Ketiga film unggulan Oscar ini, diangkat dari novel. Film yang berhasil membawa penontonnya bereksplorasi. Di akhir cerita, tertinggal kesan yang menyentuh. Pelajaran kehidupan yang tak ternilai.
Oleh Donna Ch Asri
LIFE OF PI
Sekali lagi sutradara Ang Lee menunjukkan kepiawaian dalam menciptakan film berkualitas. Life of Pi. Diangkat dari buku berjudul sama karya Yann Martel (2001), Life of Pi menceritakan pengalaman hidup seorang pemuda India, Piscine Molitor “Pi” Patel (Suraj Sharma).
Pengalaman terbesarnya adalah ketika kapal yang mengangkut dia bersama keluarga untuk pindah ke Kanada, karam dihantam badai. Pi selamat bersama seekor zebra, seekor orangutan, seekor hyena, dan harimau bernama Richard Parker. Hewan-hewan ini berasal dari kebun binatang milik orangtua Pi, dan dibawa untuk dijual di Kanada. Walau selamat, Pi terkatung-katung di tengah Samudera Pasifik, di atas sekoci bersama hewan-hewan tersebut.
Pi (16 tahun) menyaksikan bagaimana satu per satu hewan-hewan tersebut saling memangsa, hingga tinggal tersisa Richard Parker. Harimau hidup dengan manusia. Begitu dekatnya. Pi harus mampu menundukkan rasa takutnya. Bahkan ia harus mampu ‘menundukkan’ Richard Parker. Meski sempat jatuh bangun, Pi berhasil mengatasi rasa takutnya dan hidup dengan Richard Parker.
Berbagai pengalaman dilalui Pi bersama Richard Parker. Menahan lapar dan haus, menantang maut, sama-sama bertahan hidup. Hingga mereka mencapai daratan Meksiko. Mereka harus berpisah, kembali ke dunia mereka masing-masing. Pi tak kuasa menahan sedih karena harus berpisah. Ia makin sedih karena Richard Parker tak berpaling padanya saat akan melangkah masuk ke hutan. Binatang buas itu hanya sempat menghentikan langkahnya sesaat. Pi pun menangis.
Bisa jadi semua orang mempunyai sosok “Richard Parker” dalam hidup mereka. Kehadirannya membuat seseorang merasa terancam. Sebagian orang mungkin membiarkan sosok ini mengintimidasi hingga kehilangan pijakan dan tak berdaya. Tetapi, jika mau belajar dari Pi, sosok yang mengancam ini justru bisa membuat seseorang jauh lebih kuat.
Melewati cobaan itu, awal kisah film ini menjadi bermakna. Pi memang istimewa. Sejak kecil ia sudah banyak akal. Memiliki nama lengkap Piscine Molitor Patel, Pi selalu menjadi sasaran ejekan teman-temannya. Nama yang diambil dari nama kolam renang di Prancis itu dipelesetkan teman-temannya menjadi ‘Pissing Patel’. Bukannya menyerah, ia justru mengampanyekan Pi sebagai nama barunya. Caranya, ia bandingkan namanya dengan “pi”, bilangan sakti dalam matematika. Terus menerus ia lakukan itu tanpa ada hasil. Hingga klimaksnya ia tuliskan deretan angka pi yang tak ada habisnya itu. Ia pun menjelma menjadi Pi.
Kadang seseorang ‘dianugerahi’ kelemahan. Tetapi, asal mau berusaha, itu akan bisa kita jadikan sebuah kekuatan. Itulah yang ditunjukkan oleh Pi.
Quotes berharga :
- “I supoosed in the end, the whole of life become an act of letting go, but what always hurts the most is not taking a moment to say goodbye.”
- “Doubt is useful, it keeps faith a living thing. After all, you can not know the strength of your faith until it tested.”
Ucapan Pi (dewasa) kepada penulis yang mendengar ceritanya.
LES MISERABLES
Bagi penggemar buku, Victor Hugo bukanlah nama yang asing. Les Miserables adalah salah satu karya fenomenalnya. Kisah ini merupakan salah satu drama musikal favorit di panggung Broadway. Film Les Miserables diproduksi 2012 (pernah diproduksi sebelumnya) yang disutradarai oleh Tom Hooper ini benar-benar mengangkat panggung Broadway ke layar lebar.
