.

(vem/bee/ant)