Anak-anak dan kepolosannya. Hal itulah satu dari beberapa alasan lainnya yang membuat Yulia Absari, atau yang akrab dipanggil dengan Ijul Baso. Ia jatuh cinta dan membaktikan waktu dan tenaganya untuk para malaikat kecil ini. Kata membaktikan sepertinya tidak terdengar berlebihan, karena untuk membantu anak-anak terutama dalam bidang pendidikan ini, Ijul rela untuk melepaskan pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta.
Kecintaan Ijul akan anak-anak dimulai dari sebuah acara sosial yang ia ikuti sejak 4 tahun yang lalu. "Saya merasa berbagi adalah sebuah keharusan. Bentuk bantuan berupa donasi menurut saya tidak cukup, saya harus terjun langsung." Dan ketika ia akhirnya melihat senyum berkembang di wajah anak-anak tersebut, ia pun berpikir, "Saya harus melakukan ini lebih banyak lagi."
Setelah keluar dari pekerjaannya, Ijul kini tergabung dalam 4 komunitas sosial yang memfokuskan pada edukasi anak-anak. Komunitas yang pertama adalah Komunitas Lebah yang mengadakan acara pesantren kreatif pada saat bulan Ramadan, serta program Cerdas Tanpa Batas berupa donasi buku, alat peraga dan mainan edukatif.
Yang kedua adalah 1N3B (1 Nusa 1 Bangsa 1 Bahasa 1 Bumi). Komunitas ini memiliki 1 kegiatan pertahun yaitu membangun rumah baca di daerah pelosok di Indonesia. Sedangkan Hadiah Sahabat dan Kelinci adalah komunitas yang mengajak anak-anak untuk bermain sambil belajar.
Ijul merasakan pentingnya mengedukasi anak-anak karena kepolosan jiwa dan hati mereka. "Apa yang terjadi pada anak-anak, memori itu terekam sampai lama," ujarnya dengan serius.
Beberapa waktu lalu, Ijul sempat merasa bahwa seakan-akan pendidikan anak hanyalah kepeduliannya dan teman-teman se-komunitasnya semata. Tidak ada yang peduli dengan pengetahuan yang dimiliki anak-anak tersebut, tidak terkecuali para orangtua dari anak-anak tersebut. "Awalnya saya pikir kehadiran saya dan teman-teman di komunitas akan diterima dengan senang hati, ternyata justru kami dianggap sebagai pengaruh buruk bagi anak-anak karena dengan begitu mereka tidak bisa membantu orang tua mencari uang."
Beberapa kali penolakan yang ia rasakan tidak memupuskan kekuatan cintanya pada anak-anak, dan justru malah semakin mengobarkan api semangatnya.
"Selalu ada rasa untuk berbagi. Rasa itu enggak bisa dibeli. Melihat wajah senang dari anak-anak memberikan kepuasan batin tersendiri, anehnya semua hal itu bikin nagih," ujarnya berseri-seri.
(vem/diy/bee)