Cinta tak harus saling memiliki, itulah pepatah kuno yang sering disebut ketika kisah cinta harus berakhir dengan sebuah perpisahan. Mengapa cinta tidak harus saling memiliki? Bukankah definisi cinta adalah saling menjaga dan memiliki? Namun, jika keadaan yang mengharuskan terjadi perpisahan, kemana cinta itu pergi? Jawabannya mudah sekali. Ketika kita mencintai kekasih kita, bukankah kita menginginkan dia bahagia? Jika perpisahanlah yang mampu membuat dia bahagia, perpisahanlah yang kita beri sebagai tanda bahwa kita mencintai dia dengan setulus hati. Patah hati pun kita lewati demi orang yang kita cinta. Jika Anda mengalaminya dan berserah, itulah definisi lain cinta sejati.
(vem/dyn)What's On Fimela
powered by
Terima Kasih, Rian
Rian, aku bersyukur pada Allah atas kebersamaan kita. Meski hubungan kita telah berakhir, aku telah banyak belajar dan sekarang ini aku jauh lebih bijaksana dan mendekatkan diri pada Allah. Aku jugamenggunakan apa yang telah aku pelajari dari hubungan kita di banyak relasiku saat ini.
Rian, aku bersyukur pada Allah atas segala sesuatu yang pernah aku lakukan untuk mempertahankan hubunganku denganmu, karena itu berarti aku memang telah mencoba dan ternyata usahaku memang sia-sia.
Rian, aku berterima kasih atas seluruh perhatian yang telah kau berikan padaku. Kebahagiaan yang pernah aku terima darimu tidak akan pernah aku lupakan. Rian, aku berterima kasih padamu atas seluruh waktu yang kau berikan padaku untuk selali menjaga hubungan kita. Maaf, jika selama ini aku terlalu cuek padamu.
Rian, aku bersyukur pada Allah atas saat-saat berharga yang aku miliki bersamamu saat kita berpacaran. Aku akhirnya dapat melihat bahwa hubungan kita memang diselimuti oleh cintamu yang semu. Aku bersyukur pada Allah atas dukunganmu ketika aku mengalami masa duka dan kehilangan yang sulit. Aku bersyukur pada Allah atas saat-saat ketika aku sakit, kamu melakukan yang terbaik untuk menasehati aku untuk rutin minum obat sampai habis dan makan yang teratur.
ARian, aku bersyukur pada Allah atas saat-saat hebat yang pernah kita miliki, dan kita memiliki banyak saat seperti itu. Aku berterima kasih padamu atas sakit hati yang telah beulang kali kau berikan padaku. Akhirnya kau menyadari bahwa kau bukanlah pria yang baik untukku dan Allah telah menyiapkan pria yang lebih baik darimu. Kini, perasaanku padamu telah menghilang sama sekali.
Rian, aku bersyukur pada Allah karena aku tidak akan pernah menikah denganmu. Kalaupun itu harus terjadi, pernikahan kita tidak akan menjadi baik, keluarga kita akan berantakan dan pada akhirnya kita akan bercerai.
Aku berharap kamu tidak marah padaku, jika kau menerima surat ini. Dan, sampaikan salamku untuk istrimu. Aku bahagia untuk kalian berdua.
Salam dari mantan kekasihmu,
Ninis[endpuisi]
Pergilah Gapai Bahagiamu
Aku mengatakan 'pergilah' ketika yang ku inginkan hanyalah kebahagiaanmu tanpa diriku. Aku mengatakan 'jangan menghubungiki kembali' ketika yang ku tahu aku tidak akan sanggup menahan semua beban di hati ini. Pergilah kasih, tak ada yang perlu kau gali di hatiku kini. Cintaku telah ku simpan rapat-rapat. Pergilah.
[startpuisi]
9 tahun yang lalu aku bertemu denganmu, dimataku kamu adalah tipe pria yang sangat-sangat tidak ku sukai, dengan rambut yang panjang dan gaya berpakaian urakan..huufftt...membuat mataku sakit jika melihat penampilanmu. Yaahhh walaupun begitu, kamu tetap seniorku, aku harus tetap menghormatimu. Apalagi pada saat itu aku lagi tertarik dengan temanmu...Yah setidaknya kau tidak terlalu jadi perhatianku.
Aku tidak tau entah bagaimana awalnya kita menjadi akrab. Yang aku ingat kamulah orang memberiku semangat dan arahan ketika ku gagal masuk perguruan tinggi negeri bahkan ketika aku patah hati karena di tolak cinta oleh temanmu itu. Masih jelas di ingatanku, ketika kita bertemu di toko buku, aku cerita kalau aku gagal lulus ujian SPMB. Lalu kamu menasehatiku dengan suara yang agak keras, membuat pengunjung sesekali melihat ke arah kita. Hahaha. Juga masih kental diingatan ku ketika aku lagi bingung dengan perasaanku terhadap temanmu itu. Kamu mengajarkanku tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap terhadap laki-laki yang disukainya.