Dikisahkan, setelah menjalani hukuman selama 19 tahun, seorang narapidana, Jean Valjean (Hugh Jackman) mendapat kebebasan bersyarat dari penjaga penjara Javert (Russel Crowe). Kesalahannya hanyalah mencuri roti. Waktu berputar, Jean yang hidup dalam kebaikan, menjadi walikota Montreuil-sur-Mer yang sama artinya ia menjadi warga kehormatan.
Nasib mempertemukannya dengan Javert. Bersamaan dengan saat ia dihadapkan pada nasib tragis mantan buruh pabriknya, Fantine (Anne Hathaway). Fantine dipecat oleh anak buah Jean karena memiliki anak haram, Cosette (Isabelle Allen). Akibatnya, Fantine melacurkan diri hingga terkena masalah dengan Javert yang menjadi kepala polisi di daerah itu.
Fantine diselamatkan oleh Jean, yang juga berupaya mengembalikan Cosette ke pelukan Fantine. Namun Fantine akhirnya meninggal. Jean memutuskan mengasuh Cosette. Mereka hidup sebagai ayah dan anak. Kebaikan Jean memberikan kehidupan baru bagi Cosette dan dirinya sendiri.
Titik balik Jean Valjean justru saat ia mencuri tempat lilin perak Uskup dan tertangkap polisi. Tetapi Uskup menyelamatkannya dengan mengatakan bahwa ia memang memberikan tempat lilin tersebut kepada Jean Valjean. Sementara itu dalam kehidupan, jangankan membalas kejahatan dengan kebaikan, bahkan kebaikan pun bukan tak mungkin dibalas dengan kejahatan. Kebesaran jiwa seseorang terbukti jika ia bisa membalas kejahatan dengan kebaikan.
Quotes Berharga :
“To love another person is to see the face of Good.” – Jean Valjean
SILVER LININGS PLAYBOOK
Film yang disutradarai oleh David O’Russel ini diangkat dari buku berjudul sama karya Matthew Quick. Menceritakan tentang Pat (Bradley Cooper), seorang mantan guru yang mengidap biopolar disorder. Akibat menyerang pasangan selingkuh istrinya, Pat harus dirawat di RS Jiwa selama 8 bulan. Usai masa perawatan, Pat pulang ke rumah orang tuanya. Ayah Pat sendiri, Pat Sr (Robert de Niro) juga memiliki masalah kejiwaan. Ia ketagihan berjudi dan menderita OCD (Obessive-Compulsive Disorder). Namun Pat mendapat dukungan kedua orangtuanya untuk menata kehidupannya kembali. Sosok ibu Pat (Jacki Weaver) mengundang keharuan, menghadapi dua laki-laki ‘sulit’ dalam hidupnya.
Pat menjalani beragam cara untuk bisa kembali menjadi diterima masyarakat. Mulai dari terapi hingga berpikir positif. Ia pun terobsesi merebut hati istrinya kembali. Dalam proses itu, Pat berkenalan dengan Tiffany (Jennifer Lawrence), janda muda yang ditinggal mati suami dengan cara tragis. Sepeninggal suaminya, ia dilanda depresi. Tiffany mengatasi ini dengan menjadikan seks sebagai pelarian.
Pat dan Tiffany memiliki hubungan yang aneh, tapi akhirnya menghasilkan ‘senyawa’ unik. Mereka saling mendukung dengan cara mereka sendiri. Meski hubungan mereka diwarnai cela-mencela. Penonton dibuat terus tertawa saat mereka (yang disebut kurang normal) oleh sekitarnya, berlatih dansa dan berhasil tampil di depan publik.
Film ini menggambarkan cinta tak bersyarat dari seorang ibu, ayah dan para sahabat. Di saat seseorang tidak menyangka, seseorang yang ia kira mencintainya, justru tidak memiliki cinta yang tulus. Tapi hidup selalu bisa direbut kembali. Sebab di saat yang paling sulit pun kita akan menemukan suatu kebaikan. Seperti garis perak di antara langit yang gelap.
Quotes Berharga: “The only way to beat my crazy was by doing something even crazier. Thank you. I love you. I knew it from the moment I saw you. I’m sorry it took me so long to catch up.” – ucapan Pat kepada Tiffany.
Source : Goodhousekeeping Edisi April 2013 halaman 70
(vem/gh/dyn)