Di Indonesia, menjadi seorang birokrat adalah salah satu profesi yang banyak diidamkan oleh banyak orang. Selain karena menjadi pegawai negeri berarti mendapat uang pensiun dan tidak akan pernah di PHK, juga banyak fasilitas lainnya. Tak heran bila sekolah-sekolah milik pemerintah yang lulusannya langsung direkrut menjadi pegawai negeri banyak peminat bahkan rela belajar mati-matian demi bisa diterima. Sekolah yang diawasi langsung oleh pemerintah ini seharusnya menjadi tempat belajar yang nyaman bagi siswanya. Namun ternyata tidak semua sekolah milik pemerintah ini memberikan keamanan bagi siswanya. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah institut milik pemerintah yang siswanya sering menjadi korban kekerasan.
Senioritas dan jenjang antara kakak tingkat dan bawahan serta pihak sekolah yang menutup mata membuat banyak siswa menjadi korbannya. Sudah menjadi rahasia umum bila bersekolah di IPDN akan ada semacam 'plonco' di mana adik tingkat akan dipukul secara bergiliran oleh kakak tingkat. Miris mendengarnya, karena mereka satu hari nanti akan jadi pelayan masyarakat. Bagaimana bila arogansi mereka terbawa ke dunia kerja?. Terlebih kasus IPDN ini sudah menjatuhkan banyak korban jiwa.
1. Praja meninggal dunia
Siswa IPDN disebut dengan panggilan 'praja'. Setiap tahun, ada banyak praja baru di IPDN yang masuk dari seluruh wilayah Indonesia. Walaupun kini sistem di IPDN sudah banyak dirombak, tetap saja kasus plonco masih merebak. Kekerasan yang dilakukan oleh praja senior ini beberapa kali menyebabkan meninggalnya praja junior. Salah satunya adalah putra bungsu Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Rinra Sujiwa Syahrul Putra (19). Rinra tidak mampu lepas dari kekerasan yang dilakukan para seniornya hingga akhirnya meninggal dunia.
2. Praja mengalami gangguan kejiwaan
Praja IPDN tinggal dalam satu asrama yang berada di dalam kompleks sekolah. Mengejutkan ketika ada tiga orang praja yang divonis positif mengalami gangguan kesehatan mental. Dua di antaranya mengaku melihat makhluk halus dan satu lagi yaitu Simon F Malau mengidap gangguan jiwa medis, yakni gejala stres atau depresi. Hal ini diduga karena Simon tidak tahan terhadap tekanan mental dari senior-seniornya.
3.Seks bebas
Praja IPDN yang lulus akan menjadi abdi negara, seharusnya memiliki moral yang baik dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang peraturan. Namun yang terjadi adalah dosen IPDN menyelidiki bahwa ada banyak kasus mengenai seks bebas di lingkungan praja IPDN. Hingga saat ini, belum ada sanksi tegas atau praja dikeluarkan karena masalah ini. Selain seks bebas, kasus penganiayaan ringan juga kerap terjadi tapi juga belum ada tindakan nyata dari pengurus sekolah praja tersebut.
4. Rektor IPDN terkena kasus
Bukan hanya praja nya, ternyata kasus juga menerpa rektor IPDN yaitu I Nyoman Sumaryadi. Seorang wanita bernama Susi Susilowati yang berasal Kuningan, Jawa Barat mengaku pernah melayani Nyoman dengan imbalan anak rekannya dimasukkan ke IPDN. Hubungan gelap mereka akhirnya membuahkan anak. Susi meminta pertanggung jawaban Nyoman namun Nyoman membantah kasus yang menerpanya. Nyoman berkata bahwa dirinya tidak mengenal Susi dan gosip ini tidak akan Nyoman tanggapi.
IPDN seharusnya dapat menjadi contoh bagaimanakah pengelolaan sekolah berasrama yang baik. Terlebih lagi, IPDN dipegang langsung oleh pemerintah dan kelak praja-praja ini akan menjadi pengayom masyarakat. Bila sejak sekolah saja mereka sudah sering terlibat tindak kekerasan dan menjadi korban plonco seniornya, bagaimanakah kinerja mereka nantinya?
BACA JUGA
Tersangkut Korupsi, Kusdinar Tidur di Masjid Setiap Hari
Sering Goda Murid Laki-Laki, Guru Ini Dilarang Mengajar di Inggris
Kisah Adik Obama Mengunjungi Yogyakarta
(vem/Sya)