Dia sempat bertanya-tanya mengapa dirinya selalu menjadi pihak yang tersakiti. Tapi setelah koreksi diri, ia temukan jawabannya.
Oleh Sanita Deselia
Sosok Yuni Shara (40) belakangan ramai dibicarakan. Kehidupan percintaan penyanyi bertubuh mungil ini selalu menarik perhatian publik. Padahal itu hanya sebagian sisi kehidupan pemilik nama asli Wahyu Setyaning Budi ini. Suatu sore, di studio GH Indonesia, dengan hangat Yuni bercerita tentang mimpi-mimpinya yang ia rajut setelah melakukan refleksi diri.
Cerdas Mengatur Waktu
Saat tiba sore menjelang maghrib di studio GH Indonesia untuk pemotretan cover, waktu Yuni tidak banyak. Selepas Isya ia harus menghadiri undangan menyanyi di salah satu institusi. Sementara siang harinya ia menjalani pemotretan untuk promosi sebuah produk kecantikan. Namun tak sedikitpun raut lelah nampak di wajahnya. Dengan rendah hati ia menampik jika dikatakan hari-harinya sibuk. “Saya justru bisa lebih santai dibanding ibu-ibu pekerja kantoran pada umumnya. Di pagi hari saya masih bisa mengurus anak-anak mandi, sarapan, sampai mereka pergi ke sekolah. Kalaupun ada undangan ke luar kota saya ambil flight siang jam sebelas,” tutur Yuni. Konsekuensinya di kota yang dituju aktivitas jadi padat. Begitu mendarat ia langsung makan siang, check sound, lalu manggung. Ngamen (begitu Yuni kerap menyebut aktivitasnya menyanyi di panggung) di Jakarta akan lebih mudah baginya karena ia memiliki band tetap sehingga urusan check sound tak perlu menyita waktu.
Selain menyanyi dan terlibat di berbagai aktivitas di dunia entertainment, mungkin tidak banyak yang tahu kalau Yuni menjalankan usaha restoran pancake dan bekerja ‘kantoran’ sebagai subkontraktor dan trader di bidang pertambangan batu bara. “Lelah fisik pasti saya alami, stres juga tidak bisa dihindari dengan banyaknya peran yang dijalani baik sebagai ibu, sebagai bapak, sebagai anak, sebagai kakak, dan sebagai pekerja. Tapi itu semua bagian yang harus dijalani,” kata Yuni. Sebab menurutnya dunia entertainment menuntutnya bersikap demikian. Apa pun yang ia rasakan, di panggung tetap harus tampil sempurna.
Meski padat aktivitas, waktu bersama anak-anak adalah bagian terpenting dalam hidup ibu dari Cavin Siahaan (10) dan Cello Siahaan (8) ini. Sebisa mungkin ia melakukan aktivitas seperti rekaman, ke salon, meeting, bahkan arisan saat anak-anak sekolah.
Kerja kerasnya semata demi masa depan anak-anaknya. “Dulu saya orang tak punya, boleh dong, saya punya mimpi anak-anak saya bisa sekolah di luar negeri. Saya juga ingin membangun rumah putih untuk anak-anak saya. Saya ingin mereka kalau kumpul-kumpul, ya di rumah saja,” tutur Yuni. Ia percaya saat rejeki datang tidak boleh ada yang digugurkan karena Tuhan telah memberi lebih.
Sahabat Anak-anak
Memanjakan anak adalah naluri alamiah seorang ibu. Begitu juga yang dialami Yuni. “Anak-anak sudah jadi bagian diri saya. Butuh bahasa kasih, seperti kehadiran saya, belaian saya, dan cerita saya. Mereka, sih, tidak banyak permintaan,” kata Yuni.
Untuk urusan membeli mainan anak-anak harus tahu uang didapat setelah bekerja dulu. Tapi sebagai ibu, Yuni juga ingin memanjakan. “Uang hasil saya kerja toh juga buat anak-anak, tapi sisi kebapakan saya bilang kalau tidak semua hal harus dibelikan. Ya perang batin selalu ada,” tutur Yuni yang terkadang memilih jalan tengah untuk membiarkan anak memilih mainan yang terjangkau harganya.
Meski demikian untuk menghindari pertengkaran karena saling berebut mainan atau barang akhirnya Yuni memilih untuk menyediakan dua barang sekaligus untuk masing-masing. “Televisi dua, satu nonton kartun satu untuk games, komputer juga dua. Di rumah sudah seperti warnet kalau teman-temannya berkumpul,” kata Yuni sambil tertawa. Ia tidak terlalu membatasi putranya untuk bermain. Yuni menyadari, jadwal sekolah anak-anak sampai jam tiga sore, belum lagi ada les tambahan. Yuni menilai mereka perlu refreshing.
