Pergantian musim selalu ditandai dengan datangnya berbagai macam penyakit, terutama flu. Kalau si dia menjadi salah satu yang terjangkit, jangan heran kalau umurnya mendadak berubah jadi lima tahun.
Pernahkah Anda merasa terganggu saat pasangan mulai merajuk, manja, dan sensitif saat ia terkena flu, sementara di kondisi yang sama Anda masih bisa melakukan aktivitas normal meski dengan perjuangan ekstra? Well, hate to say this, namun menurut survei dari www.engagemutual.com, pria memang hobi melebih-lebihkan penyakitnya. Dari pilek biasa menjadi flu berat, atau dari sakit kepala ringan menjadi migrain. Masih dari penelitian yang sama, 57% pria mengaku mencari perhatian dan simpati berlebih dari pasangannya di saat mereka tergolek sakit, dan 2/3 dari jumlah tersebut menjadi lebih sering merajuk dan komplain. Just like babies. Baiklah dear, sebelum Anda tambah senewen dan uring-uringan menghadapi para “bocah lelaki” ini, ada baiknya simak dulu faktor-faktor mental dan fisik yang mengakibatkan perubahan perilaku pria di saat sakit berikut ini.
Wanita Lebih Kebal Penyakit Daripada Pria
Mungkin ada benarnya juga stereotype yang mengatakan bahwa pria menganggap
semua penyakit itu berbahaya, sementara wanita jauh lebih santai menghadapinya.
Sebuah studi yang dimuat di jurnal BioEssays pun mengamini pernyataan tersebut. Para peneliti meyakini bahwa hal tersebut ada hubungannya dengan MicroRNAs – berkaitan dengan fungsi kekebalan tubuh – yang dihasilkan oleh kromosom X, di mana wanita memiliki dua buah kromosom tersebut. Karena pria hanya memiliki satu kromosom X, dan kromosom Y tidak bisa memproduksi MicroRNAs, maka mungkin saja kalau wanita lebih tangguh dalam menghadapi penyakit.
Pria Dekat dengan Ibu Mereka
Tentu saja bukan fakta baru, tapi bisa saja jenis kelamin Anda memicu rasa rindunya untuk diperhatikan dan dirawat oleh sang ibu saat ia jatuh sakit. “Kebanyakan pasien wanita saya mengeluh bahwa pasangan mereka kerap memaksa mereka untuk mengambil peran sebagai ibu,” ujar Mary Jane Minkin, MD, profesor obstetrik dan ginekologi di Yale School of Medicine. Cosmo tak menganjurkan Anda untuk pergi ke department store dan membelikannya piyama dan kaus kaki, tapi buatkanlah ia makanan favoritnya.
Makanan yang biasa dimasak oleh ibunya setiap dia sakit, entah itu bubur ayam, sup krim, atau nasi goreng buatan rumah. He’ll love it.
Wanita Lebih “Akrab” dengan Kuman
Wanita yang sudah menjadi seorang ibu akan jauh lebih sering berurusan dengan kuman dibandingkan pria. How come? Kata kuncinya adalah: Anak-anak. Ya, anak-anak kerap membawa kuman penyakit dari luar ke dalam rumah. Entah dari tempat penitipan anak, taman bermain, atau lapangan olahraga. Ditambah lagi dengan kebiasaan wanita untuk jajan makanan di pinggir jalan yang kebersihannya belum terjamin. Mungkin Anda salah satunya, bukan? Tak heran jika lambat-laun wanita akan jauh lebih terbiasa menghadapi kuman daripada pria.
Pria Jarang Mengunjungi Dokter
Jangan pergi jauh-jauh, ladies. Kemungkinan besar para pria bajak membutuhkan
kehadiran Anda di sisi mereka 24 jam sebagai perawat pribadi, mengingat sebuah studi menunjukkan bahwa pria berusia antara 20 sampai 40 tahun sangat jarang memeriksakan diri ke dokter, dan saat sakit, mereka menjadi sangat dramatis,” ujar Dr.Minkin. “Plus, wanita setidaknya satu atau dua kali setahun memeriksakan kesehatan ke dokter, entah dokter kulit atau ginekolog. Di mana secara tak langsung kondisi kesehatan mereka secara umum juga terkontrol.”
Tubuh Wanita Dirancang Untuk Tahan Sakit
Mungkin sebagian dari Anda berpikir, “Tentu saja, kemampuan menahan rasa sakit pada saat melahirkan bayi secara alami menjadikan kami Superwoman!” Tapi dari berbagai penelitian ilmiah yang ada saat ini belum benar-benar sepenuhnya mendukung pernyataan tersebut. Beberapa pakar masih beranggapan kalau berurusan dengan sensor rasa sakit di otak, baik pria dan wanita memiliki banyak kesamaan. “Meski merasakan rasa sakit dengan cara dan porsi yang sama, pria lebih banyak mencurahkan energi mereka untuk merasakan sakit tersebut, sementara wanita akan langsung mencari cara untuk mengatasinya,” jelas Dr.Minkin.
Kamu Harus Sehat, Dear!
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum dia mulai merajuk karena badannya hangat dan kepalanya pusing, bantu ia tetap sehat dengan tip berikut ini!
• Jaga tekanan darahnya. Batas normalnya adalah 120/80 agar jauh dari penyakit
stroke dan jantung. Makanan berbasis tomat dapat membantu menurunkan tekanan darah. Begitupun dengan segelas wine sehari. Tapi jika ia tidak menyukai alkohol, sari buah anggur bisa dijadikan alternatif. Alpukat dan cokelat juga kaya
akan antioksidan lho.
• Ajak ia lebih rutin berolahraga. Timbunan lemak yang tinggi bisa memicu berbagai macam penyakit. Pilih saja olahraga Anda berdua sukai, entah itu jogging, yoga atau berenang sepulang kerja. Kini pusat kebugaran juga sangat mudah ditemui di hampir setiap sudut kota.
• Perhatikan pola tidurnya. Jika ia tersedak atau terbangun di tengah malam karena
kesulitan bernapas, bisa jadi ia mengalami sleep apnea yang disebabkan oleh gangguan di saluran pernapasan. Dan pastikan agar jam tidurnya cukup, karena minimnya jam tidur dapat memperbesar risiko serangan jantung.
• Minum air putih yang banyak. Dia sering mengeluh letih dan kehabisan energi? Bisa saja penyebabnya adalah dehidrasi, alias kurang minum air putih. Banyak
pria kini lebih sering mengonsumsi kopi daripada air putih. Memang sih kafein
dapat mendorong energi dan stamina dengan instan, namun hanya sesaat saja.
Jika ia tak bisa lepas dari kafein, anjurkan ia beralih ke teh yang juga kaya akan
thiamine yang dapat memberi efek rileks pada tubuh.
Source : Cosmopolitan Edisi April 2013 halaman 156
(vem/cosmo/dyn)