Oleh: Agatha Yunita
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang menimbulkan air mata itu tak selamanya buruk. Seperti perpisahan, misalnya. Banyak orang menangisi dan menyesali perpisahan, sampai-sampai tak jarang ada yang mengutuknya. Perpisahan itu seperti sebuah kutukan, hukuman, sebuah hal negatif yang pantas diterima.
Benarkah perpisahan itu buruk? Sebenarnya, kalau mau diibaratkan, perpisahan itu mirip dengan senja. Iya, senja. Momen di mana matahari tenggelam setelah seharian menemani kita. Ia kemudian tenggelam dan pergi meninggalkan kita.
Masih bingung? Beberapa baris puisi ini mungkin akan mengubah persepsi Anda tentang sebuah perpisahan.
Senja
Perpisahan itu hendaknya sederhana seperti senja
Sekalipun menandakan akhirnya hari,
namun kecantikannya selalu memukau hati
Siapa coba yang tak terpikat kecantikannya?
Bukan aku, tak juga kamu
Kita tak mampu menolak pesonanya
Dan bukan duka yang tersisa,
namun sebuah asa untuk berjumpa kembali…
Dan demikianlah, terkadang kita hanya berpikir kalau perpisahan itu akan buruk dampaknya bagi kita. Padahal, kita hanya terlalu takut dan menduga-duga saja. Perpisahan itu tidak melulu seperti kita sudah kehilangan segalanya. Bukankah dari setiap hal yang kita alami semuanya masih merupakan misteri?
Di balik setiap perpisahan, selalu ada hal-hal yang memang disiapkan untuk kita. Entah sebagai ujian naik peringkat hidup, atau sebuah pengalaman yang akan membawa kita menuju kebahagiaan.
Di balik setiap perpisahan selalu ada kesempatan lain untuk bertemu. Entah kapan dan di mana.
Di balik setiap perpisahan selalu ada pertemuan yang lain lagi. Yang akan mengisi kembali kekosongan di hati.
Di balik setiap perpisahan mungkin ada air mata. Tetapi air mata tersebut bukan sebagai tanda kekalahan, namun sebagai pertanda Anda telah belajar sesuatu yang baru lagi.
Dan hendaknya perpisahan itu seperti senja. Bukan duka yang tersisa, namun sebuah harapan baru yang tercipta.
(vem/bee)