Yuni selalu menyediakan waktu untuk bertukar cerita bersama kedua anaknya. Salah satu cerita yang disukai anak-anak, adalah masa kecil Yuni. Bagaimana ia dulu seusia mereka, ke sekolah jalan kaki, dan sebagainya. Anak-anak pun terbuka untuk bercerita tentang aktivitas dan perasaan mereka. Yuni menghargai kepercayaan mereka, jika mereka bilang cerita itu rahasia, Yuni menjaganya. Yuni selalu berusaha menjadi teman baik untuk Cavin dan Cello.
Setelah Putus Cinta
Berbicara tentang Yuni, sulit rasanya jika tidak menyebut nama Raffi Ahmad (26), presenter yang juga pernah menjadi bagian hari-hari Yuni selama 4 tahun terakhir. Berakhirnya kisah-kasih mereka menjadi santapan empuk infotainment di berbagai stasiun televisi. Menyikapi hal tersebut Yuni memilih untuk menyendiri dan berdiam diri. Yuni mengatakan saat ini dalam fase menata hati dan menata diri. Ia memilih tidak bertemu banyak orang, dan banyak berdiam diri. Ia keluar rumah kalau ada pekerjaan saja. Yuni tidak mau bertemu orang, karena tidak mau melibatkan orang lain dan juga memilih untuk tidak mendengar hal yang hanya membuatnya stres.
Menurut Yuni seringkali dalam banyak hal, bukan urusan pacaran, orang-orang selalu merasa lebih tahu dari yang mengalami sendiri. Padahal ia memutuskan untuk berpisah dengan Raffi setelah mempertimbangkan banyak hal dan memohon petunjuk Yang Mahakuasa. Restu ibu juga menjadi pertimbangan utama. Yuni tidak mau melanggar restu dari ibunya, untuk menghindari kegagalan.
Yuni mengatakan, akan lebih banyak melakukan koreksi diri. Sempat terlintas pertanyaan di benaknya, mengapa dirinya selalu tersakiti oleh laki-laki di sampingnya. “Tetapi akhirnya saya berpikir mungkin saya salah memperlakukan mereka, mungkin terlalu memanjakan atau mungkin hal kecil hampir tidak pernah menelepon bisa jadi penyebab. Hal-hal seperti itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain,” tutur Yuni.
Tentang Raffi, tidak bisa dipungkiri perbedaan usia menjadi kerikil. “Sedari awal sebenarnya saya cenderung realistis. Saya sudah menawarkan lebih baik dia mencari pasangan yang sebaya. Tapi dia mempertahankan saya. Saya bersyukur dicintai. Tapi memang ada yang mencintai dengan cara yang kurang tepat sehingga membuat pasangan jadi tidak nyaman,” ungkap Yuni.
Meski demikian ia tidak menyesali apa yang telah terjadi. “Memang sempat terpikir juga, aduh saya buang waktu ya. Aduh, saya bodoh sekali ya, sampai tidak tahu. Tapi itu memang fase yang harus saya lewati. Saya tahu ketika saatnya memang saya harus tahu. Kalau dulu tidak tahu itulah yang harus dikoreksi mengapa bisa begitu,” kata Yuni tanpa emosi.
Kedekatan Raffi dnegan anak-anak tidak membuat perubahan berarti pasca berakhirnya kisah mereka. “Setiap laki-laki yang mau mendekati janda dengan anak. Secara otomatis dia akan mendekati anak-anaknya dulu. Raffi dekat dengan anak-anak saya berterimakasih. Anak saya hangat bisa dekat dengan siapa saja. Tapi, tidak ada Raffi pun anak-anak tetap berjalan seperti biasa, tetap asyik dengan games-nya. Tidak ada yang terganggu,” cerita Yuni dengan pasti.
Saat sendiri kini Yuni memilih menghabiskan waktu untuk membaca buku tentang motivasi atau santapan batin seperti The Secret, Magic, dan 366 Essay. Menyendiri, menjauh dari orang banyak membantunya melihat lebih jernaih sosok yang selama ini lebih dekat. “Mungkin karena selama ini sama-sama terus, selalu di samping saya, jadi tidak terlihat jelas, ketika menjauh baru saya bisa melihat apa yang sebelumnya tidak nampak,” kata Yuni.
Source : Good HouseKeeping, Edisi Januari 2013, halaman 44.
(vem/GH/dyn)