Siapa yang salah apabila rumah tangga tak lagi bahagia dan perceraian menjadi pilihan terburuk yang diambil pasutri? Apakah semua adalah kesalahan suami? Atau justru kesalahan istri?
Untuk memiliki rumah tangga yang adem ayem (red: istilah Jawa), pasutri harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan harmonis. Apabila rumah tangga retak, tak bisa hanya disalahkan salah satunya saja. Pada dasarnya rumah tangga bak sebuah menara yang bisa berdiri karena ada kerja sama. Oleh karena itu, keduanya harus sama-sama tahu tanggung jawab masing-masing dan menjaga agar menara tersebut tetap berdiri tegak.
Sayangnya, kerap kali ada keretakan rumah tangga, prialah yang dituding sebagai penyebabnya. Padahal, kembali lagi, kedua pihak perlu mengoreksi diri atas keretakan rumah tangganya.
Seperti dikutip dari YourTango.com, para istri ternyata juga perlu mengoreksi dirinya. Umumnya, ada beberapa penyebab keretakan rumah tangga yang dipicu oleh ulah istri.
Sering ngomel
Tanpa disadari kesalahan kecil ini ternyata memicu keretakan rumah tangga. Pria sebagai makhluk yang doyan bertualang dan cinta kebebasan, lama-lama jenuh juga jika setiap hari disambut dengan omelan istri. Terutama di saat fisik sudah lelah usai bekerja seharian, tentunya ingin sekali disambut dengan kehangatan dan senyum istri yang melegakan. Sayangnya, tak semua wanita bisa mengerti kebutuhan pria yang satu ini. Yang ada malahan suara yang semakin meninggi saat membahas sesuatu. Tak heran apabila pertengkaran jadi lebih sering mengisi rumah tangga.
Lupa pernah jadi pacar
Saat masih menjadi pacar, wanita kerap memanjakan pasangannya. Entah sekedar membuatkan puding, memasak menu favorit, atau melakukan berbagai hal manis demi menyenangkan pasangan. Sayangnya, hal-hal seperti itu pudar seiring dengan kehadiran anak, kesibukan rumah tangga, dan lain sebagainya. Alhasil, pria jadi kurang perhatian, kurang dimanjakan, dan merasa hanya menjadi pria yang dituntut harus bisa bertanggung jawab atas keluarga.
Hal tersebut lambat laun menjadi beban bagi pria. Kejenuhan tak bisa ditolak lagi. Dan pria jadi mencari-cari cara lain untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
Mengabaikan pentingnya seks
Sekalipun telah memiliki anak, wanita tak boleh melupakan pentingnya seks. Seks sendiri merupakan salah satu kebutuhan pria yang perlu dicukupi (tak dipungkiri itu juga kebutuhan wanita).
Seks juga tak hanya melulu urusan ranjang saja. Memenuhi kebutuhan seks pria berawal dengan menjaga penampilan yang enak dilihat, sentuhan, pelukan, ciuman, hingga ke menu utama saat di ranjang. Apabila hal-hal tersebut selalu tercukupi, rumah tangga akan jauh lebih harmonis dan kuat.
Menjadi sosok pasif
Karena merasa diri sudah ibu-ibu, sudah tua, akhirnya wanita cenderung pasif di ranjang. Padahal, hal ini tak kalah pentingnya seperti menyiapkan makanan untuk keluarga dan membereskan pekerjaan rumah. Sekalipun sudah ibu-ibu, urusan ranjang wanita tetap harus bisa diandalkan. Tak harus menunggu suami yang berinisiatif, istri juga harus tahu kapan suami 'butuh dilayani' dan dibahagiakan.
Kehilangan passion
Hidup bukanlah hidup saat seseorang tak lagi punya gairah. Sekalipun telah menjadi istri, wanita tetap harus punya mimpi yang ingin diraih. Mungkin tak harus melulu dalam hal karier perkantoran. Wanita bisa menciptakan sendiri passionnya sekalipun ia adalah ibu rumah tangga.
Bagaimanapun, pria lebih senang melihat wanita yang punya passion dan selalu terlihat bahagia. Energi positif dari istri dapat membuat pasangannya juga berpikir dan bersikap positif. [initial]
BACA JUGA:
5 Kebiasaan Baru Single Parent
5 Kasus Perceraian Dengan Alasan Tak Masuk Akal
5 Artis Yang Pernah Mengalami Kekerasan Fisik Dalam Hubungan Asmara
Efek Selingkuh: Sakit Parah Dan Usia Lebih Pendek
(vem/bee)