Sampai sekarang aku tidak akan pernah lupa hal itu. Kamu masuk dlam hidupku. Memberi warna berbeda dalam hidupku, aku menikmati saat-saat bersamamu, kamu mengajarkanku sisi berbeda kehidupan yang selama ini tidak ku ketahui. Apalagi ketika kamu bersedia membantu sekolah minggu dalam hal musik. Setiap pertemuan denganmu adalah hal yang kunanti selalu.
Kita bercanda, tertawa, bertengkar, bekerjasama. Dalam benakku masih terbayang saat-saat bersamamu dulu. Hingga pada saatnya aku merasa ada perasaan yang lain terhadapmu. Ada rasa rindu yang kurasakan ketika kamu tidak hadir dihadapanku, ku coba untuk menyembunyikan rasa ini karna ku tau kau menyukai perempuan lain.
Tetapi yang membuatku bertanya-tanya, kenapa kamu tidak juga mengungkapkan perasaanmu terhadap perempuan itu? Kenapa kamu justru lebih dekat denganku, yang pada akhirnya membuatku semakin bingung dan berfikiran mungkin kamu sudah melupakan rasa cintamu terhadap perempuan itu dan mulai menaruh hati padaku.
Hampir tiap malam kamu menghubungiku melalui handphone... Membuatku semakin yakin kalau kau juga mempunyai rasa yang sama terhadapku. Pernah kucoba untuk memberitahumu tentang perasaanku padamu, tetapi rasa takut selalu saja menghambatku. Aku takut kalo nantinya akan kecewa lagi. Ku coba memberitahumu melalui sikapku, entahlah engkau menyadarinya apa tidak.
Saat yang paling menyedihkan adalah ketika kamu mengatakan bahwa kamu akan pindah keluar kota untuk menyelesaikan studimu...kamu tau, saat itu aku merasa duniaku runtuh dan separuh jiwaku terbang dan menguap...kucoba untuk tidak menangis ketika kau menyampaikan berita itu, berita yang sama sekali tidak ingin pernah ku dengar. Pada pertemuan kita terakhir sengaja aku membuat kita bertengkar. Aku tidak ingin terlalu sedih pada saat kau pergi nanti, kamu berusaha menelponku setelah kita bertengkar, tetapi tidak pernah ku jawab. Maafkan aku, maafkan atas keegoisanku. Aku hanya tidak ingin terlalu lemah pada saat kau pergi nanti, aku hanya ingin teman-teman yang lain melihat kesedihanku dan hanya ingin membuktikan pada dunia bahwa aku adalah perempuan yang tegar dan tidak cengeng.
Maafkan aku.
Tetapi, mungkin memang aku perempuan yang cengeng karena setelah kamu pergi, hampir tiap malam aku menangisi kepergianmu, jika tidak ada orang disekelilingku air mataku jatuh karena merindukanmu. Butuh waktu untuk merelakan hatiku atas kepergianmu.
Bahkan ketika kamu telah disana, kamu berusaha menelfonku, tapi tidak pernah ku jawab...Maafkan aku...Aku terlalu mencintaimu...Aku takut dengan perasaanku sendiri.
Lambat laun, rasa rinduku berhasil membujukku untuk menghubungimu. Aku ingin selalu menemanimu saat kamu mencari pekerjaan. Rasa senang hadir ketika aku bisa mendengar suaramu lagi. Walaupun tidak bertemu, mendengar suaramu saja sudah mengobati sebagian rinduku padamu. Kita saling berkomunikasi lagi...kau sering menghubungiku...membuatku semakin yakin atas perasaanku. Aku selalu memberikanmu S̈emangat saat kamu mencari pekerjaan. Kamu tau, setiap kata yang kamu ucapkan padaku, masih tersusun rapi di hatiku. Kamu pernah berkata suatu hari nanti akan menjemputku, aku tidak tau apakah kamu serius dengan perkataanmu...yang pasti setelah itu aku selalu menantikan hari itu akan segera terjadi.
Setelah kamu mendapat pekerjaan...rasa cemburu hadir di pikiranku...aku takut di dalam pekerjaan nanti, kamu pasti bertemu dengan perempuan lain yang akan membuatmu tertarik padanya...aku takut merasakan sakit jika suatu saat nanti kamu akan mengatakan jatuh hati terhadap perempuan lain. Maafkan aku...maafkan atas pikiranku yang kekanakan...
