Kenangan Cinta Yang Tak Tersisa

Fimela diperbarui 30 Jan 2013, 19:00 WIB

Seorang gadis remaja mengalami tumor otak di kepalanya. Nyawanya diperkirakan hanya beberapa bulan lagi, kecuali ia menjalankan sebuah operasi untuk mengangkat tumor ganas itu. Sang gadis ragu menjalankan operasi, karena ia mendapatkan penjelasan dari dokter bahwa ia akan kehilangan ingatan selama-lamanya.

Ia menyukai seorang sahabatnya dan ia tak ingin kehilangan perasaan dan ingatan tentang sahabat prianya itu. Hingga akhirnya gadis ini pun menceritakan kondisinya kepada sang sahabat ketika sahabat prianya itu menemaninya ke dokter. . Mendengar penjelasan gadis tersebut, pemuda itu berkata bahwa ia akan bicara pada dokter untuk merencanakan operasi.

Sang gadis menarik tangan pemuda itu dan berkata, "Aku tidak ingin melakukan operasi."

Pemuda itu menatapnya dengan sedikit terkejut, "Jangan bercanda, kau bisa mati!"

Sang gadis menggeleng, "Itu lebih baik daripada aku kehilangan semua kenangan tentang kebersamaan kita," ujarnya terisak. Matanya basah dan berkaca-kaca.

Pria itu mencengkeram kedua lengan sang gadis, "Kau tak mengerti. Aku tak bisa kehilanganmu... Aku mencintaimu."

Gadis itu sejenak menatapnya heran, "Kau.. mencintaiku? Kenapa kau tak pernah mengatakannya?"

"Aku takut kau tak merasakan hal yang sama dan akan membenciku," ujarnya sambil menunduk. Sang gadis mengambil tangan sahabatnya itu dan mengangkat wajah sang sahabat, "Tapi aku merasakan hal yang sama. Aku mencintaimu."

"Kalau begitu tolong lakukan operasi ini. Sekalipun kau akan kehilangan ingatanmu," ujar sang pria.

"Tidak bisa.. aku tidak ingin ketika aku bangun, aku tak tahu siapa dirimu. Lebih baik aku mati daripada melupakanmu,"

Sang pria menggenggam tangan gadis itu dan berkata, "Aku akan selalu berada di sampingmu."

Begitulah sang pria meyakinkan sang wanita hingga tiba hari di mana sang gadis melakukan operasi. Sang pria menyerahkan sebuah cincin untuk disimpan oleh gadis itu. "Bawalah ini bersamamu, agar kau tahu bahwa aku selalu di sisimu."

"Kau tak akan pergi ke mana-mana kan?" tanya sang gadis.

Pria itu mengangguk, "Aku akan menunggu di luar. Bertahanlah."

Sang gadis pun dibawa masuk ke dalam ruangan operasi. Selama berjam-jam sang pria menunggu di luar ruangan sambil terus berdoa dan berharap. Usai operasi, ia pun sabar menunggu di sampingnya. Setelah beberapa hari, sang gadis pun membuka kedua matanya.

"Kau sudah bangun? Syukurlah akhirnya kau membuka matamu," ujar sang pria.

Sang gadis menatapnya dengan heran, "Siapa kau? Di mana dokter?"

Mendengar pertanyaan itu, sang pria terhenyak, "Jadi kau tak mengingat apa-apa? Bahkan kau tak mengingat aku?"

"Tidak," jawabnya. "Tolong jangan membuatku bingung, keluarlah. Di mana dokter? Dokteer.." seru gadis itu.

"Tapi bagaimana dengan perasaanmu padaku dan janji kita? Kita saling mencintai, tidakkah kau ingat hal itu?" sang pemuda tetap bersikukuh. Namun gadis itu makin panik dan mengusirnya keluar. Ia berteriak memanggil perawat dan dokter. Pemuda itu pun dengan terpaksa harus meninggalkan rumah sakit.

Ia tak lagi bisa menyentuh gadis yang sangat dicintainya itu. Dengan alasan demi kebaikan sang gadis, pemuda itu dilarang baik-baik oleh orang tua gadis tersebut untuk menemuinya. Setelah beberapa bulan dan kembali masuk kuliah pun, ia hanya bisa melihat gadis itu dari kejauhan.

Bahkan suatu hari, ia melihatnya berjalan dengan pria lain. Hati pemuda itu hancur berkeping-keping. Sejak saat itu, ia tak lagi berharap akan bertemu dengan sang gadis. Ia setengah mati menghindar agar tak perlu melihat pemandangan yang menyesakkan. Karena semestinya dirinyalah yang saat ini ada di sisi gadis itu.

Suatu hari, tanpa sengaja pemuda itu melihatnya di perpustakaan. Pemuda itu langsung meringkas buku-bukunya dan hendak pindah ke bilik baca yang lebih sepi. Namun pandangannya tertuju pada sesuatu yang dikalungkan di leher gadis itu. Dilihatnya sebuah cincin melingkar di rantai kalung yang digunakan oleh gadis tersebut.

Sang pria terduduk dan merenung. Ia ingat momen di saat ia memberikan cincin itu pada pada sang gadis. Ia memberikan cincin tersebut agar si gadis teguh menjalani operasi sehingga ia akan terselamatkan dari tumor ganas tersebut. Andai ia tak memaksanya dan memberikan cincin itu, mungkin mereka akan saling mencintai, namun sang gadis akan meninggal dan lenyap selama-lamanya dari pandangannya.

Sang pria menghela nafas. Senyum melingkar di bibirnya. Biarlah cinta ini menguap. Setidaknya mereka pernah saling mengutarakan isi hati dan dengan itu, sang gadis berani menjalani operasi untuk menyelamatkan hidupnya sendiri.

Begitulah kenangan cinta itu tak membekas lagi di benak sang wanita. Namun masih tersimpan dalam kotak hati sang pria, dan mungkin akan dikubur dalam-dalam. Ia merelakan sebuah kisah cinta yang pernah ia impikan, harus berakhir selama-lamanya. 

(vem/gil)
What's On Fimela