Kisah Ironi Wanita Yang Kecanduan Operasi Plastik

Fimela diperbarui 20 Jan 2013, 11:04 WIB

Tidak sedikit orang rela mengubah penampilannya lewat operasi plastik. Namun juga tak sedikit yang akhirnya justru ketagihan mengubah dirinya lagi dan lagi. Berhasil atau tidak, operasi plastik akan membekukan rasa cinta seseorang pada dirinya yang sesungguhnya. Rasa tidak puas menjalari dan berujung pada penyesalan ketika mereka tak bisa memutar waktu untuk mengembalikan wajah pada kecantikan alami mereka.

Jenny adalah salah seorang wanita yang ketagihan melakukan operasi plastik. Ia baru berusia 28 tahun namun sudah menjalani sekitar 26 kali operasi plastik. Semua berawal ketika mantan suaminya mengatakan bahwa dia memiliki hidung yang terlalu besar, payudara yang terlalu kecil, sehingga Jenny memutuskan untuk melakukan perubahan pada payudaranya.

Mungkin hubungannya dengan suaminya membaik, namun hubungannya dengan diri sendiri justru memburuk. Bahkan ketika Jenny akhirnya bercerai dengan suaminya, Jenny mulai terobsesi dengan operasi plastik. Di usia 25 tahun, ia mengangkat alisnya, melakukan botox, implan pipi, perubahan hidung, implan bibir, perubahan payudara, tiga kali pengencangan payudara dan sedot lemak pada bagian lengan, perut, pinggul, paha dan lutut. Biaya yang dihabiskan Jenny sekitar $ 80.000 atau sekitar Rp 800 juta.

Namun operasi plastik yang menelan biaya fantastis itu tidak bisa menghentikan pikiran Jenny mengenai ketidaksempurnaan di wajahnya. Ia masih mengeluhkan stretchmarks yang muncul setelah kehamilan. Jenny juga mengeluhkan hidung dan keriput di sekitar matanya.

Adik perempuan Jenny cukup terpengaruh dengan perangai kakaknya. Ia merasa Jenny pun tak akan menghargai Lauren dengan penampilan yang apa adanya. Lauren, adik perempuan Jenny, mengatakan bahwa ia juga mulai cemas dengan dirinya sendiri. Paakah penampilannya cukup baik atau tidak. Namun selain itu ia juga terganggu dengan penampilan Jenny, apalagi bila mereka berjalan bersama,

"Dia nampak palsu bagai plastik. Saat kami berjalan bersama, sangat kelihatan bedanya. Rasanya seperti sirkus. Dia seharusnya lebih cantik sebelum melakukan operasi plastik. Sangat menyakitkan menyadari bahwa kakaku berubah drastis dan kami tak lagi mirip," ujar Lauren.

Jenny benar-benar tak bisa menghentikan kecanduannya. Ia bahkan menginginkan hidung Michael Jackson meski dokter sudah memperingatkan bahwa itu akan membahayakan dirinya. Jenny mengatakan bahwa ia akan nekat apapun resikonya.

Manusia memang tidak sempurna, namun bagaimanapun kembali pada pilihan kita masing-masing apabila memang ingin mengubah diri demi suatu tujuan. Kisah ini mengingatkan kita pada operasi plastik Miss Korea dan sederet wanita berwajah boneka seperti Valeria Lukyanova. Kecantikan sesungguhnya adalah bagaimana kita mampu melihat diri kita sendiri serta menerimanya. Ingin memeliharanya atau langsung mengubahnya, semua kembali kepada diri masing-masing. Yang jelas, selalu sadari bahwa tak ada kecantikan yang sempurna.

 

(vem/gil)