3 Jenis Hormon yang Muncul Saat Jatuh Cinta, Kamu Dipenuhi Bahagia

Febi Anindya Kirana diperbarui 31 Jan 2023, 19:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Jatuh cinta merupakan fenomena alami yang berhubungan erat dengan pelepasan hormon di tubuh. Ketika jatuh cinta, otak manusia mengalami banyak aktivitas yang mengagumkan, salah satunya adalah melepaskan banyak hormon bahagia seperti oksitosin, dopamin dan serotonin. Lalu apa saja peran, fungsi dan kaitannya ketiga hormon itu saat jatuh cinta? Ternyata seperti ini.

2 dari 4 halaman

1. Hormon oksitosin

Ilustrasi/copyrightshutterstock/interstid

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa pasangan pada tahap pertama keterikatan cinta memiliki tingkat oksitosin yang jauh lebih tinggi daripada teman-temannya yang lajang. Oksitosin diproduksi oleh hipotalamus, daerah kecil di dasar otak yang disekresikan oleh kelenjar pituitari terdekat. Ketika pasangan yang jatuh cinta memiliki kadar oksitosin tinggi di dalam tubuh, secara alami akan tumbuh perasaan memercayai, empati, menyayangi, kesetiaan, komunikasi positif dan menatap dengan penuh cinta.

3 dari 4 halaman

2. Hormon dopamin

Ilustrasi perempuan cantik/copyrightshutterstock/paulaphoto

Oksitosin, dopamin, dan serotonin sering disebut sebagai "hormon bahagia". Seseorang dengan dopamin yang mendominasi memiliki hasrat dan ketahanan cinta yang rendah dan umumnya dimiliki oleh orang yang sedang kasmaran di awal jatuh cinta atau pendekatan. Meskipun hormon dopamin cenderung cepat memudar, namun mampu memberikan luapan rasa gembira atau bahagia di hati. Saat tertarik pada seseorang, otak akan melepaskan dopamin, kadar serotonin meningkat, dan oksitosin diproduksi. Ini menyebabkan dirimu merasakan gelombang emosi positif.

4 dari 4 halaman

3. Hormon serotonin

ilustrasi hubungan cinta/Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Orang yang jatuh cinta atau menjalani hubungan cinta cukup lama umumnya memiliki hormon serotonin yang tinggi dibandingkan dopamin. Jika dominasi hormon serotonin ada di awal hubungan cinta, dopamin ada saat cinta itu dijalani cukup lama. Hromon ini lebih tahan lama dan tangguh dalam hubungan percintaan. Jenis orang yang menjalani cinta kuat dengan pasangannya akan menggunakan rasa sakit untuk membangun hubungan lebih kuat dan mendalam sehingga timbul rasa percaya dan komitmen lebih baik.

Secara positif, ketiga hormon tersebut mampu memberikan efek positif pada orang yang jatuh cinta seperti menimbulkan relaksasi, menurunkan tingkat stres, meningkatkan stabilitas psikologis dan rasa percaya yang kuat. Fakta menarik ini tentu membuat setiap orang ingin selalu jatuh cinta bukan?

#Breaking Boundaries