Kurasakan Nikmatnya Keajaiban Sedekah

Fimela diperbarui 29 Mei 2013, 14:01 WIB

Pengalaman ini ditulis oleh pembaca Vemale bernama Alma. Ia ingin berbagi kisah dan pelajaran dengan pembaca Vemale lainnya tentang keajaiban sedekah yang baru-baru ini dialami Alma. Yuk, kita simak kisahnya.

Pengalaman ini ditulis oleh pembaca Vemale bernama Alma. Ia ingin berbagi kisah dan pelajaran dengan pembaca Vemale lainnya tentang keajaiban sedekah yang baru-baru ini dialami Alma. Yuk, kita simak kisahnya.

Dear Vemale dan sahabat pembaca.

Nama saya Alma dan saya sering membaca kisah inspiratif dari berbagai media. Kisah-kisah itu sangat menyentuh batin dan membuat saya lebih termotivasi untuk hidup lebih baik. Namun ketika kita mengalaminya sendiri, rasanya seperti keajaiban, ya?

Saya punya pengalaman saat saya masih sering bergulat dalam kehidupan masa remaja. Saya punya uang, tapi tidak tahu cara menggunakannya. Begitu uang itu habis, saya tidak sadar apa yang sudah saya lakukan.

Tiba-tiba sudah beli ini dan itu yang sebenarnya tidak begitu saya butuhkan. Atau sudah masuk perut dan bikin perut ini makin buncit. Sepertinya saya membeli kesenangan dengan uang yang saya miliki, namun hal itu jarang saya sadari dan tidak benar-benar membuat saya bahagia.

Saya hobi browsing di internet. Suatu hari saya menemukan bacaan-bacaan dari inspirator muda yang banyak muncul belakangan ini. Mereka mengisahkan banyak pengalaman nyata tentang sedekah. Rata-rata intinya, 'kalau sudah sedekah, nanti uangnya kembali lagi'. Itulah anggapan polos saya saat itu.

Saya melihat blog-blog mereka dan menemukan banyak foto orang-orang yang tidak lebih beruntung dari kondisi saya sekarang. Mereka sakit, mereka ingin sekolah lebih dari kondisi yang mereka miliki saat ini. Saya tergerak ingin membantu meringankan masalah, ingin ikut membuat mereka tersenyum dan berbagai alasan yang tak terjelaskan dengan kata-kata.

Saya pun mulai menyisihkan uang, mungkin tidak banyak, namun semoga bisa membantu. Menurut saya, meski kecil, ada sebuah kebahagiaan dan kepuasan tersendiri ketika saya bisa berbagi dengan uang yang saya miliki.

Di sisi lain, saya tidak banyak merasa bahwa uang saya habis, meski pengeluaran saya bertambah. Ada keteraturan yang terjadi dalam keuangan saya, bahkan bukannya berkurang, malah semakin bertambah. Mungkin bukan dalam masalah jumlah, namun saya selalu bisa merasa cukup. 

Keajaiban Itu Ada

Saya percaya dengan hukum sebab akibat. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Namun saya tak pernah berpikir bahwa keajaiban akan datang pada saya . 

Suatu hari adik saya terlibat masalah utang hingga puluhan juta. Ia kalang kabut mencari pinjaman. Sebagai kakak, saya pun turut membantu. Namun kami bukan orang kaya yang punya banyak uang dan investasi. 

Selama satu minggu kami berpikir keras, mencoba mendapatkan tambahan uang. Sebagian besar gaji, saya berikan pada adik saya. Saudara yang lain pun ikut membantu.  Untunglah orang yang terlibat kasus hutang dengan adik saya mau memberikan toleransi waktu. 

Sedikit demi sedikit kami kumpulkan uang untuk menyicilnya. Untung saya terbiasa menyisihkan uang untuk sedekah, jadi tak terasa berat. Untuk sementara, kami memang harus tirakat. Menahan keinginan ngafe, karaoke, belanja ini itu. Lebih baik susah sekarang, pikir saya, daripada kami harus jatuh kepada lubang yang lebih dalam. Sayapun menyarankan pada adik agar lebih hati-hati menggunakan uang. 

Nominal uang itu sedikit-sedikit tidak etrasa saat digunakan, namun tanggung jawabnya sangat besar. "Iya, Kak. Maaf ya, Kak. Aku jadi nyusahin semua orang," kata dia dengan menyesal. "Sudah terjadi, Dek. Buat pembelajaran saja," kata saya. 

Rejeki itu selalu datang tepat pada waktunya. Tibalah hari di mana kami hampir tak punya uang lagi padahal sudah dekat jatuh tempo. Ternyata hari tersebut bertepatan dengan hari pembagian bonus kerja yang alhamdulillah bisa menutup kekurangan, bahkan lebih. 

Seperti ada tangan lain yang menyelesaikan permasalahan kami. Tak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan, seperti harapan dan keajaiban. Itulah apa yang saya pikirkan saat itu.

Saya tidak bilang bahwa uang ini datang dari langit sehingga saya katakan ini adalah keajaiban. Namun saya ingat kata bapak, "Rejeki itu sudah ada jalannya sendiri. Memang harus diusahakan dan sebisa mungkin yang barokah."

Jangan Takut Kekurangan

Dalam hidup, uang itu penting. Saya akui itu. Lebih penting lagi, untuk tahu bagaimana menggunakannya. Jangan blank saat berhadapan dengan apa yang kita miliki. Manfaatkan sebaik mungkin.

Dan saya percaya hidup ini harus dinikmati, tapi juga menjadi waktu mencari bekal untuk akhirat nanti. Dulu saya takut miskin. Tentu saja, karena uang saya tak akan pernah cukup untuk memenuhi keinginan saya yang tak terbatas. 

Namun berbagi dengan sedekah dan hati yang ikhlas tak akan membuat saya miskin. Itu adalah tabungan saya untuk kehidupan di akhirat kelak. 

Sedekah itu menghapuskan kesalahan. Seperti air yang memadamkan api. 

HR. At Tirmidzi

(vem/gil)
What's On Fimela