Kecintaan terhadap seni peran melambungkan sosok dua aktris lintas generasi ini hingga tingkat mancanegara. Ketika Cosmo mempertemukannya mereka pun saling berbagi cerita tentang sepak terjangnya.
Rima Melati pada Atiqah Hasiholan
RM: Tiqah, setiap saya melihat kamu, saya teringat dengan sahabat-sahabat saya. Orangtua-mu adalah sahabat saya, dan saat ini Tiqah bekerja sama dengan saya. Sekarang tiqah sedang sibuk apa?
AH: Saya sedang bersama Rima Melati, seorang wanita hebat, di mana saya bisa mencuri ilmu dari beliau. Dia bukan hanya seorang aktris seperti saya, tetapi juga seorang sutradara dan penyanyi. Seorang wanita multitalenta yang saya kagumi.
RM: Bagaimana ceritanya sampai Tiqah terjun di dunia entertainment?
AD: Awalnya saya kerap bermain teater, lama kelamaan muncul ketertarikan untuk merambah dunia perfilman. Ternyata saya jatuh cinta dengan dunia film, jadi saya memutuskan untuk serius di bidang perfilman ini.
RM: Apa peran yang paling Tiqah sukai?
AH: Saya tidak pernah ingin mengkotak-kotakkan sebuah peran. Saya selalu merasa tertarik dan tertantang dengan peran-peran yang belum pernah saya lakoni.
RM: Selain main film, Tiqah juga main FTV. Mana yang lebih menarik hati Tiqah?
AH: Saya menikmati semuanya. Berakting dalam FTV memberikan saya kesempatan untuk memerankan berbagai karakter dan saya merasa skill saya bisa diasah melalui FTV tersebut.
RM: Saya dengan Tiqah baru beradu akting dengan aktor internasional dalam film Java Heat. Bagaimana rasanya bisa berakting dengan bintang luar negeri?
AH: Sebuah pengalaman berharga dan tak terlupakan dalam karier saya karena belum pernah terlintas di pikiran saya jika saat ini saya bisa berakting dengan aktor Hollywood Kellan Lutz dan Mickey Rourke, aktor yang lebih senior.
Atiqah Hasiholan pada Rima Melati
AH: Kapan pertama kali main film?
RM: Tahun 1958, saat itu filmnya bercerita tentang juara sepatu roda.
AH: Sebagai seorang aktris, apa hal paling penting dari proses produksi sebuah film?
RM: Reading itu sangat penting. Sebagai pemain kita harus bisa bersama-sama memahami peran dari reading agar semua pemain bisa maksimal.
AH: Apa yang mendorong Tante untuk masih berkarya sampai sekarang?
RM: Cinta. Di samping itu, saya suka bernyanyi, pun juga menikmati proses menyutradarai.
AH: Lalu jika suatu hari nanti harus berhenti, bagaimana Tante menyikapi hal tersebut?
RM: Satu hal yang saya pegang, just be yourself, be a good self. Dengan itu pasti kehidupan kita akan jauh dari rasa kecewa.
AH: Bagaimana tanggapan suami melihat Tante yang masih aktif di dunia hiburan?
RM: Syukurlah, suami saya masih mendukung penuh. Selain itu, untungnya tim produksi film atau sinetron yang saya bintangi, juga mau mengerti dan menyesuaikan cara kerjanya dengan kondisi saya.
AH: Tante pernah divonis mengidap kanker payudara, bagaimana untuk tetap semangat berkarya meski telah divonis memiliki penyakit tersebut?
RM: Saya terus berpikir positif, bersikap optimis akan sembuh, dan berdoa agar saya mampu melalui semua cobaan dengan kuat.
AH: Kembali ke dunia profesi, apa Tante sudah merasa puas terhadap perjalanan karier?
RM: Ya memang sulit menjawabnya. Tetapi, jika mengingat bahwa sampai sekarang saya masih dikenal banyak orang dengan reputasi yang baik, saya begitu bersyukur.
Source : Cosmopolitan Edisi maret 2013 halaman 226
[initial]
(vem/cosmo/dyn)