Atas dasar itulah aku menghubungimu dan mengatakan agar kamu tidak usah lagi menghubungiku...aku tau pada saat itu kamu bingung atas permintaanku itu...karena alasan lain yang kukatakan tdak bisa kmu terima. Maafkan aku atas keegoisanku...aku terlau mencintaimu...aku tak sanggup jika mendengarmu bersama perempuan lain...
Dan sampai saat ini....meskipun kita tidak saling komunikasi lagi, perasaanku masih perasaan yang sama seperti waktu dulu. Rasa yang tersimpan rapi dalam hatiku. Meskipun telah kucoba untuk mencintai pria yang lain...tetapi tetap tak bisa menggantikanmu dihatiku. Walaupun kudengar disana kau telah mempunyai perempuan lain..hatiku selalu berharap kau akan kembali kekota ini untuk menjemputku...maafkan aku..maafkan atas rasa kekanakanku...maaf atas sifat egoisku...aku terlalu mencintaimu...aku hanya tidak tau harus bagaimana mengendalikan perasaanku....
Rasa ini akan selalu kusimpan rapi...karna kaulah cinta sejatiku yang tidak bisa kumiliki...cinta sejatiku yang tak pernah bisa kuungkapkan dengan semestinya...maafkan aku.!!!
Junz Uta
[endpuisi]
Cinta Yang Salah
Ijinkan aku memanggilmu akang.
15 tahun yang lalu kita mengambil keputusan yang menjadikan hari ini menjadi diri kita yang berbeda. Dirimu dengan jalanmu dan aku dengan pilihanku. 1998, saat dirimu menginginkan hubungan kita berakhir, sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku, aku tetap menginginkanmy. Tapi entah kenapa tidak ada terbersit keberaniat disana, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutku. Tidak ada keberanian dari diriki untuk bisa berkata jujur padamu bahwa aku tetap ingin menjadi kekasihmu. dan jika Allah injinkan, aku ingin menjadi seseorang yang halal bagimu, kelak jika saat itu tiba.
15 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk melupakanmu, kang. Jika diibaratkan itu adlah sebuah benteng, maka dibutuhkan waktu yang cukup lamauntuk aku membangunnya. Setahap demi setahap, sedikit demi sedikit aku menguatkan hatiku untuk bisa melupakanmu, mengobati luka hatiku kehilanganmu. Ingatkah kang, saat menjelang hari pernikahanku Juli 1999 lalu, akan menelpon dari Semarang, tempat akan menimba ilmu. Akan memberiku ucapan selamat menempuh hidup baru. Mataku nanar menahan tangis dan berusaha agar suaraku tidak bergetar menahan luapan emosi yang aku sendiri tidak tahu entah harus diberi judul apa. Akan juga ingat, di bulan Maret 2010 lalu, akang mengirimi aku pesan di Facebook dan bertanya mengapa setiap kali kita bertemu aku seolah tidak mengenalmu. Akang merasa akang adalah orang asing. Saat itu aku kembali tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya berusaha menceritakan semuanya baik-baiksaja.
Reuni 2012 kembali mempertemukan kita. Banyak cerita yang kita bagi setelah itu. Komunikasi yang sempat terputus akhirnya terjalin kembali. Komunikasi indah yang kita bingkai dalam bentuk silaturahmi. Meski lebih sering lewat SMS dan telpon, sesekali kita merencanakan secara sembunyi-sembunyi. Benteng pertahananku runtuh, kang. Ternyata tak sekokoh yang aku kira. Tidak pernah ada kata jadian, tidak pernah terucap kata cinta, tapi kita saling mengerti bahwa kita saling menyayangi. Sampai akhirnya kita berdua sama-sama tersadar bahwa ini tidak mungkin. Kita sudah tidak bersama sejak 15 tahun yang lalu karena kita berdua sama-sama berkeluarga. Akan bukan untuk aku tunggu, dan aku pun begitu. Akang, aku katakan jika suatu hari nanti akang pergi dan kembali menghilang dari hidupku, jangan pernah akang memberiku alasan untuk menjelaskan. Karena cukup buatku untuk bisa mengerti. Meskipun sakit tentunya karena harus kembali kehilangan dirimu. Maaf, itu kata yang terucap dari bibirmu karena dirimu tidak bisa menjanjikan apapun untukku.
Dan hari itupun tiba. Sepertinya firasatku terbukti. Dirimu telah pegi lagi. Lewat surat ini aku katakan aku tidak menyesal mengenalmu, tidak pernah sedikitpun. Aku menyayangimu dengan caraku sendiri. Aku tidak pernah berniat menjadi beban untukmu, sama sekali tidak menginginkan menjadi duri dalam rumah tanggamu. Cukup buatku kemarin kita berbuat salah.
