Kalau berbicara soal pernikahan, nenek kita mungkin yang paling bawel soal ini dan itu. Selalu saja ada aturan yang menurut kita hanya mitos dan tak boleh dilakukan.
Dipikir-pikir sih terkadang memang kedengarannya konyol, namun demi menghormati kebiasaan lama, setidaknya kita tahu beberapa mitos yang ada.
Mitos 1: menangis itu rejeki
Biasanya sih seringkali menangis itu membuat kita dibilang cengeng dan sensitif. Namun, justru kata nenek moyang, menangis (haru) di upacara pernikahan adalah perlambang rejeki besar sedang menanti.
Katakan saja seperti sebuah ladang yang gersang dan sebentar lagi hujan akan datang. Pernikahan diibaratkan sebagai ladang gersang yang membutuhkan air, dan air mata memberikan asupan air sehingga ladang tersebut subur dan siap ditanami.
Mitos 2: tak boleh ada mutiara
Ternyata benda yang satu ini dilarang ada di pesta pernikahan. Konon mutiara membawa nasib buruk bagi calon pengantin. Sepanjang hidupnya akan diwarnai air mata dan kesedihan.
Mitos 3: cincin kawin jatuh
Sudah dipegang dengan benar, eh malah cincin kawin jatuh. Saat hal ini terjadi umumnya keluarga besar mempelai akan merasa resah. Konon, saat cincin terjatuh, maka rumah tangga mempelai tidak akan bahagia. Selalu diwarnai kehadiran orang ketiga, kebohongan dan perselingkuhan. Aduh, seram ya.
Mitos 4: kaki kanan itu rejeki
Dipercaya bahwa saat memasuki gedung pernikahan dengan kaki kanan yang melangkah terlebih dahulu akan membawa rejeki. Hmm... entah darimana datangnya kepercayaan ini, namun mungkin hal ini disebabkan bagian tubuh sebelah kanan dianggap lebih sopan.
Mitos 5: tak boleh saling bertemu
Jaman dulu sekali, tradisi pingitan selalu dilakukan sebelum pernikahan. Konon apabila calon pengantin bertemu sebelum menikah, akan membawa kesialan dan dijauhkan dari rejeki.
Bagaimana? Percaya atau tidak dengan beberapa mitos tersebut?
(vem/bee)