Saat remaja, pernah tidak Anda berpikir ingin cepat-cepat lulus sekolah agar tak lagi terkekang dengan jam pelajaran, pe-er dan ujian? Saya masih ingat bahwa seorang guru menyuruh saya dan seisi kelas agar cepat-cepat lulus, karena sekolah itu adalah ‘penjara’.
Saat itu saya setuju dengan kata-katanya. Kalau kami lulus, mungkin kami tak harus pakai seragam lengkap sesuai ketentuan sekolah, bisa pakai jaket favorit kami, tidak perlu belajar setiap malam dan saat itu saya merasa yakin pelajaran kehidupan itu lebih penting daripada teori yang ada di sekolah.
Maka luluslah kami semua dari bangku SMA dan menjalani kehidupan kuliah. Bertemu dengan teman-teman baru, tanpa seragam, lebih bebas meski tetap ada aturannya. Namun dosen tak memperlakukan mahasiswa sebagaimana guru memperlakukan murid. Perbedaan ini menyenangkan, tapi juga cukup menyedihkan. Ya, kami bukan anak sekolah lagi. Kami harus belajar mengenai tanggung jawab pada diri sendiri.
Kuliah mungkin baru benar-benar terasa saat akan ujian dan skripsi. Biasanya bila orang merasa demikian, maka mereka akan sedikit kaget saat sudah menggunakan toga wisuda. “Rasanya baru kemarin daftar kuliah. Sekarang sudah lulus,” ini yang pernah saya dan kawan-kawan saya alami.
Selesai kuliah, mungkin kita tak akan langsung mencari kerja. Mungkin ingin menikmati masa bebas sebagai pengangguran. Ingin travelling, main-main, dan sebagainya. Namun kenikmatan sebagai pengangguran pun tak lama. Stres juga terus-terusan bergantung pada orang tua, sementara teman-teman udah mulai bekerja dan menikah.
Setelah lama mendamba pekerjaan, akhirnya dapat juga. Begitu excited dengan pekerjaan baru, penuh semangat hari demi hari. Melakukan sesuatu setiap hari, setidaknya lebih baik daripada menganggur tanpa arah dan tujuan. Dapat gaji pula, tidak sia-sia bukan?
Namun kebanggaan akan kerja tak terus-terusan berlangsung begitu saja. Suatu saat, jemu melanda, penat terasa dan lampu ide tak kunjung menyala. Kita bosan, terjebak rutinitas dan terkenang kisah lama. Ternyata, sekolah itu merupakan masa yang menyenangkan, ya?
Rupanya sekolah di masa lalu adalah untuk hari ini, duduk di bangku kerja ini. Berlangsung setiap hari, dengan pekerjaan yang tak sebanding dengan pe-er matematika yang mungkin dahulu kita benci. Mengenyam ilmu di masa lalu, adalah untuk menganyam kehidupan sebenarnya di masa kini. Kita pun sebenarnya tak pernah berhenti sekolah.
Hidup ini selalu berjuang dan belajar. Jangan membatasi diri hanya karena kita tak lagi duduk di bangku sekolah. Pelajaran sebenarnya menanti hingga akhir hayat ini. Namun kabar baiknya, Anda tidak sendiri. Teman-teman yang bersekolah dalam kehidupan ini sangat banyak. Bahkan tak jarang, kita semua saling belajar. Tua, muda, sarjana maupun orang desa.
Untuk Anda yang sedang bersekolah, nikmati dan hayati bangku sekolah Anda. Anda tak hanya akan merindukannya kelak, tapi juga mengamalkannya. Untuk Anda yang sudah melepas diri di liarnya kehidupan, mari sama-sama tak berhenti untuk mau belajar. Kita tak selamanya benar, karena itulah kita harus mau membuka hati untuk selalu belajar. Tularkan semangat ini pada sahabat dan saudara, turunkan spirit ini pada adik dan anak cucu kita.
Selamat mengarungi kehidupan yang tak pernah berhenti belajar. Orang yang selalu mau belajar, memiliki jiwa yang muda dalam dirinya.
(vem/gil)