Jika kemarin selama 5 bulan kita dekat adalah suatu kesalahan, itu salah kita berdua. Seharusnya aku bisa tegas dan bersikap biasa-biasa saja. Hatiku memang tidak seluas samudera, meskipun sakit dan menangis, tapi aku belajar untuk bisa memaafkan. Pergilah kang. Terbayar dan terjawab sudah penantianku ini. Mencari tanpa pernah tahu apa yang harus aku temukan. Manusia dengan semua mimpinya, ada yang terdiam dan ada yang berlari mengejar.
Aku menyayangimu dalam diamku. Semoga akang bahagia dengan keluarga. Manusia dengan semua rencana indahnya ya, kang. Tapi Tuhan punya rencana yang lebih indah untuk kita berdua.
Salam
Rini[endpuisi]
Mencintai Dalam Diamku
Hi . .! tanpa aku menyebut nama, aku yakin kamu akan tahu siapa aku. Sembilan tahun yang lalu kamu yang menulis surat cinta untuk gadis yang usianya masih 10 tahun . Kalau ditanya kamu sekarang dimana, aku tahu, DIHATIKU.
Seharusnya kamu tahu maksud surat ini, tapi tidak cukup dengan tahu. Aku ingin kamu mengerti, Aku menyukaimu, mencintaimu, menyayangimu tanpa tahu awalnya bermula dimana dan kapan. Yang aku tahu sejak semua itu datang hingga saat ini semua itu belum berakhir. Aku mungkin terlalu kurang ajar, mengingat tiga tahun lalu aku yang tidak mampu bertahan. Aku tidak menyesal, karena banyak hal lain yang aku dapat setelah itu. Aku tidak menyebutnya ini cinta sederhana, justru ini luar biasa. Aku mencintaimu dalam diamku menahan segala kerinduanku. Aku lebih mencintaimu meski saat itu kau tidak denganku. Melihatmu tersenyum, cintaku tersenyum pula. Sekedip mata aku melihatmu itu sudah menjadi obat rindu.
Cinta mengajariku bijaksana bijaksana dan rindu mengajariku kesabaran. Aku tidak mengharap atau memintamu kembali. Karena cinta itu takdir. Jika takdir itu kamu, aku yakin tuhan sudah merencanakan waktu dan tempat yang indah untuk kita bertemu lagi. Tapi jika tidak, berarti tuhan hanya menitipkan cinta indah ini pada kira dan menjanjikan yang lebih nantinya.
From your past
Kodok [endpuisi]
Kemana Kau Pergi, Kasih?
[startpuisi]Dear Akbar,
Aku merindukanmu. Akhir-akhir ini kau sangat berubah, mulai sibuk dengan urusanmu. Mungkin aku sekarang terabaikan. Aku tahu kau mulai bosan dengan hubungan jarak jauh ini. Tanggal 14 februari ini aku akan pergi ke Surabaya, maaf, aku tak bisa berkunjung ke Jakarta. Aku cuma mempunyai waktu 2 hari saja. Ingin rasanya kau juga kesana, tapi entah kenapa kau selalu mengelak dan tak ingin menemuiku.
Tidak adakah keinginan untuk bertemu denganku?
Setiap hari aku menunggu telpon dari kamu tapi sekarang kamu mulai jarang menelponku. Aku rindu perbincangan kita sampai fajar menyapa. Sekarang, kau mulai enggan. Kita tidak seperti yang dulu lagi. Kau juga sudah jarang mengucapkan Aku Sayang Kamu kepadaku. Kau seperti orang asing. Entah apa yang harus kulakukan.
Aku hanya berharap kepada Tuhan walau kita jaug tapi hati kita selalu dekat. Tak pernah luput aku rapalkan doa dan menyebut namamu. Aku hanya bisa berdoa ketika jarak mengjalangi hubungan kita. Aku mengerti, sayang, aku paham dengan kesibukanmu sekarang. Tapi adakah sedikti waktu untukku?
Maaf sayang, aku mulai lancang menyebutkan namamu di dalam surat ini. Ini agar kau tahu isi hatiku. Aku tidak berani untuk mengucapkannya langsung. Aku memang pecundang yang selalu menutupi rasa batinku sendiri. Aku tidak pernah ingin mengecewakanmu. Maaf sayang, aku bersalah padamu. Semoga setelah kau membaca ini, kau akan mengerti dan memberi jawaban padaku.
Nerra[endpuisi]